Lokasi Jualan Sepi, Pedagang Menunggak Hingga Rp 1,3 Miliar
Oleh
Andy Riza Hidayat
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penarikan retribusi pada sejumlah lokasi binaan pedagang di Jakarta Barat terkendala karena banyaknya tunggakan. Jumlah tunggakan ini tercatat sebanyak Rp 1,3 miliar hingga Februari 2019. Tunggakan ini terjadi karena pedagang tidak mampu menanggung beban pembayaran.
Kepala Suku Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan (KUMKMP) Nuraini Silviana mengatakan, ada sekitar 700 pedagang yang saat ini menunggak retribusi. Jumlah pedagang itu tersebar di 5 Lokasi Binaan (Lokbin) dan 40 Lokasi Sementara (Loksem) di Jakarta Barat.
"Mereka sudah kami fasilitasi tempat berjualan dengan sewa sekitar Rp 3.000 hingga Rp 4.000 per hari. Jumlah ini saya pikir cukup murah, tapi mereka masih ada saja yang enggan membayar," kata Nuraini, di Jakarta, Rabu (20/3/2019).
Kepala Seksi Suku Dinas KUMKMP Jakarta Barat, Djarot Sarafuddin, menyebutkan dua lokasi yang paling banyak tunggakannya. Lokasi itu meliputi Lokbin Taman Kota Intan, Tamansari, serta Loksem Jalan Krendang Utara, Tambora, Jakarta Barat.
Ia mencontohkan, hanya ada delapan pedagang yang membayar retribusi Lokbin Taman Kota Intan dari 368 pedagang binaan. Sementara itu, di Loksem Jalan Krendang Utara, terdapat 73 pedagang yang menunggak retribusi dari total 97 pedagang.
"Jumlah penunggak ini terhitung cukup banyak bila membandingkan dengan total pedagang di tiap Lokbin dan Loksem lain," ucap Djarot.
Lokbin Taman Kota Intan yang berjarak 100 meter dari kawasan wisata Kota Tua, dianggap tidak mendatangkan banyak pengunjung. Fauzan (35), pedagang liar di Jalan Kunir, Tamansari, mengaku enggan berjualan di Lokbin Taman Kota Intan walaupun biaya sewanya cukup murah. "Biarpun biaya sewa hanya sekitar Rp 120.000 per bulan, tapi kalau berjualan di tempat sepi, ya percuma," kata Fauzan.
Abdul (35), pedagang sepatu di Lokbin Taman Kota Intan, telah menutup lapak dagangannya selama tiga bulan terakhir. Dia pindah lokasi dan menggelar dagangan setiap sore di kawasan Kota Tua. Di tempat baru ini, dia merasa dagangannya lebih laris.
Berjualan di Kota Tua membuat dagangan sepatu Abdul laku hingga 15 pasang pada hari biasa. Ia bisa menjual hingga 80 pasang sepatu saat Kota Tua ramai pada akhir pekan.
Mengenai hal ini, Djarot mengatakan, keberadaan Lokbin Taman Kota Intan merupakan konsep kawasan pedagang yang diusulkan dari pemerintah tingkat provinsi. Karena hal ini, tidak ada banyak hal yang bisa diubah selain penataan pedagang.
Untuk menuntaskan persoalan pedagang liar di kawasan Kota Tua, solusi yang sedang dibicarakan yaitu pengadaan lahan alternatif. Djarot mengatakan, lahan tersebut salah satunya memanfaatkan Gedung Tjipta Niaga, gedung bersejarah di kawasan Kota Tua.
"Rencana lahan alternatif di Gedung Tjipta Niaga itu masih dibicarakan dengan PT Pembangunan Kota Tua Jakarta. Bila memungkinkan, kami harap hal ini bisa memberi ruang baru bagi pedagang untuk menjangkau pembelinya," kata Djarot. (ADITYA DIVERANTA)