Pentas musik orkestra yang diadakan secara rutin di Jakarta memiliki potensi untuk turut mendukung pariwisata. Animo warga Jakarta menyaksikan pertunjukan musik orkestra ternyata sangat besar.
Oleh
Aditya Diveranta
·3 menit baca
Pentas musik orkestra yang diadakan secara rutin di Jakarta memiliki potensi untuk turut mendukung pariwisata. Animo warga Jakarta menyaksikan pertunjukan musik orkestra ternyata sangat besar. Tak menutup kemungkinan pertunjukan orkestra di Jakarta juga menarik bagi warga asing yang sedang berada di Ibu Kota.
Animo warga Jakarta yang sangat antusias menyaksikan pertunjukan musik orkestra ini tergambar dari peningkatan jumlah pengunjung pentas Jakarta City Philharmonic. Menurut Pelaksana Tugas Ketua Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Anto Hoed, sejak diadakan pada 2017, jumlah pengunjung pertunjukan Jakarta City Philharmonic terus meningkat sehingga tempat konser pun tidak dapat menampung seluruhnya.
”Jumlah (peningkatan) ini cukup drastis. Saat Jakarta City Philharmonic pertama kali diadakan, kapasitas kursi 450 penonton di Gedung Kesenian Jakarta semuanya terisi penuh. Bulan berikutnya, meningkat hingga 900 orang yang tidak dapat kami tampung semua. Begitu pun hari ini, 1.200 tiket teater Taman Ismail Marzuki ludes terpesan oleh warga,” ucap Anto seusai gelaran pentas musik orkestra Jakarta City Philharmonic, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu (28/8/2019) malam.
Dampak pariwisata juga tidak hanya dilihat dari jumlah kunjungan. Anto mengatakan, adanya pentas orkestra yang mewakili kota turut membentuk hubungan bilateral dengan pementas orkestra di negara lain. Dalam beberapa waktu mendatang, misalnya, tim Jakarta City Philharmonic (JCP) diundang menjadi tamu pada pentas musik orkestra di Jepang. Hal ini nantinya juga akan mempromosikan Indonesia di Jepang.
”Keberadaan JCP ini turut membentuk identitas kota dalam hal musik orkestra. Beberapa kota di Melbourne, Australia, atau bahkan di New York, Amerika Serikat, memiliki kolektif orkestra yang menjadi cerminan kota. Harapannya, JCP pun nantinya bisa saling berkomunikasi dengan pentas orkestra kota dari negara lain,” ujarnya.
Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta Edy Junaedi mengatakan, dukungan terhadap pentas orkestra JCP ditunjukkan melalui skema pendanaan lewat dana hibah yang berlaku mulai tahun ini. Ini karena keberadaan JCP dalam dua tahun terakhir, menurut dia, telah menjadi salah satu agenda penting yang animonya pun cukup tinggi.
”Dalam dua atau tiga pementasan terakhir, kami telah menurunkan sejumlah dana untuk mendukung kelangsungan pementasan. Acara ini telah menjadi calendar of event rutin warga Jakarta sehingga saya pikir konsistensi pengadaannya pun harus terjaga,” ucap Edy.
Sejumlah warga yang datang pada pementasan Rabu malam pun beragam. Laila (43), warga Jakarta Selatan, telah rutin menghadiri acara JCP selama empat bulan terakhir. Pentas semacam ini memberikan pengalaman berbeda dalam menikmati musik.
”Ada adab yang berbeda di pentas musik orkestra, seperti tepuk tangan dilakukan setelah presentasi satu lagu benar-benar selesai, lalu tidak boleh sembarangan mondar-mandir saat musik berlangsung kecuali pada waktu rehat (intermission). Ini jadi pengalaman yang menarik,” ujar Laila.
Sementara Carla (26), warga Jakarta Pusat, menjadikan pentas JCP sebagai hiburan alternatif. Itu karena, menurut dia, tidak cukup banyak pementasan musik orkestra yang diadakan secara rutin setiap bulan seperti JCP.
Terkait kunjungan, Anto menyebut cukup banyak warga yang datang dari kalangan muda. Ia berharap belasan tahun mendatang kalangan muda yang datang jadi semakin mengerti dengan bentuk apresiasi dalam musik orkestra.