JAKARTA, KOMPAS Tim gabungan TNI-Polri, Rabu (5/12/2018), menemukan jenazah 15 pekerja PT Istaka Karya (Persero) yang dibunuh kelompok kriminal bersenjata di puncak Bukit Kabo, Kabupaten Nduga, Papua. Sementara itu, satu pekerja, yaitu Johny Arung, berhasil diselamatkan ke Pos Mbua, Nduga.
Selain mengevakuasi para korban, Presiden Joko Widodo memerintahkan TNI dan Polri mengejar kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang melakukan penembakan di Nduga. ”Tidak ada tempat untuk kelompok-kelompok kriminal bersenjata seperti ini di tanah Papua ataupun seluruh pelosok Tanah Air. Kita tidak akan pernah takut,” kata Presiden, kemarin, di Istana Merdeka, Jakarta.
Dalam kesempatan itu, Presiden menyampaikan dukacita atas meninggalnya para pekerja PT Istaka Karya (Persero) yang sedang membangun jalan Trans-Papua di Kali Yigi dan Kali Yaurak, Nduga, karena diserang KKB pada hari Minggu lalu.
Satu hari kemudian, Senin (4/12), penyerangan kembali terjadi di pos pengamanan TNI di Distrik Mbua. Dalam peristiwa ini, seorang tentara meninggal dan seorang tentara luka-luka.
Panjang jalur Trans-Papua yang mencapai sekitar 4.600 kilometer (km) terdiri atas jalan Trans-Papua sepanjang 3.353 km dan jalan perbatasan sepanjang 1.098 km. Pada 2015-2019, akan terbangun 945 km jalan baru Trans-Papua dan 107 km jalan perbatasan.
Presiden menuturkan, pembangunan di Papua menghadapi medan yang tidak mudah. Secara geografis, posisinya sulit sehingga alat berat dan material harus diangkut dengan helikopter. Kesulitan ini ditambah dengan gangguan keamanan di titik-titik tertentu.
Meski demikian, Presiden menegaskan, pembangunan infrastruktur di Papua tetap akan diselesaikan. ”Tetap harus diselesaikan. Artinya, jalan terus untuk membangun tanah Papua dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” tutur Presiden.
Evakuasi
Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian menambahkan, penembakan di Nduga dilakukan oleh KKB yang dipimpin Egianus Kogoya. Kelompok ini terdiri atas 30-50 orang dengan sekitar 20 pucuk senjata.
Setiap 1 Desember, lanjut Tito, kelompok ini berupaya menunjukkan eksistensinya melalui pengibaran bendera dan penyerangan. Aparat biasanya menjadi target utama. Apabila dirasa sulit menyerang aparat, dicari sasaran yang lebih lemah.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, kemarin, tiba di Timika, Papua, dan langsung memimpin rapat koordinasi TNI-Polri untuk menangani kasus penembakan yang dilakukan KKB. Dalam rapat itu hadir antara lain Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa, Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Ari Dono Sukmanto, dan Komandan Korps Brigade Mobil Polri Inspektur Jenderal Rudy Sufahriadi.
Ari Dono menyebutkan, ada 22 korban jiwa dalam penyerangan yang dilakukan KKB pada hari Minggu lalu.
Tim gabungan TNI-Polri, kemarin, menemukan jenazah 15 karyawan PT Istaka Karya yang dibunuh. Komandan Resor Militer 172/Praja Wira Yakti Kolonel (Inf) Binsar Sianipar mengatakan, semua jenazah masih berada di wilayah puncak Bukit Kabo. Proses evakuasi akan dilaksanakan secepatnya.
”Kami akan berupaya mengevakuasi semua jenazah langsung ke Timika (Kabupaten Mimika) apabila kondisi cuaca di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, buruk,” kata Binsar.
Saat tim gabungan TNI-Polri mengevakuasi para pekerja PT Istaka Karya, lanjutnya, sempat terjadi kontak senjata dengan KKB pimpinan Egianus Kogoya. Dalam peristiwa ini, seorang anggota Polri, yaitu Bhayangkara Satu Wahyu, terkena tembakan di tangan. Saat ini, Wahyu telah dievakuasi ke Wamena untuk dirawat.
Sementara itu, dua anggota TNI yang menjadi korban dalam serangan yang dilakukan KKB, hari senin lalu, telah dievakuasi ke Timika. Mereka adalah Sersan Dua Handoko yang meninggal dunia dan Prajurit Satu Sugeng yang terluka tembak.
Juru bicara Organisasi Papua Merdeka, Sebby Sambon, menyatakan, kelompok Egianus Kogoya bertanggung jawab atas penyerangan terhadap para pekerja PT Istaka Karya di Nduga. Penyerangan itu disebabkan ada anggota TNI di tengah para pekerja.
Aspek HAM
Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengecam keras penembakan terhadap pekerja proyek pembangunan jalan Trans-Papua. Penembakan itu dinilai sebagai tindakan yang brutal dan tidak berperikemanusiaan.
Pada saat yang sama, Komnas HAM juga mengingatkan agar aspek hak asasi manusia tetap ditegakkan dalam penanganan kasus tersebut. ”Proses penegakan hukum harus memperhatikan aspek HAM,” kata Taufan.
Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara menambahkan, pendekatan keamanan yang dipakai dalam penanganan kasus seperti yang terjadi di Nduga mesti diiringi dengan pendekatan lain, seperti pendekatan HAM, sosial budaya, dan hak sipil politik dari masyarakat Papua. Pendekatan kepada masyarakat dan tokohnya menjadi sangat penting dalam menangani kasus seperti yang terjadi di Papua.
Terkait hal itu, Koordinator Kontras Yati Andriyani menambahkan, selain mempercepat pembangunan infrastruktur di Papua, pemerintah juga perlu meningkatkan komunikasi dengan masyarakat di daerah itu. (INA/FLO/WER/REN/SAN/EDN/MHD)