JAKARTA, KOMPAS – Fikri (8) hanyut terseret arus deras saat nekat terjun ke sungai Ciliwung di Jalan Slamet Riyadi, Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (23/4/2019) siang. Hingga malam ini, petugas Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Kebakaran Jakarta Timur masih mencari siswa tingkat dua sekolah dasar itu.
Kepala Seksi Operasi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Kebakaran Jakarta Timur Gatot Sulaiman mengatakan, Fikri nekat melompat ke sungai meski sudah dilarang oleh teman-temannya. Fikri yang sudah melompat sempat ditahan oleh temannya. Namun, Fikri justru meronta dan jatuh ke permukaan air dan terseret arus sungai.
“Sejak mendapat laporan, kami langsung terjun ke lokasi awal korban melompat hingga ke pintu air Manggarai. Kami menerjunkan dua tim, dua perahu karet, dan 14 personil. Area pencarian sekitar 1,5-2 kilometer. Kami mulai terjun sekitar pukul 14.30 di sekitar TKP, di Slamet Riyadi 4. Setiap pinggiran yang kita curigai korban tersangkut sudah kita sisir. Kami bolak-balik menyusur sungai. Namun nihil, Fikri belum ditemukan,” kata Gatot.
Menurut Gatot, cukup kesulitan karena arus sungai cukup deras. Selain itu, baling-baling perahu karet tersangkut sampah. Gatot dan timnya terus berupaya mencari Fikri meski hari sudah gelap. Ia mengatakan, jika belum ditemukan, pencarian akan dilanjutkan Rabu pagi.
Gatot menuturkan, sudah berkoordinasi dengan petugas pintu air Manggarai. Berdasarkan informasi dari petugas pintu air Manggarai, belum ada jejak Fikri sampai di Pintu air Manggarai.
Upaya pencarian tidak hanya dilakukan petugas, tidak lama setelah mendengar Fikri terjun dan hanyut ke sungai Ciliwung, Tri Haryanto (27), kakak sepupu korban bersama pamannya, Yanto, dan 9 orang lainnya termasuk para tetangga ikut menyusur sungai Ciliwung tanpa perlengkapan keamanan.
Setelah menyusur sungai sekitar empat jam tanpa menemukan Fikri, Haryanto dan lainnya akhirnya menepi ke sungai karena kelelahan. “Dari lokasi Fikri terjun, kami susur sungai hingga pintu air Manggarai. Kami lalu jalan kaki ke lokasi awal, terjun lagi susur sungai hingga pintu air Manggarai, jalan kaki lagi, susur lagi. Namun gak ketemu,” katanya dengan nafas terputus-putus dan mata memerah.
Yanto, Paman korban, mengatakan, memberanikan diri ikut terjun ke sungai demi keponakannya meski sudah lama tidak berenang. “Rasanya teraduk-aduk karena arus sungai cukup deras. Kita yang dewasa saja kerepotan apalagi anak kecil yang tidak bisa berenang. Semoga keponakan saya bisa ditemukan. Saya akan bantu petugas,” lanjutnya.