Festival Kuliner Khas Borneo
Indonesia kaya akan budaya. Lewat kuliner kita mencintai budaya Indonesia melalui kuliner. Festival Kuliner Serpong (FKS) merupakan salah satu cara mengenalkan, menambah wawasan dan kepedulian untuk turut melestarikan kebudayaan nasional.
Dua tangan Satria (21), kiri dan kanan, sangat lincah mengaduk cairan kopi dari gelas kaleng berwarna perak, Sabtu (15/9/2018) sore. Tidak sampai hitungan satu detik, air kopi segera berpindah dari gelas di tangan kiri ke kanan.
Posisi tangan kanan Satria terkadang berada di posisi atas dan sesekali di bawah. Secara bergantian tangan kiri dan kanan berada di posisi berlawanan. Selama itu tak setetes air kopi yang tertumpah dan berceceran.
Hanya 10 detik saja, segelas kopi sudah tersedia di gelas plastik bertuliskan Aming Coffee.
Aroma sudah membaui saat kopi itu diseduh dengan air panas hingga berpindah ke tangan pembeli.
Satria datang dari Pontianak untuk menjual produk di Festival Kuliner Serpong (FKS) 2018 sejak Kamis (16/8/2018) dan akan berakhir Minggu (16/9/2018).
"Saya sendiri datang langsung dari Kalimantan hanya untuk mengikuti festival ini (FKS 2018)," kata Satria.
Aming Coffee menjual minuman kopi asal Pontianak. Kopi ini sudah melegenda dan sangat terkenal di Pontianak. Salah satu kedai Aming Coffee pernah dikunjungi Presiden Jokowi saat kunjungan kerja ke daerah itu beberapa waktu lalu.
Varian kopi tidak banyak, yakni kopi saring dan kopi susu. "Yang favorit di sini adalah kopi saring panas. Kopi ini yang khas," ujar Satria.
[video width="1920" height="1080" mp4="https://kompas.id/wp-content/uploads/2018/09/20180914_170236.mp4"][/video]
Pembuatan kopi ini sama seperti kopi tubruk. Bubuk kopi disiram dengan air panas. Namun, yang membedakan adalah cara pembuatannya, mengocok atau mengaduk kopi dengan cara yang dilakukan Satria. Selanjutnya, kopi disaring dengan menggunakan kain.Nikmatnya secangkir kopi ini memiliki harum dan cita rasa yang khas, pahit dan ada terasa asamnya.
"Kopi yang kami pakai adalah robusta. Kopi ini adalah kopi asli Pontianak," kata Satria dengan logat Melayu.
Secangkir kopi hitam dijual seharga Rp 15.000 per gelas.
Tak hanya kopi saring (kopi hitam), Aming Coffe juga menyajim kopi susu, teh tarik, dan minuman lainnya. Tersedia juga roti srikaya khas Kalimantan sebagai pelengkap secangkir kopi.
Menu khas
Aming Coffee hanya satu dari makanan khas bumi Borneo asli dari Kalimantan yang memeriahkan FKS 2018.
Ada juga Sate Kuah Pontianak. Masakan ini memang berbeda dengan masakan sate umumnya. "Sate kami berbeda dengan yang lainnya. Kami menggunakan kuah dari kaldu daging dan kunyit yang sama seperti pada kuah soto-soto lainnya," kata Dito, penjual penjual Sate Kuah Pontianak di sela-sela melayani pembeli, Sabtu.
Ada dua varian sate kuah ini, sate sapi dan sate ayam. Sate Kuah disajikan bersama sambal kacang, dan disiram dengan kuah rempah-rempah berwarna kuning, mirip kuah soto mengandung rempah.
Sambal kacang tetap terasa dominan, dengan sedikit sentuhan rasa pedas dari rempah-rempah. Tekstur daging empuk memperkaya hidangan ini. Harga sate kuah lengkap dengan ketupat Rp Rp 45.000 per porsi. Sate yang bermandikan kuah kuning ini gurih ini sangat diminati.
"Kemarin saja terjual 800 porsi dengan sate 7.000 tusuk," kata salah satu karyawan Sate Kuah Pontianak.
Lani (29), warga Cibodas, Kota Tangerang mengaku baru pertama kali makan sate kuah ini.
"Penasaran pengen coba. Enak. Selama ini saya belum pernah makan sate kuah. Beda dengan sate yang ada," kata Lani, Jumat malam.
