Polisi Kembali Ungkap Peredaran Narkoba untuk Pesanan Akhir Tahun
Peredaran narkoba menjelang pergantian tahun kembali marak. Meski sebelumnya polisi menggagalkan peredaran narkoba untuk pesta di pengujung tahun, aparat kembali membongkar masalah serupa.
Oleh
Aguido Adri
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya mengungkap peredaran narkoba jenis sabu sebanyak 3,5 kilogram. Dalam pengungkapan kasus itu memperlihatkan permintaan barang haram ini terus meningkat di pengujung tahun 2019.
Baru dua hari Badan Reserse Kriminal Polri Direktorat Tindak Pidana Narkoba merilis pengungkapan peredaran narkoba jenis sabu sebanyak 158 kg oleh jaringan Nigeria. Kali ini, giliran Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya merilis pengungkapan peredaran sabu seberat 3,5 kg.
Polda Metro Jaya masih mendalami apakah kasus yang mereka tangani ada kaitannya dengan pengungkapan peredaran sabu 158 kg. Namun, dari dua pengungkapan tersebut membuktikan permintaan sabu di pengujung tahun 2019 meningkat.
”Terkait jaringan juga akan kami dalami apakah mereka ini termasuk jaringan internasional. Namun, dari penyelidikan awal, peredaran 3,5 kg ini diduga jaringan Jakarta-Palembang yang dibungkus teh china dan sejumlah klip,” kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus, Rabu (4/12/2019), di Jakarta.
Yusri mengatakan, polisi menangkap tersangka M, bandar sekaligus kurir narkoba, di depan Gedung Balai Sudirman, Jakarta Selatan, beserta barang bukti sabu hampir 1 kg. Tidak lama setelah itu, polisi menuju kontrakan M di sekitar Jalan Kebon Nanas Selatan, Jakarta Timur. Di rumahnya, M menyimpan sabu lebih dari 2,2 kg.
Kepala Subdirektorat I Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Ahmad Fanani menuturkan, saat ini polisi masih mengejar buronan A, dan diduga ada tersangka lain yang memiliki peran lebih besar.
Dari mengembangkan awal kasus, diketahui M mendapatkan sabu dari bandar berinisial A. M juga mendapat upah dari A sebesar Rp 20 juta untuk mengantar atau menjual kepada pelanggan setiap 200 gram atau 1 kg sabu.
”M sudah empat kali mengantar sabu ke pelanggan. Kami lalu meminta M menunjukan barang tersebut dari A. M sempat berkilah dengan menunjukkan lokasi yang salah. Di tempat ketiga, M sempat merebut senjata dan terjadi perkelahian. Sesuai SOP kami lumpuhkan. Nyawanya tak tertolong,” kata Fanani.
Sebelumnya, Badan Reserse Kriminal Polri Direktorat Tindak Pidana Narkoba juga mengungkap peredaran sabu seberat 158 kg dan menembak mati bandar yang menadah barang haram tersebut.
Direktur Tindak Pidana Narkoba Badan Reserse dan Kriminal Polri Brigadir Jenderal (Pol) Eko Daniyanto mengatakan, pengungkapan kasus 158 kg sabu itu merupakan rangkaian penyelidikan polisi sekitar dua bulan sejak Oktober terhadap jaringan yang dikendalikan jaringan narkotika internasional asal Nigeria.
Dari penyelidikan tersebut, polisi menangkap EF, bandar sekaligus penadah narkoba yang dikendalikan oleh AC dari dalam lembaga pemasyarakatan di Tangerang.
Polisi mendapatkan sabu dalam jumlah besar tersebut di tiga lokasi berbeda. Hal itu berawal saat polisi bergerak mengintai sebuah mobil yang dicurigai membawa barang haram di Jalan Alternatif Sentul. Polisi mencegat mobil tersebut dan menemukan 15 kg sabu yang terbungkus dalam karung biru.
”Tersangka EF merupakan bandar sekaligus penadah sabu. Terbukti dari pengembangan, kami menemukan 118 kg sabu di rumah kontrakan EF di Jalan Griya Alam Sentul. Rumah tersebut menjadi tempat tersangka menadah sabu dari bandar lebih besar,” kata Eko, di RS Polri Kramat Jati.
Dari keterangan tersangka, kata Eko, dia merencanakan akan mengirim sabu menggunakan mobil berbeda ke kurir untuk diedarkan kepada para pelanggan. Tak mau berlama-lama, polisi meminta EF untuk menunjukkan penyimpanan sabu tersebut yang berlokasi di Jalan Baru Bantul.
”Di lokasi tersebut ada sebuah mobil yang berisi 25 kg sabu siap edar. Kami masih mencurigai, mereka masih menyimpan sabu. Oleh karena itu, kami meminta EF menunjuk lokasi selanjutnya di Bekasi. Namun, EF melawan dan berusaha kabur. Terpaksa kami tembak. Saat dibawa ke rumah sakit terdekat, nyawanya tak tertolong,” ucap Eko.