JAKARTA, KOMPAS — AAP (2), korban kekerasan ayah tirinya, Adrianus Sayow (27), meninggal setelah lima hari dalam kondisi kritis, Minggu (28/8/2018). Korban luka serius di bagian kepala hingga tidak sadarkan diri setelah peristiwa itu. Lantaran cedera parah, nyawa AAP tidak dapat diselamatkan meskipun tim medis Rumah Sakit Umum Daerah Koja, Jakarta Utara, memberikan pertolongan.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Utara Ajun Komisaris Besar Febriansyah menyatakan, peristiwa ini terjadi karena Adrianus tidak senang dengan kehadiran AAP di rumahnya. Kebencian Adrianus kepada AAP memuncak saat ia marah pekan lalu.
”Tersangka lima kali memukul korban dengan kepalan tangan di bagian ubun-ubun. Pukulan itu membuat korban tersungkur dan kejang-kejang. Tersangka menggendong korban dengan membasuh mukanya di kamar mandi untuk menyadarkan korban. Namun, korban tetap tak sadar,” kata Febriansyah, Jumat (24/8/2018).
Aksi beringas Adrianus terhadap AAP dilakukan saat ibu kandungnya, AMT, berada di luar kamar kontrakan, Kelurahan Sukapura, Cilincing, Jakarta Utara Rabu. Atas perbuatannya, Adrianus terancam hukuman seumur hidup sesuai Pasal 80 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
Gatot Basuki (56), kakek korban, menyatakan, AAP meninggal pada Minggu pukul 10.35. ”Menurut rencana, saya mau langsung bawa pulang, tetapi petugas kepolisian menyatakan korban harus divisum dulu,” kata Gatot.
Seusai divisum, korban akan dibawa ke rumah Gatot di daerah Cilincing, Jakarta Utara, sebelum dimakamkan di TPU Budi Darma, Jakarta Utara. ”Sepertinya akan dimakamkan malam ini juga karena sudah masuk dua hari hitungannya ini,” kata Gatot.
Peristiwa ini mengagetkan para tetangga Adrianus. Mereka mengenal AS sebagai pendiam. Tersangka lebih banyak bersama keluarga di kamar ketimbang bersosialisasi. Adrianus tinggal di permukiman padat yang akses jalannya hanya dapat dilalui kendaraan roda dua. Dia tinggal di kamar berukuran 2 meter x 3 meter yang dihuni tiga orang.
Ikhsan Maulidi (29), tetangga Adrianus, mengatakan, Adrianus yang bekerja sebagai pengojek daring itu jarang mengobrol dengan tetangga. Bahkan, komunikasi dengan Ikhsan sebagai sesama pengojek daring pun jarang terjalin. ”Orangnya kalem. Dia saat pulang kerja langsung masuk kamar,” kata Ikhsan.
Hal serupa disampaikan Ida Rosida (38), tetangga Adrianus yang sama-sama menempati kamar kontrakan di satu kawasan. Sebelum peristiwa itu, Ida jarang melihat AAP di luar kamar. (E10)