JAKARTA, KOMPAS - Meski sempat diwarnai ketegangan, Aksi Bela Tauhid 211 berlangsung damai. Massa aksi berniat kembali melakukan aksi dalam waktu dekat untuk dapat menemui Presiden Jokowi. Mereka menuntut pemerintah membuat pernyataan resmi bendera tauhid bukan milik ormas tertentu. Massa juga mendesak Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengeluarkan pernyataan maaf resmi terkait pembakaran bendera bertuliskan tauhid.
Massa aksi berharap tidak ada lagi pelecehan terhadap simbol agama apa pun. Dengan begitu, mereka yakin persatuan Indonesia akan terjaga. Ketua Umum Presidum Alumni 212 Slamet Maarif, yang juga salah satu perwakilan massa, menyatakan, kekecewaannya karena tidak dapat bertemu Presiden Jokowi, Jumat (2/11/2018).
Meskipun begitu, ia mengucap terima kasih karena Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto dan Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Ari Dono yang telah berkenan menemui perwakilan massa.
Slamet mengatakan, Wiranto dan Ari berjanji menyampaikan tuntutan massa kepada Presiden Jokowi. Massa merasa perlu bertemu langsung kepada presiden karena mereka menganggap masalah yang sama soal penodaan agama sudah terjadi untuk yang kesekian kali.
Adapun Ustaz Irwan Syaifullah, salah satu orator, mengimbau agar pemerintah tidak menyepelekan kasus pembakaran bendera bertuliskan tauhid. "Tegakkan aturan yang berlaku agar peristiwa serupa tidak kembali terulang," kata Irwan.
Keinginan massa untuk bertemu Presiden Jokowi tidak terwujud karena presiden sedang berada di Jakarta International Container Terminal 2, Tanjung Priok, untuk memantau proses evakuasi pesawat PK-LPQ Lion Air JT-610 yang jatuh di Tanjung Karawang.
Ribuan massa yang berdemonstrasi di Jalan Medan Merdeka Barat itu dijaga ketat Polisi. Pagar berduri dipasang di semua akses jalan menuju ke Istana Merdeka.
Ruang gerak massa yang terbatas itu sempat memancing kericuhan. Namun, massa dan kepolisian sama-sama dapat menahan diri hingga akhirnya kericuhan itu tidak membesar.
Saat demonstrasi berlangsung, terlihat banyak anak-anak terlibat membawa atribut aksi. Bahkan, ada juga sejumlah ibu yang membawa bayi ikut terlibat dalam demonstrasi itu.
Di samping itu, terdengar pula orasi yang disuarakan para orator bernuansa politis. Ajakan ganti presiden 2019 berulang kali diserukan lewat pengeras suara yang jumlahnya belasan.
Inisiatif baik
Sepanjang berlangsung aksi demonstrasi dari setelah Shalat Jumat hingga menjelang maghrib, sejumlah peserta aksi tampak berusaha tertib dan menjaga kebersihan. Sejumlah orang terlihat mondar-mandir di tengah kerumunan massa untuk memungut sampah yang berserakan.
Ali Alwathoni (42), salah satu massa aksi asal Banjarmasin, berulang kali berteriak mengingatkan massa agar tidak membuang sampah sembarangan. Ali bersama lima kawannya tiba di Jakarta pada pagi ini dan langsung bergabung dengan massa yang berorasi di Jalan Medan Merdeka Barat.
Salah satu massa aksi lain, Luki (36), bekerja keras mengatur massa yang sempat terprovokasi untuk bentrok dengan polisi. "Jangan sampai aksi ini dinodai ulah segilintir orang yang ceroboh," ujarnya.
Hingga demonstrasi usai, sejumlah massa aksi tetap berada di lokasi sekitar Patung Arjuna Wijaya untuk membantu petugas kebersihan memungut sampah. Berkat kerja sama itu, kurang dari satu jam, tempat aksi sudah dapat dibersihkan seperti semula. (PANDU WIYOGA)