JAKARTA, KOMPAS – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meresmikan Rumah Warung OK OCE pertama di Jakarta pada Rabu (24/10/2018). Program ini diharapkan dapat mendukung perekonomian masyarakat dari skala mikro.
Rumah Warung (RuWang) OK OCE adalah kegiatan wirausaha yang digagas oleh OK OCE dan Koperasi Pasar Syariah Indonesia. RuWang OK OCE merupakan hasil transformasi warung tradisional menjadi retail modern. Selain itu, program ini juga memanfaatkan sistem berbasis teknologi.
Peresmian RuWang OK OCE berlokasi di RPTRA Taman Sawo, Kelurahan Cipete Utara Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Acara ini dihadiri sejumlah pihak, seperti Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), dan Perdagangan Adi Ariantara; Camat Cipete Utara Mohammad Yohan, dan Lurah Kebayoran Baru Aroman.
“RuWang OK OCE mengajak warga untuk berwirausaha bersama. Kita lakukan metode bagi hasil. Warga dapat 40 persen, sedangkan OK OCE dan mitra mendapat 60 persen,” kata Ketua Umum Koperasi Pasar Syariah Indonesia dan Mitra Penggerak OK OCE Emil Dharma.
RuWang OK OCE rencanannya akan dibangun di setiap RW di DKI Jakarta. Dalam setahun ke depan, pemerintah berencana membangun 1.000 RuWang OK OCE. Di Cipete Utara, RuWang OK OCE yang terbangun berukuran tiga meter kali 1,5 meter.
Program ini bertujuan untuk menggerakan warga agar aktif dalam kegiatan ekonomi. Warga juga diharapkan agar tergerak untuk membuat produk UMKM yang dapat dijual, baik dalam bentuk kuliner, hingga kesenian. Selain itu, program ini diharapkan dapat memberi penghasilan tambahan bagi masyarakat yang terlibat.
“RuWang OK OCE memakai perjanjian kerja sama (PKS) antara mitra penggerak OK OCE dengan warga. Ini supaya kita sama-sama profesional dalam menjalankan bisnis ini,” kata Emil.
Gerakan ekonomi
Walikota Jakarta Selatan Marullah Matali mengapresiasi adanya program ini. Ia berharap, RuWang OK OCE segera tersedia di setiap RW. “Ini upaya untuk menggerakkan ekonomi di scoop kecil. Saya harap ini dapat membesarkan yang besar seperti keinginan Gubernur DKI Jakarta. partisipasi masyarakat yang baik juga diharapkan,” katanya.
Warga setempat dapat mengajukan proposal untuk membuat RuWang OK OCE. Caranya adalah dengan mendatang OK OCE di kelurahan atau kecamatan setempat. Nanti, pihak OK OCE akan melakukan survei atau feasibility study terhadap lokasi yang diajukan sebagai tempat Ruwang OK OCE. Ini dilakukan untuk menghindari kerugian dalam berbisnis.
Selain itu, Emil mengatakan, RuWang yang terbentuk akan dikelola oleh masyarakat sebagai operator. Namun, dalam operasinya, masyarakat tetap didampingi oleh pihak OK OCE. “Ada pelatihan dan pendampingan ke masyarakat dari OK OCE tingkat kecamatan dan kelurahan,” katanya.
Ada tiga ukuran RuWang OK OCE yang tersedia, yaitu kecil, sedang, dan besar. RuWang OK OCE kecil berukuran satu meter kali dua meter. Ukuran sedangadalah 2,5 meter kali satumeter, sedangkan ukuran kecil adalah tiga meter kali 1,5 meter.
Berbeda
RuWang OK OCE diklaim berbeda dengan konsep yang nyaris serupa sebelumunya, yaitu OK OCE Mart. Ketua Umum Perkumpulan Gerakan OK OCE Faransyah Agung Jaya mengatakan, secara garis besar, RuWang mengadopsi konsep OK OCE Mart. Namun, perbedaan mendasar ada di ketersediaan produk UMKM di RuWang OK OCE.
Komoditas yang dijual tidak hanya produk UMKM dari warga sekitar, namun juga sejumlah kebutuhan pokok, seperti gula, minyak goreng, makanan, dan minuman ringan. Harga yang ditawarkan pun kompetitif. Sebungkus makanan ringan berukuran kecil dijual dengan harga Rp 1.000 hingga Rp 2.500.
Rencananya, program ini akan dikembangkan melalui aplikasi daring. Harapannya, masyarakat dapat membeli barang dan melihat ketersediaan barang di RuWang OK OCE secara daring. Selain itu, Faransyah mengatakan, program ini berencana untuk bersinergi dengan usaha mikro yang telah ada di permukiman warga. “Ekosistem ini kami harap tidak saling tumpang tindih, tapi berkelanjutan,” katanya.
Sita Rosidah (34), warga Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan yang menghadiri peresmian RuWang OK OCE, mengaku senang dengan adanya program itu. Menurutnya, program itu akan memberi tempat baginya untuk menyalurkan produk makanan rumahan yang ia produksi.
“Saya jual keripik bawang dan stik keju. Biasanya dijual kalau ada acara di sekolah anak dan saya bawa kemana-mana produknya. Kalau ada RuWang, saya merasa terbantu karena jadi punya tempat,” kata Sita. (SEKAR GANDHAWANGI)