JAKARTA, KOMPAS -- Revitalisasi kawasan Situ Perigi di Kelurahan Perigi Lama, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan terhambat masalah sampah kiriman dari hulu saluran air. Penambahan fasilitas penahan sampah pada hulu juga perlu dilakukan selain perbaikan sarana yang sudah ada.
Perwakilan Yayasan Perigi Lestari Fajar Mulia mengungkapkan, sampah yang masuk ke kawasan situ akan semakin banyak saat memasuki musim hujan. Sampah tersebut merupakan bawaan dari hulu saluran air yang mengarah ke wilayah situ.
Menurut hasil penelusuran yayasan bersama dengan warga sekitar Situ Perigi, tumpukan sampah berada di sisi Jalan Tol Bintaro-Serpong, tepatnya pada kilometer 8 + 600. Jarak dari tempat pembuangan sampah (TPS) liar ke situ berjarak sekitar tiga kilometer. Fajar menyatakan sampah-sampah plastik itu menggunung cukup besar dan menutupi saluran air.
"Kalau musim kemarau memang tidak banyak. Begitu musim hujan, apalagi hujan deras, itu (sampah) akan masuk sampai benar membuat kotor," kata Fajar yang ditemui di sela-sela audiensi antara Yayasan Perigi Lestari, warga kawasan Situ Perigi, dan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) di Kantor BBWSCC, Cawang, Jakarta Timur pada Selasa (6/11/2018).
Ketua RW 021 Kelurahan Perigi Lama Satiri mengatakan, sampah yang sampai di Situ Perigi akan tertahan oleh jeruji yang dipasang khusus untuk mengurangi jumlah sampah yang masuk. Selain itu, petugas kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Selatan datang setiap hari untuk mengangkut sampah-sampah yang terhenti pada pagar.
Memasuki musim hujan, sampah plastik yang datang semakin banyak. Pemasangan jeruji yang tidak sampai dasar saluran menyebabkan sejumlah besar sampah lolos sehingga mengotori situ. Satiri juga mengatakan jeruji tersebut sudah mengalami kerusakan karena tidak kuat menahan aliran air bercampur sampah.
Sejumlah sampah yang melewati jeruji juga akan menggumpal di dasar situ. Akibatnya, sampah akan tersedimentasi dan menghambat aliran air. Hal ini dapat membuat air meluap dan membanjiri perumahan penduduk.
Untuk mengurangi sampah di situ, Satiri dan warga sekitar mengadakan kerja bakti seminggu sekali. Namun, banyaknya sampah yang masuk membuat hasil pekerjaan warga tidak berpengaruh.
"Salah satu pagar penahannya juga sudah sedikit miring. Saya harap diperbaiki secepatnya," ucap Satiri.
Kerusakan juga terjadi pada pintu air situ. Sejumlah retakan muncul pada struktur utama yang berfungsi untuk mengalirkan air ke situ. Kerusakan dapat bertambah buruk saat hujan. Derasnya aliran air dapat menggerus bagian yang retak dan berpotensi merusak pintu air.
Selain perbaikan, Fajar juga menyarankan penambahan pagar penahan pada lokasi TPS liar. Dengan begitu, volume sampah yang lolos ke kawasan situ bisa diminimalisir.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Operasi dan Pemeliharaan BBWSCC Putu Joni mengatakan pihaknya akan segera melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan dan dinas terkait untuk membahas masalah ini.
Joni menuturkan, masalah sampah pada TPS liar di sisi tol akan disampaikan kepada Dinas Lingkungan Hidup setempat. BBWSCC tidak memiliki wewenang atas pengelolaan sampah pada sebuah wilayah.
Lebih lanjut, Joni mengatakan telah menurunkan tim untuk melakukan survei pada hari Senin (5/11/2018) kemarin. Rencananya, perbaikan pagar penahan sampah akan dimulai pada hari ini. Fokus pemugaran adalah memperkuat fondasi jeruji.
"Perbaikan pintu air masih menunggu penelusuran desain asli. Setelah itu, kami akan membuat rencana penanganan," ungkapnya.
Sementara terkait penambahan sarana, Joni mengatakan hal tersebut kemungkinan tidak akan terjadi pada tahun ini karena keterbatasan dana. Namun, pihaknya akan mengusulkan rencana revitalisasi Situ Perigi pada tahun anggaran 2019. (Lorenzo Anugrah Mahardhika Telling)