Terorisme, Sabotase, dan Unjuk Rasa Ancam Asian Games
Oleh
wisnu aji Dewabrata
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Kodam Jaya memetakan dan menyiapkan antisipasi berbagai ancaman saat pelaksanaan Asian Games 2018. Kodam Jaya sebagai pemegang komando dan kendali operasi di wilayah ring 2 dan ring 3 mengerahkan 6.000 personel untuk membantu Polri.
Panglima Kodam Jaya Mayor Jenderal Joni Supriyanto dalam rapat koordinasi teknis kesiapan Koopspam (Koordinator Operasi dan Pengamanan) VVIP Asian Games di Markas Kodam Jaya, Kamis (2/8/2018), mengutarakan, penyelenggaraan Asian Games harus sukses karena menyangkut harga diri bangsa Indonesia. Joni memerintahkan agar jajarannya meningkatkan keseriusan dan kesiapan operasi pengamanan VVIP selama Asian Games.
“Antisipasi kemungkinan adanya ancaman teroris dan kemungkinan sabotase yang dapat mengancam penyelenggaraan Asian Games. Waspadai kemungkinan unjuk rasa oleh pengemudi transportasi dalam jaringan (daring) pada 18 Agustus,” katanya.
Joni melanjutkan, intelijen harus lebih peka terhadap perkembangan situasi khususnya yang dapat mengancam penyelenggaraan Asian Games. Sinergi antara TNI dan Polri serta intelijen penting untuk melakukan upaya pencegahan dini. Joni meminta jajarannya melaksanakan tugas sesuai tugas pokok dan melaporkan secepat mungkin kepada pimpinan apabila menghadapi kendala.
Joni mengatakan, Asian Games di Jakarta dan sekitarnya akan digelar di tiga klaster. Pertama adalah klaster Jakarta 1, kedua adalah klaster Jakarta 2, dan ketiga klaster sub urban. Tamu VVIP kemungkinan besar akan berada di ketiga klaster tersebut.
Kepala Penerangan Kodam Jaya Kolonel (Inf) Kristomei Sianturi mengatakan, rapat koordinasi membahas pemaparan semua instansi yang berada di bawah Koopspam VVIP.
“Kita minta setiap bagian memaparkan kesiapannya. Contoh bagaimana PGN memgenai penyaluran gas untuk kaldron, PLN untuk pasokan listrik, pengaturan lalu lintas Ditlantas Polda Metro Jaya, pemadam kebakaran, kesiapan rumah sakit dan dukungan helikopter kalau terjadi gangguan kesehatan peserta maupun penonton,” kata Kristomei.
Menurut Kristomei, semua kemungkinan ancaman menjadi fokus Koopspam VVIP. Contohnya ancaman teroris, ancaman teroris menggunakan wahana udara atau drone, pengawasan penggunaan wifi, sampai pengamanan makanan atlet atau para kepala negara jangan sampai diracuni.