JAKARTA, KOMPAS — Fungsi Kalibesar di wilayah Kota Tua, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, mendesak untuk dipulihkan sebagai saluran yang mengalirkan air dari hulu ke hilir. Jika aliran Kalibesar masih dibendung layaknya kolam seperti sekarang, dikhawatirkan akan terjadi dampak lingkungan akibat fungsi alami kali yang terganggu.
Pembangunan tahap I revitalisasi Kalibesar menambah bangunan berupa tiang beton pintu air dan tanggul di sisi selatan, tepat di sisi jembatan Jalan Bank, dan utara, di bawah jembatan Kota Intan. Kedua tanggul itu membuat aliran Kalibesar terjebak di satu titik dan menjadikannya serupa kolam.
Hal itu dilakukan untuk menjaga agar aliran air di sepanjang Kalibesar terjaga kebersihannya. Di atas permukaan Kalibesar yang dibendung itu didirikan juga taman apung menggunakan ponton guna memperindah lokasi di Kota Tua.
Ketua Tim Sidang Pemugaran Bambang Eryudhawan mengatakan, revitalisasi tahap I Kalibesar melupakan fungsi utama sebuah sungai untuk mengalirkan air. ”Revitalisasi tahap I itu menunjukkan konsep pembangunan yang hanya mementingkan sisi estetika,” kata Bambang, Senin (5/11/2018).
Ia berpendapat, kerap kali pemerintah gamang menentukan prioritas pembangunan dan akhirnya justru jatuh pada konsep pembangunan yang hanya berfokus pada nilai-nilai bersifat sementara.
Bambang mencontohkan, pembangunan tanggul di Kalibesar itu hanya mementingkan keindahan di satu titik, yaitu Kota Tua, tanpa memikirkan dampak yang membuat aliran kali menjadi mandek menyerupai kolam.
Pada Kamis (1/11/2018) hujan turun dan membuat air dari Kali Krukut masuk melampaui tanggul di sisi selatan, tepat di sisi jembatan Jalan Bank. Akibatnya, puluhan ton sampah itu terjebak di antara kedua tanggul itu. Pembersihan berlangsung lambat karena sebagian permukaan Kalibesar ditutupi ponton taman apung.
Kepala Suku Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (KLH) Jakarta Barat Edy Mulyanto mengatakan, penanganan sampah di Kalibesar tidak bisa dilepaskan dari perbaikan fungsi Kali Krukut yang menjadi sumber aliran Kalibesar. ”Sampah yang kemarin memenuhi Kalibesar itu asalnya, kan, dari sana (Kali Krukut),” kata Edy.
Menurut Edy, jika tidak ada upaya perbaikan sistematis yang mencakup kedua daerah aliran sungai itu, luapan sampah akan terus datang memenuhi Kalibesar setiap kali turun hujan deras. ”Daerah hulu juga perlu diperhatikan dan dijaga, percuma saja kalau yang diperindah hanya daerah hilir,” ujar Edy.
Pada hari biasa, ada sekitar 4 ton sampah yang dibersihkan dari Kalibesar. Namun, jumlah itu akan bertambah empat kali lipat jika turun hujan deras.
Komandan Regu Unit Pengelola Kegiatan Badan Air Dinas Lingkungan Hidup Kecamatan Taman Sari Amirudin mengatakan, enam petugas kebersihan yang ditempatkan di Kalibesar membutuhkan setidaknya waktu empat hari untuk mengangkat sampah yang selalu datang ketika turun hujan deras.
Amirudin mengatakan, setelah aliran kali kembali normal, sampah itu akan terjebak di antara kedua tanggul dan sela-sela ponton taman apung. ”Ponton itu bikin proses pembersihan menjadi lebih lama karena ruang gerak petugas jadi terbatas,” ujarnya.
Pada Senin (5/11/2018), akses tangga menuju taman apung ditutup. Tidak ada seorang pun pengunjung yang bersantai di sana sebagaimana seharusnya taman itu diperuntukan. Hal itu menyebabkan beberapa pengunjung tampak kebingungan mencari cara masuk ke taman apung itu.
Amirudin menjelaskan, warga di sepanjang bantaran Kalibesar masih membuang sampah di sungai. Hal itu juga diperparah oleh sejumlah pengunjung taman apung yang tindak mengindahkan larangan membuang sampah di sungai.