Flona 2018 Dorong Masyarakat Lebih Mencintai Flora dan Fauna
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pameran Flora dan Fauna 2018 akan hadir dengan tampilan baru di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Pada tahun ini, mereka hadir dengan penuh warna dan berbagai kegiatan kampanye terhadap isu lingkungan hidup.
Pameran Flora dan Fauna (Flona) 2018 dibuka pada Jumat (10/8/2018) oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Sandiaga mengapresiasi Flona 2018 dan berharap kegiatan ini terus berkembang.
Kepala Dinas Kehutanan DKI Jakarta Djafar Muchlisin mengatakan, tujuan pameran Flona 2018 diadakan adalah dalam rangka memperlihatkan kepada masyarakat bahwa di sekitar kita ada tanaman dan hewan yang menarik.
”Pada Sabtu dan Minggu akan ada lomba dan kegiatan yang menarik untuk diikuti,” kata Djafar dalam kata sambutannya.
Sebanyak 80 peserta ikut dalam pameran Flona 2018. Peserta tahun ini tidak sebanyak tahun sebelumnya karena ada aturan yang lebih ketat sesuai kondisi lingkungan Lapangan Banteng. Wakil Ketua Flona 2018 Sandriana SSS mengatakan, panitia menyediakan 250 tempat pameran sehingga pendaftaran baru akan dibuka selama Flona 2018 berlangsung.
Djafar berharap pameran Flona 2018 dapat lebih tertib dan nyaman dibandingkan dengan pameran Flona sebelumnya. Pada tahun ini, Flona 2018 mengangkat tema ”Synergreen”.
Sandriana mengatakan, pada tahun ini, pihaknya menyuarakan isu-isu lingkungan hidup, khususnya terkait dengan flora dan fauna. ”Kami mengajak sejumlah pihak yang peduli pada isu kelestarian flora dan fauna,” ujarnya.
Flona 2018 menampilkan konsep yang berbeda dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Mereka memberikan suasana penuh warna melalui dekorasi yang meriah dengan menggunakan barang bekas.
Adapun tema ”Synergreen” merupakan singkatan dari synergy, energy, dan greenery. Tema tersebut mengajak masyarakat agar membuat keseimbangan antara energi modern dan alam.
Hidup berdampingan dengan alam (flora dan fauna) secara harmoni akan dapat menciptakan masa depan yang seimbang antara dua gaya hidup berbeda. Flona 2018 mengajak masyarakat untuk menjadikan flora dan fauna sebagai bagian dari kehidupan.
Pada tahun ini, Flona 2018 memiliki logo dengan simbol burung enggang khas Kalimantan. Logo tersebut memiliki makna, fokus pada tujuan, akselerasi dan percepatan, serta melambangkan perdamaian dan persatuan. Burung enggang bermakna sebagai tanda kedekatan masyarakat Indonesia dengan alam sekitarnya.
Selain berjualan aneka tanaman dan binatang, pengunjung dapat menikmati permainan edukasi. Anak-anak dapat menaiki kuda poni dan dijelaskan tentang binatang yang ditungganginya tersebut. Ada juga wahana foto seperti di dalam hutan.
Beberapa pegiat lingkungan hidup, khususnya terkait flora dan fauna, juga akan berbagi pengetahuan. Mereka mengajak masyarakat agar menjaga kelestarian lingkungan hidup, khususnya flora dan fauna.
Menarik pengunjung
Flona 2018 juga menyajikan dekorasi yang menarik bagi pengunjung. Di pintu masuk, pengunjung disambut dengan hiasan warna-warni yang dibuat dari barang bekas.
Sandriana mengatakan, barang bekas tersebut didapat dari Jakarta Selatan. Lewat dekorasi itu, Flona 2018 ingin menyampaikan pesan, jika sampah anorganik terus ada, segala yang ada di dalam pameran akan hilang.
Salah satu pengunjung, Nazar (28), menuturkan, Flona 2018 berbeda dengan sebelumnya karena dekorasinya lebih meriah. Ia mengatakan setiap tahun datang ke pameran Flona. Namun, baru kali ini ia mendapatkan banyak tempat untuk berfoto.
Salah satu penyewa, Asep (32), mengatakan, setiap tahun dirinya mengikuti Flona. ”Jika tidak ikut pameran, rasanya rugi karena setiap tahun terbiasa ikut dan untung,” kata penjual bonsai dan tanaman hias dari Cipanas, Jawa Barat, tersebut.
Fauzi (35) penjual binatang asal Bandung, mengatakan selalu ikut pameran Flona. ”Daripada pameran di mal lebih untung berjualan di sini,” ujarnya.
Meski demikian, masih ada yang menjual binatang liar, seperti ular. Padahal, panitia telah memberikan aturan untuk tidak menjual binatang liar karena sering diprotes oleh pencinta binatang yang dilindungi.