JAKARTA, KOMPAS -- Sistem angkutan umum yang terintegrasi di wilayah DKI Jakarta atau yang disebut Oke Otrip diharapkan memiliki layanan yang luas dan menjangkau semua moda. Dalam uji coba, Oke Otrip hanya menghubungkan bus kecil dengan bus besar. Dalam pelaksanaan diharapkan Oke Otrip juga menjangkau semua moda angkutan di Jakarta.
Prabowo Soenirman, anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta, Kamis (04/10/2018), menegaskan masa ujicoba oke otrip sudah selesai per 30 September 2018. Setelahnya adalah masa penerapan.
Selama ujicoba, ujar politisi dari Fraksi Gerindra itu, ada sejumlah pekerjaan rumah yang ia cermati harus dibereskan Dinas Perhubungan dan PT Transportasi Jakarta. Karena di masa ujicoba yang menjadi fokus integrasi adalah angkutan kota (bus kecil) dengan bus besar (bus transjakarta), maka kualitas dan fisik bus-bus kecil mesti diperhatikan.
"Setidaknya ada perbaikan supaya nyaman untuk penumpang," jelasnya.
Lalu perbaikan lain yang mesti dilakukan adalah perbaikan prasarana seperti halte, dan perluasan integrasi. "Apalagi sebentar lagi MRT dan LRT akan segera beroperasi. Ya oke otrip sebaiknya tidak berhenti di integrasi antarbus, tetapi juga dengan moda lain," ujar Prabowo.
Sigit Wijatmoko, Pelaksana Tugas (plt) Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta saat dihubungi terpisah mengenai keberlanjutan oke otrip serta perluasan integrasi dengan moda lain yaitu angkutan umum berbasis jalan (BRT) dengan angkutan umum berbasis rel (MRT dan LRT) hanya mengatakan supaya Kompas bersabar dan menunggu info lanjutan.
Dalam peluncuran oke otrip di Balai Kota DKI, Senin (01/10/2018) oleh Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, Sigit sempat menjelaskan bahwa integrasi antara bus kecil dan bus besar itu merupakan awalan. Selanjutnya masih dicari rumusan untuk bisa mengintegrasikan angkutan umum berbasis jalan (BRT) dengan angkutan umum berbasis rel MRT dan LRT.
"Kami masih merumuskan pengintegrasian itu karena ini nanti juga berhubungan dengan pelayanan," jelas Sigit.
Dalam hal pelayanan, satu hal yang mencuat dalam forum group discussion (FGD) tentang sistem pembayaran angkutan umum yang terintegrasi, Rabu (26/09/2018) adalah bahwa Pemprov DKI Jakarta juga tengah mencari cara tentang sistem pembayaran terbaik yang memudahkan warga Jakarta.
Dalam diskusi itu disebutkan Sigit bisa jadi sistem pembayaran yang terintegrasi itu menggunakan satu kartu. Yaitu satu kartu yang bisa dipakai untuk semua moda.
Contoh sistem pembayaran angkutan umum yang terintegrasi itu misalnya di Singapura dengan EZ-Link yang memudahkan pengguna saat hendak menggunakan MRT, LRT, juga bus. Contoh lain yang juga sudah diterapkan adalah kartu Octopus di Hong Kong yang juga bisa dipakai untuk membayar semua moda angkutan.
Sigit menjelaskan konsep dan arsitektural atau kriteria teknis dari sistem pembayaran yang terintegrasi itu ditargetkan bisa selesai di akhir 2018. Sambil menyelesaikan itu, Dishub DKI juga menyelesaikan branding baru dari angkutan umum di Jakarta yang terintegrasi.