Penasaran seperti apa bunga rafflesia? Segera sempatkan ke Kebun Raya Bogor. Di kebun raya yang terletak di tengah Kota Bogor itu, kini tengah mekar satu lagi bunga Rafflesia patma. Bunga sejenis ini sudah mekar untuk ke-12 kali sejak tahun 2010.
Menengok si bunga rafflesia ini bisa dilakukan setiap hari saat KRB buka mulai dari pagi hingga sore. Berfoto-foto jelas boleh saja, tetapi jangan sampai merusak tanaman langka asli Indonesia itu.
”Satu kelopak mulai terbuka sejak tadi pagi. Mekar penuh mungkin nanti malam karena sampai siang begini baru satu kelopak yang mulai terbuka,” kata Sofi Mursidawati, peneliti senior bunga raflesia Kebun Raya Bogor-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Selasa (18/9/2018) sekitar pukul 14.00.
Menurut Sofi, bunga mulai mekar penuh pada Rabu (19/9). Namun, kemungkinan bunga ini tidak sempurna bentuk mekarnya karena satu lembar kelopaknya terlihat sobek.
”Sebetulnya setiap satu kelopak terbuka akan terdengar suara peletek, suara seperti kalau kita memetik kelopak kubis atau kol. Suara peletek itu cukup keras. Kalau sekarang, menunggu peletek-nya pasti lama. Mungkin karena udara belakangan ini sangat panas. Sekarang saja 32 derajat celsius, padahal di sini rimbun,” tuturnya.
Menurut Irawati, mantan Kepala KRB, bunyi peletek saat kelopak bunga raflesia terbuka ini ditunggu oleh para peneliti atau pencinta bunga ini. ”Kami dulu sampai berteriak gembira ketika beruntung menyaksikan kelopak meletek dan mendengar bunyi peletek,” katanya.
Bunga rafflesia biasa hidup dengan pohon inang. Untuk pelestarian rafflesia, selain memperbanyak setek pohon Tetrastigma leucostaphylum, pohon anggur hutan yang menjadi inang bunga Rafflesia patma, Sofi juga menanam Tetrastigma tuberculatum, sejenis pohon anggur hutan yang menjadi pohon inang Rafflesia arnoldi.
”Ada empat pohon Tetrastigma tuberculatum. Namun, hingga kini, belum satu pun yang memunculkan bunga Rafflesia arnoldi. Rafflesia arnoldi ini cuma ada di Indonesia. Ini bunga rafflesia yang paling besar karena diameter bunganya bisa sampai 1 meter. Jenis ini hanya ada di Indonesia,” kata Sofi.
Irawati sangat menyayangkan, sampai saat ini sebagian besar orang Indonesia belum memahami apalagi menghargai keistimewaan bunga langka di dunia ini. Justru orang asing dan peneliti asing yang antusias terhadap bunga ini.
”Saya juga melakukan penelitian bunga ini awalnya karena ketertarikan pribadi. Saya baru tersadar ketika kolega peneliti asing memuji kami di KRB karena mengetahui bunga asli Indonesia ini diteliti oleh peneliti Indonesia sendiri. Namun, sayang, semakin sedikit peneliti kita tekun meneliti flora atau fauna kita sendiri,” tuturnya.
Malaysia dan China
Sofi merasa khawatir, suatu saat nanti, penelitian dan perbanyakan bunga rafflesia endemik Indonesia bisa jadi dilakukan di negara lain. Menurut informasi dari Sofi dan Irawati, negara tetangga seperti Malaysia dan negara besar seperti China tengah intens meneliti bunga rafflesia. Malaysia memang memiliki bunga rafflesia jenis lain.
Menurut kedua peneliti itu, di China yang bukan negara endemik rafflesia, kini pun tengah giat ditanam pohon inang rafflesia.
Kini, seiring semakin banyaknya kisah tentang bunga rafflesia asli Nusantara diterima publik, maka kecintaan dan kepedulian masyarakat terhadap kekayaan alam negeri ini yang khas semakin tumbuh.
”Bayangkan jika di setiap daerah ada taman khusus bunga endemik mereka. Bayangkan jika kita menanam puluhan atau ratusan pohon inang rafflesia dan pada suatu saat berbunga berbarengan, sungguh sangat Indah dan luar biasa,” tutur Irawati. (RATIH P SUDARSONO)