Jakarta Perkuat Mitigasi Hadapi Banjir
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memperkuat mitigasi menghadapi kemungkinan banjir di masa mendatang. Kesiapsiagaan masih dibutuhkan karena hingga pertengahan Mei masih ada potensi hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
JAKARTA, KOMPAS—Dua jenis mitigasi disiapkan di Jakarta secara simultan, yakni mitigasi struktural dan mitigasi nonstruktural. Meski keduanya sudah berjalan, dibutuhkan penyempurnaan untuk meminimalkan kerugian saat banjir.
Hingga Sabtu (27/4/2019) pukul 19.00, masih ada 17 titik permukiman di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan yang kebanjiran dengan ketinggian 10-160 sentimeter akibat luapan sungai. Pukul 12.00 kemarin, tercatat ada 1.539 pengungsi.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Subejo mengatakan, mitigasi struktural antara lain berupa normalisasi sungai, penguatan tanggul, pembuatan kolam retensi ataupun waduk, serta persiapan pompa dan polder di daerah cekungan. Adapun mitigasi nonstruktural berupa sosialisasi, simulasi, serta informasi kepada warga di daerah rawan.
”Kedua mitigasi itu penting untuk menyiapkan masyarakat yang bermukim di daerah rawan bencana seperti banjir. Warga diharapkan bisa siaga sehingga potensi korban atau kerugian akibat bencana ini bisa diperkecil,” kata Subejo saat dihubungi.
Ia mengatakan, berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), saat ini sudah masuk pengujung musim hujan. Awal atau pertengahan Mei, intensitas hujan akan berkurang.
”Namun, kondisi ini tetap perlu diwaspadai karena beberapa kali masih turun hujan. Informasi dari BMKG itu kami gunakan untuk bahan informasi kepada warga,” ujarnya.
Sistem peringatan dini juga dikembangkan dengan pembuatan aplikasi, seperti aplikasi BMKG, yang menyajikan data perkiraan cuaca hingga dua hari ke depan. BPBD juga memperbarui data potensi bencana di situs dan akun Twitter.
”Kami masih perlu mengingatkan warga agar terbiasa mengakses informasi itu supaya mereka bersiap menghadapi potensi bencana di daerahnya,” ujar Subejo.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebutkan, sejauh ini, dua orang meninggal karena banjir, yakni Imas (48) warga Kebon Baru, Jakarta Selatan, yang terseret arus Kali Ciliwung. Sementara Suyanto (70), warga Bidara Cina, Jakarta Timur, meninggal akibat serangan jantung.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Yusmada Faizal mengatakan, pompa air, polder, dan pompa mobile difungsikan secara maksimal untuk mengurangi dampak banjir di Jakarta. ”Petugas juga siaga di saluran drainase agar saluran tidak tersumbat,” ujarnya.
Bersama Dinas Lingkungan Hidup, sampah-sampah di saluran air juga diangkat.
Tasa (67), warga terdampak banjir di Pengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan, mengatakan, warga mengantisipasi banjir dengan memindahkan barang-barang berharga ke tempat yang lebih tinggi beberapa jam sebelum banjir.
”Sudah ada pemberitahuan sebelum banjir kemarin (Jumat). Jadi kami langsung pindahkan barang. Hanya kursi dan meja yang terendam,” ujar lelaki asal Cirebon, Jabar, itu.
Sementara, sebagian warga mulai terserang penyakit. Yuliawati (38), warga setempat, terserang demam dan hipertensi akibat lelah saat memindahkan barang-barang pasca-peringatan banjir. ”Suami saya masih di Garut. Saya sendiri dengan anak dua orang yang masih kecil,” katanya.
Kemarau bulan Mei
Intensitas hujan di Indonesia bagian barat, termasuk Jakarta dan sekitarnya, dipicu oleh aliran Madden Julian Oscillation (MJO). Hujan di Bogor juga sangat lebat dan berintensitas tertinggi di Indonesia pada periode 26-27 April 2019.
”MJO basah aktif di wilayah Indonesia bagian barat,” kata Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto, Sabtu.
Kali ini, MJO membawa massa udara basah sehingga meningkatkan curah hujan di daerah yang dilaluinya.
Menurut Siswanto, saat ini telah memasuki pancaroba. ”Untuk Jakarta, kemarau baru di bulan Mei. Namun, interaksi dengan MJO dari barat menimbulkan pusaran di Samudra Hindia dan Selat Karimata. Ini menyebabkan ada peningkatan hujan hingga beberapa hari ke depan,” ujarnya.
Bengkulu-Sumsel
Sementara, banjir melanda delapan daerah di Bengkulu. Ratusan rumah terendam.
Kepala Bidang Operasi Tanggap Darurat BPBD Provinsi Bengkulu Syamsuddin saat dihubungi dari Palembang, Sabtu sore, mengatakan, delapan daerah terdampak tersebar di Kota Bengkulu, Kaur, Rejang Lebong, Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara, Kapahiang, Bengkulu Selatan, dan Lebong.
Di Kelurahan Nakau, Kecamatan Talang Empat, Kota Bengkulu, tinggi banjir mencapai 3 meter.
Selain banjir, longsor terjadi di beberapa titik. Yang terparah di Desa Bunung Keling, Kecamatan Pino Raya, Kabupaten Bengkulu Selatan. Material longsor menutupi jalan sepanjang 20 meter dengan ketinggian longsor mencapai 6-7 meter. Tim masih berupaya menyingkirkan material longsor.
”Petugas kesulitan menyingkirkan material longsor karena kondisi tanah merah yang sudah mengeras. Sampai kini jalan baru bisa dilalui sepeda motor,” kata Syamsuddin.
Banjir dan longsor di Bengkulu dipicu hujan deras dalam 12 jam terakhir tanpa henti.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Bengkulu Selupati mengatakan, banjir yang mengepung Kota Bengkulu membuat akses jalan terendam banjir. ”Ini bencana banjir terparah dalam sepuluh tahun terakhir,” ujarnya.
Akibat banjir ini, dua anak di Kelurahan Sawah Lebar Lama, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu, tewas setelah tenggelam saat menjaring ikan.
Banjir di Bengkulu berdampak hingga Sumatera Selatan karena hulu Sungai Musi di Bengkulu. Satu jembatan dan 5 rumah di Desa Muara Betung, Kecamatan Ulu Musi, Kabupaten Empat Lawang, Sumsel, hanyut terbawa derasnya air Sungai Musi. Selain itu, 20 rumah rusak dan 50 rumah terendam banjir.
Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Sumsel Ansori mengatakan, banjir bandang terjadi Sabtu pagi. Air Sungai Musi tiba-tiba meningkat dan membawa material kayu dari kawasan hulu. ”Jembatan roboh diterjang kayu-kayu besar,” katanya. Sejauh ini tidak ada korban jiwa.
Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan, ambruknya jembatan juga disebabkan usia jembatan di atas 25 tahun. ”Tahun ini kami sudah menganggarkan dana pembangunan jembatan, tetapi terkendala izin dari pemerintah pusat,” katanya.
(VAN/IDO/PIN/AIK/RAM/ART)