Setelah menyantap kegurihan Sate Kuah Pontianak, cobalah es sonkit khas Kalimantan dari buah jeruk kunci, es lidah buaya, dan es rumput laut.
Makanan yang favorit di FKS ini adalah Pisang Srikaya. Antrian panjang mengular terjadi di tenda Pisang Srikaya. Pengunjung harus rela menunggu antrian untuk mendapatkan cemilan khas Kalimantan ini.
Pengunjung penasaran dengan pisang goreng renyah yang dikombinasikan dengan selai srikaya lembut sebagai isian. Cita rasa manis dalam pisang yang renyah semakin nikmat. Selai srikaya yang digunakan terbuat dari
campuran kuning telur, santan, dan pandan yang direbus hingga teksturnya kental.
Dua buah pisang goreng dengan isian selai srikaya seharga Rp 14.000.
Tersedia juga bubur Pedas Sambas by Sang Tasa, nasi campur dan nasi kari Asan 333, bakso ikan telur asin Ahan, bubur ikan Aweng, dan soto Banjarmasin dan sate tulang Borneo, serta rujak idola Singkawang.
Tak hanya makanan, di bale-bale tersedia aneka ragam jajanan khas Kalimantan seperti kue bingka dan dodol durian, amplang, dan lainnya.
Center Director SMS Willy Effendy mengatakan, sebanyak 70 persen kuliner di FKS adalah pedagang asli dari Kalimantan. Mereka sengaja didatangkan langsung dari Bumi Borneo untuk menyemarakkan festival ini.
Sementara sebagai pelengkap, tersedia makanan nusantara dari luar Kalimantan yang sebagian besar adalah tenan dari mal Summarecon di Kelapa Gading dan Bekasi.
Suasana Borneo
Tak hanya menghadirkan makanan, pengelola SMS melengkapi dekorasi dengan memberi suasana Bumi Borneo di kawasan FKS.
Suasana Borneo tergambar dari dekorasi rumah panggung Suku Dayak menghiasi seluruh area. Tak cuma itu, kios-kios yang ada juga dihiasi atap rumah panggung, lengkap dengan ornamen khas daerah ini.
Keindahan ukiran dalam paduan warna kuning, hitam, merah, dan putih dan lainnya menghias pada kayu replika Rumah Betang, Rumah Adat Suku Dayak. Juga sapundu yaitu totem berbentuk orang yang kerap ditemukan di pelosok Kalimantan berdiri kokoh di area Parkir Selatan.
Pesona Bumi Borneo semakin semarak dengan hadirnya kesenian tradisional berupa Tari Borneo Khatulistiwa yang menggunakan musik tradisional Nada Borneo dalam permainan musik sape. Selain itu, alunan musik khas Borneo menggema di seluruh area festival ikut menemani para pengunjung bersantap.
Kedelapan
Setiap tahun, FKS menyajikan masakan dan penampilan budaya nusantara yang berbeda setiap tahunnya.
Pada FKS pertama mengusung tema Bali (2011), Sumatera Barat (2012), Jawa (2013), Sulawesi (2014), Sumatera Utara (2015), Jawa Timur (2016), hingga Jawa Barat (2017).
FKS digelar setiap tahunnya, kata Willy, agar masyarakat dapat mengenal dan mengeksplorasi makanan nusantara, termasuk budaya dan tradisi dari setiap daerah yang ditampilkan.
"Adanya FKS bisa menambah wawasan dan kepedulian masyarakat untuk turut melestarikan kebudayaan nasional, tidak hanya melalu kekayaan kuliner namun juga dengan memperkenalkan ragam budaya seni tradisional daerah," papar Willy.
Khusus FKS 2018 ini, kata Willy, pihaknya menampilkan program hasil kerjasama dengan Kememterian Pariwisata bertajuk “Wujudkan Semangat Makanan Nasional Indonesia”.
Dalam program tersebut, penyelenggara memperkenalkan lima jenis makanan nasional khas Nusantara yang menjadi ikon kuliner Indonesia, yaitu Soto, Rendang, Sate, Nasi Goreng dan Gado-gado.
Sementara untuk transaksi pembayaran, jelas Willy, pihaknya menggunakan sistem pembayaran elektronik. Pengunjung cukup menukarkan uang dengan kartu makan berisi saldo sesuai dengan uang di kasir yang disediakan.