Cuaca cerah dan laut tenang saat Kapal Negara (KN) Damaru yang membawa 12 anggota Basarnas Spesial Grup (BSG) tiba di lokasi serpihan pesawat Lion Air JT 610, Senin (29/10/2018), pukul 12.50. Butuh dua jam perjalanan dari Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai (PLP) Kelas I Tanjung Priok hinggga lokasi di perairan Tanjung Karawang.
Siang itu, sejumlah kapal telah berada di lokasi. Kapal-kapal kecil berseliweran mengitari lokasi, kapal besar menunggu perintah. Percakapan timbul tenggelam lewat alat komunikasi.
"Kita sudah dekat, tetapi harus tunggu perintah dari KN SAR Basudewa," kata nakhoda kapal KN Damaru, Wuryanto. Mesin kapal pun dimatikan.
Kepala Seksi Operasi Pangkalan PLP Kelas I Tanjung Priok Pujo Kurniawan mengatakan, Kapal Negara Patroli (KNP) 348 akan merapat dan membawa sejumlah temuan dari lokasi.
Saat merapat, sejumlah barang yang diduga milik penumpang diletakkan di haluan KNP 348. Dompet, tas, pelampung, dan bagian tubuh diangkat dari permukaan laut pukul 10.00.
Temuan itu membuat para awak kapal dan anggota BSG, terdiam. Sebelumnya, masih ada yang optimistis bahwa ada penumpang selamat. "Kalau sudah begini berarti harus nyari serpihan," ujar Kepala Pangkalan PLP Kelas I Tanjung Priok, Mukhlish Tohepoly.
Kapal karet segera diturunkan dari buritan KN Damaru. Satu jam kapal karet itu berkeliling mengumpulkan serpihan yang mengambang.
"Kalau pencarian awal begini memang sulit, belum ada pemetaan lokasi letak badan pesawat," kata Pujo. Pencarian difokuskan menyisir permukaan.
Satu jam lewat, ketika Pujo mengabarkan pencari menemukan serpihan cukup besar. Ia segera meloncat ke dek KNP 438 melihat temuan itu.
Benda itu diperkirakan bagian sayap Lion Air. Panjangnya sekitar satu meter. Bau bahan bakar menguar tajam. Tak tahan tanpa menutup hidup. Temuan itu membuat rombongan penyelamat menyadari kondisi yang mereka hadapi.
Mukhlish segera memerintahkan anggota BSG pindah ke KNP 438. Mereka akan dibawa merapat ke KN SAR Basudewa.
Dalam perjalanan merapat ke KN SAR Basudewa itu kondisi sesungguhnya terlihat jelas. Berbagai jenis serpihan warna coklat memenuhi permukaan laut.
Bau tak sedap menguar lagi, ketika KNP 438 membelah air coklat itu. Kapal penyelamat, di antaranya dari TNI AL, Polairud, dan kapal nelayan lalu-lalang mengumpulkan serpihan.
Setelah bersandar di KN SAR Basudewa untuk menurunkan anggota BSG, KNP 438 bergegas menuju Jakarta International Container Terminal (JICT) 2 meninggalkan KN Damaru yang menunggu proses evakuasi.
Hingga pukul 16.30, sejumlah perahu karet dan kapal masih menjaring dan mengumpulkan serpihan yang terserak di air lalut yang relatif tenang. Berbagai temuan itu lalu ditampung di kapal milik Basarnas.
Belum ditemukan
Hingga Senin sore, bodi pesawat belum ditemukan. Titik lokasi jatuhnya pesawat juga belum bisa dipastikan. Hanya serpihan berserakan yang ada.
Muksi (40), warga Desa Tanjung Pakis, Kecamatan Pakis Jaya, Karawang, mengatakan, nelayan yang melaut Senin pagi sempat mendengar bunyi seperti dentuman keras. “Bunyi keras itu kira-kira jam 06.30,” kata dia kepada Kompas yang menyewa perahu kayu ke lokasi.
Desa ini sekitar dua jam perjalanan menuju lokasi serpihan. Jalur itu biasa dilintasi para nelayan Karawang. Kemarin, kerumunan warga dari berbagai lokasi menunggu di desa itu, memenuhi rasa penasaran perkembangan evakuasi.
Kepala Kantor Search and Rescue (SAR) Bandung Deden Ridwansyah mengatakan, selama proses evakuasi hari pertama di perairan Tanjung Pakis, sejumlah kantung jenasah telah dikirim ke posko terpadu di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Evakuasi korban belum optimal, karena lokasi jatuhnya pesawat belum ditemukan. Begitu pula kotak hitam.
"Kami baru menemukan areal yang diduga sebagai tempat jatuhnya pesawat dengan radius satu mil laut," kata Deden. Radiusberdasar keberadaan serpihan pesawat yang mengapung.
Pencarian titik jatuhnya pesawat dilakukan dengan 23 kapal pemantau. Pencarian melibatkan sekitar 100 penyelam. Mereka menyelam bergantian setiap 40 menit hingga kedalaman 30-35 meter. "Penyelaman di hari pertama kami hentikan pukul 17.00," ujar Deden.
Penyelaman di atas pukul 17.00 membahayakan. Arus bawah cukup deras. Permukaan laut pun berlumpur. "Tumpahan avtur menyebabkan lumpur-lumpur naik, sehingga menyulitkan kami," kata dia.
Akan tetapi, pencarian di permukaan laut diteruskan. Harapannya, titik jatuhnya pesawat ditemukan. "Agar kami lebih fokus dalam pencarian," kata dia.
Pukul 17.40, saat matahari mulai tenggelam, KNP 438 tiba di Tanjung Priok. Petugas SAR, anggota TNI/Polri, dan sejumlah wartawan menunggu. Suasana sendu, mengetahui setiap kapal membawa kabar duka. (TAM/NIA/RTG/SEM/WIN/ART)