JAKARTA, KOMPAS — Sampah dan limbah minyak mengotori area keramba-keramba budidaya ikan di pesisir Pulau Pari, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Warga cemas kotoran itu memperparah kerusakan lingkungan sehingga berdampak pada kematian ikan budidaya.
Sampah dan limbah minyak sudah memicu kematian beberapa ikan di keramba milik warga.
”Sebagian ikan kerapu mati, mungkin bisa lebih banyak lagi,” kata Sartono, warga RT 001 RW 004 Kelurahan Pulau Pari, saat dihubungi pada Rabu (28/11/2018).
Sartono menghanyutkan lagi sampah dan limbah minyak ke luar keramba menuju laut. Sampah dan limbah minyak itu mulai masuk ke 25 keramba miliknya.
Sementara Edi Mulyono, warga Pulau Pari, menambahkan, 40 keramba di utara Pulau Pari sudah terpapar sampah dan minyak. Kejadian seperti ini pernah terjadi sekitar Oktober 2017. Penyebabnya sama, yaitu pencemaran limbah minyak. Saat itu, dari 12.000-an ikan di keramba budidaya, 3.500 ikan mati karena tumpahan minyak mencapai keramba.
Saat itu, sekitar 500 ikan yang dibudidayakan Sartono juga mati. Akibat kejadian itu, dia mengalami kerugian sekitar Rp 50 juta.
Selama 2018, limbah minyak dari laut pernah mencapai pesisir Pulau Pari pada April dan Juli lalu. Selain merugikan warga, sampah dan limbah minyak dikhawatirkan bedampak pada sektor wisata. Endapan sampah selama bertahun-tahun diduga berkontribusi merusak terumbu karang di selatan dan timur laut pulau. Adapun ceceran minyak mengganggu kehidupan ikan, lamun, dan mangrove. Padahal, sebagian besar warga hidup dari aktivitas wisata menyelam dan selam permukaan (snorkeling).
Bersamaan dengan ”kedatangan” sampah dan limbah minyak, Selasa (27/11/2018), warga menemukan bangkai penyu mengambang di laut dekat pulau. Seorang nelayan bernama Suryadi merekamnya sewaktu berlayar pulang.
Kepala Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu Evi Haerlina mengatakan, berdasarkan video itu, penyu yang mati berjenis penyu sisik. Dari informasi Bupati Kepulauan Seribu Husein Murad, terkonfirmasi ada sampah dan limbah minyak di pesisir Pari.
”Namun, kematian penyu mati disebabkan plastik dan pencemaran belum bisa dibuktikan karena sampai saat ini bangkainya belum ditemukan,” ujarnya.
Penyebab kematian penyu diketahui jika nelayan mengambil bangkai itu untuk diotopsi dokter hewan. Sejauh ini belum ada indikasi adanya plastik di dalam mulut penyu.