DEPOK, KOMPAS - Polisi menduga AA (14) yang ditemukan tewas di tepi Kali Ciputat, dekat Jalan Pahlawan, Sawangan, Depok, adalah korban kekerasan.
Kepala Kepolisian Resor Kota Depok Komisaris Besar Didik Sugiarto di Depok, Minggu (7/10/2018), mengatakan, AA ditemukan tewas pada Sabtu (6/10) pukul 11.00 oleh seorang warga, Muhidin. Mayat itu mengenakan kaus dan celana panjang coklat serupa seragam pramuka. ”Diduga kekerasan terhadap AA akibat senjata tajam,” ujar Didik.
Mayat pelajar kelas IX Madrasah Tsanawiyah (Mts) Al Hidayah, Sawangan, itu dibawa polisi ke Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I R Said Sukanto, Jakarta, untuk diotopsi. Kemudian, pihak keluarga memakamkannya pada Minggu dini hari. Kini kasus ini ditangani Polresta Depok dan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.
Pulang sekolah
Sumarno (48), ayah AA, mengatakan, pada hari Sabtu, anak tunggalnya itu pulang sekolah pukul 09.30 setelah mengikuti ekstrakurikuler Pramuka. Menurut Sumarno, anak tunggalnya itu meminta uang Rp 10.000 untuk bermain futsal pukul 13.00.
”Saya belum memberikan uang itu. Kami ingin makan siang bersama, menunggu ibunda AA pulang dari pabrik,” katanya.
Sumarno, pengojek pangkalan, kemudian pergi ke bengkel sepeda motor. Sepulang dari bengkel, AA tidak ada. Saat itu, Sumarno mendengar kabar penemuan mayat di tepi sungai yang berjarak 500 meter dari rumahnya. Lokasi temuan mayat itu memang relatif sepi, tetapi tidak dikenal sebagai lokasi rawan.
Sumarno pun lantas pergi menjemput sang istri dengan harapan anaknya kembali setelah ia dan istrinya tiba. Saat istri Sumarno keluar dari pabrik,
pukul 11.49, ia menelepon ponsel AA. Nomornya aktif, tetapi tidak ada jawaban. Kondisi serupa terjadi saat Sumarno menelepon AA lagi pada pukul 12.00 dan 12.15.
Sumarno meminta adiknya mencari di rumah teman-teman AA. Namun, AA tidak ada. ”Saat itu juga saya ke TKP, ternyata itu anak saya,” katanya.
AA anak pendiam, tetapi akrab dengan remaja di kampungnya. Sumarno tidak mengerti jika AA bermasalah di luar dan menyerahkan kasus itu kepada kepolisian. ”Kami hanya ingin tahu apa motif (pelaku) terhadap anak saya sehingga bisa melakukan hal sekejam itu,” katanya. (NIA/RTS)