Di Balik Kenekatan Pria Penyerbu Markas Polsek Penjaringan
Oleh
Agnes Rita Sulistyawaty
·3 menit baca
Kenekatan R (30) menyerang Polsek Penjaringan, Jakarta Utara, mengundang tanda tanya. Tidak seorang pun menyangka pemuda yang dikenal pemalu dan rajin beribadah itu memiliki keberanian menyerang kantor polisi seorang diri.
Kakak pelaku, Rohman (53), menuturkan, adiknya biasanya bangun pukul 01.00 untuk berdoa sembari menunggu datangnya subuh. Namun, Jumat dini hari itu, R tidak menunaikan kebiasaanya itu.
Dengan menunggangi motor milik kakaknya, R menuju Polsek Penjaringan. Sesampainya di sana, dua golok yang ia bawa dari rumah segera dikeluarkan dan diayunkan pada petugas yang berjaga pada dini hari itu.
Kepala Polsek Metro Penjaringan Ajun Komisaris Besar Rachmat Sumekar mengatakan, R berusaha menyerang petugas yang terlihat membawa senjata api agar ia ditembak mati. “Beberapa petugas yang tidak membawa senjata api tidak diserang pelaku,” kata Rachmat.
Aksi nekat R dihentikan saat satu peluru dari pistol milik Ajun Inspektur Dua Giyarto bersarang di pangkal lengan kanannya. Satu orang petugas, Ajun Komisaris MA Irawan, mengalami luka ringan dalam insiden ini.
Tertutup
R merupakan anak bungsu dari delapan bersaudara. Ia tinggal satu rumah dengan Rohman dan kakak perempuannya, Hastuti (32), di Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.
“Adik saya berubah menjadi pendiam sejak mengangur,” ujar Rohman saat ditemui di rumahnya. Sejak keluar dari pekerjaannya sebagai pelayan toko pada 12 tahun lalu, R berubah perlahan menarik diri dari lingkungan pergaulan.
Dalam rentang waktu 12 tahun itu, R tidak pernah sekali pun keluar dari rumah selain untuk ibadah. Setiap hari, ia mengurung diri di kamar seluas 2x3 meter.
Sifat pemalu dan tertutup R itu semakin parah ketika pada tiga tahun lalu ia didiagnosis mengidap penyakit paru-paru dan getah bening. Bahkan, untuk pergi ke dokter pun R harus didampingi kakak perempuannya karena ia takut bepergian sendiri.
“Kalau enggak didampingi, dia pasti bohong dan enggak ke dokter,” ujar Rohman.
Suatu kali, R pernah membohongi Hastuti dengan menunjukkan kuitansi lama karena ia tidak berani pergi ke dokter sendirian.
Putus asa
Kebohongan R pada Hastuti soal pengobatan itu perlahan menyadarkan Rohman bahwa adiknya sudah putus asa bisa sembuh dari kedua penyakit yang diidapnya itu.
“Soal pengobatan sebenarnya tidak ada kesulitan, tetapi mungkin memang tekanan akibat lama menganggur membuat dia semakin frustasi dan putus asa,” kata Rohman.
R sempat menulis surat untuk Hastuti sebelum pergi ke Polsek Penjaringan untuk melakukan aksi nekatnya. Hastuti merupakan orang dekat R. Dalam surat itu, R berpamitan dan meminta maaf karena telah banyak membebani keluarga.
“Dia itu malu karena lama menganggur dan sedih karena penyakitnya tidak kunjung sembuh,” kata Rohman.
Kakak pertama R itu yakin, adiknya dirundung rasa putus asa yang mendalam hingga nekat melakukan penyerangan.
Paman pelaku, Rahmat (69), juga heran, R yang dikenalnya pemalu dan pendiam bisa melakukan aksi senekat itu. “Dia itu enggak pernah sekali pun kelihatan marah, tetapi memang matanya sering kelihatan sedih,” ujar Rahmat.
Adapun Rahmat menduga, R mengidap depresi hingga nekat melakukan aksinya itu. “Dalam penyelidikan di rumah pelaku, petugas tidak menemukan barang bukti yang menunjukkan keterkaitan R dengan jaringan teroris,” ujar Rahmat.