Pembangunan tanggul pengaman pantai di pesisir Jakarta menghabiskan anggaran negara senilai Rp 3 triliun. Sayangnya, proyek tanggul raksasa itu rapuh dan jebol sepanjang sekitar 100 meter.
Oleh
STEFANUS ATO
·5 menit baca
Pembangunan tanggul pengaman pantai di pesisir Jakarta menghabiskan anggaran negara senilai Rp 3 triliun. Tujuannya pun sangat mulia, mengantisipasi banjir rob yang sudah di depan mata dan kian mengancam warga sekitar. Sayangnya, proyek tanggul raksasa itu rapuh dan jebol sepanjang sekitar 100 meter.
Tanggul pengaman pantai di pesisir Jakarta merupakan bagian dari proyek Pembangunan Terpadu Pesisir Ibu Kota Negara (NCICD) yang dikerjakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan pengembang swasta.
Tanggul itu akan dibangun sepanjang 120 kilometer mulai dari Bekasi (Jawa Barat), Jakarta, hingga Tangerang (Banten). Saat ini, tanggul yang sudah terbangun sepanjang 9,3 km. Kementerian PUPR membangun 4,5 km di Muara Baru (2,3 km) dan Kali Baru (2,2 km), Pemprov DKI 2,7 km, serta swasta 2,1 km.
Namun, di tengah upaya pemerintah mengebut pembangunan tanggul itu, ada hambatan yang menghadang. Tanggul yang dikerjakan Kementerian PUPR di Muara Baru, Jakarta Utara, tepatnya di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, jebol sekitar 100 meter pada Selasa (3/12/2019) sore.
Padahal, tanggul yang dibangun sejak 2015 itu baru selesai pada 2018. Saat itu, tanggul sedang diperkuat dengan timbunan tanah dari sisi darat. Beban tanah timbunan diduga kuat menjadi penyebab tanggul itu jebol.
Hal ini diakui sejumlah pihak dari Kementerian PUPR. Staf Ahli Bidang Keterpaduan Pembangunan Kementerian PUPR, Achmad Gani Ghazali, pada Kamis (5/12/2019), mengatakan, proses penimbunan tanah oleh mitra kerja tidak menggunakan metode yang benar. Sebelumnya, Pejabat Pembuat Komitmen NCICD Ilham Firmasyah juga menduga jebolnya tanggul akibat metode penimbunan.
Sementara itu, menurut Staf Khusus Bidang Sumber Daya Air Kementerian PUPR Firdaus Ali, tanggul jebol lantaran terlambat diberi penguat. Tanggul itu dibangun menggunakan metode spun pile atau tiang pancang.
”Seharusnya, tanggul itu segera diberi penguat dari sisi darat dengan penimbunan tanah dan dari sisi laut dengan membuat pemecah ombak,” ujarnya.
Namun, anggaran penguatan tanggul baru dianggarkan pada 2019 karena terbatasnya ketersediaan dana. Akibatnya, tanggul itu rentan jebol lantaran terus terkena empasan ombak.
Menurut Dewan Pertimbangan Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia Davy Sukanta, ada banyak kemungkinan penyebab tanggul jebol, seperti erosi pada fondasi tanggul, atau bisa juga sejak awal pemasangan tiang pancang tidak tepat.
”Tangggul tidak mungkin jebol karena pukulan gelombang. Perlu ditinjau lagi kondisi pemancangan tanggul,” kata Davy.
Tangggul tidak mungkin jebol karena pukulan gelombang. Perlu ditinjau lagi kondisi pemancangan tanggul.
Davy menyarankan untuk terlebih dahulu melihat kondisi dasar dari tanggul itu. Ada sesuatu yang kemungkinan terjadi pada fondasi sehingga tanggul rentan jebol.
Tertutup
Data yang dikutip Kompas dari situs Waskita Precast menyebutkan, tanggul yang dibangun di Pesisir Jakarta merupakan tanggul NCICD fase A. Tiang pancang yang digunakan untuk pengerjaan proyek itu berdiameter 800 milimeter dengan panjang 24 meter tanpa sambungan.
Sebagai perbandingan, berdasarkan data Persatuan Insinyur Indonesia, pembangunan tanggul NCICD di Kali Baru, Clincing, Jakarta Utara, menggunakan beton pracetak post-tension cylinder pile diameter 1.200 mm. Beton jenis itu memiliki spesifikasi ketebalan badan 150 mm, panjang 24 meter, dan kekuatan tekan 52 megapascal (MPa).
Cylinder pile adalah produk beton untuk tiang pancang yang diproduksi secara segmental dengan panjang per segmen 6 meter. Segmen-segmen tiang itu kemudian disambung menjadi satu menggunakan baja prategang dengan sistem
post-tension (pascatarik).
Upaya Kompas melihat lebih dekat kondisi konstruksi beton proyek NCICD terhambat. Pada Kamis (5/12) siang, area tangggul yang jebol sudah ditutupi dengan pagar seng. Sejumlah pekerja tengah memasang spanduk berisi larangan mendekat dan mengambil gambar.
Di sekitar lokasi proyek ada beberapa pihak yang mengawasi pergerakan wartawan yang ingin meliput jebolnya tanggul itu. Setiap kali ada wartawan yang mendekat, mereka berupaya menghalau dengan meminta wartawan izin terlebih dahulu ke atasan penanggung jawab proyek.
Setiap kali ada wartawan yang mendekat, mereka berupaya menghalau dengan meminta wartawan izin terlebih dahulu ke atasan penanggung jawab proyek.
Situasi ini juga dialami sejumlah wartawan yang mendatangi lokasi proyek pada Rabu (4/12) sore. Saat para wartawan membuat dokumentasi, seseorang berpakaian bebas dan bertopi mengambil sejumlah foto wajah pekerja media. Hal ini menimbulkan cekcok antara oknum tersebut dan para wartawan, tetapi kemudian dilerai.
Satu orang lain yang juga berpakaian bebas turut menghalang-halangi wartawan memfoto atau merekam video. Seseorang lagi dengan mengenakan kain masker dan berkacamata lalu lalang mengendarai sepeda motor sambil terus meminta wartawan menyudahi liputan.
Belum ada solusi
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Bambang Hidayah mengatakan, meski tanggul itu jebol, hingga saat ini belum ada upaya antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi banjir rob. Solusi sejauh ini masih dibahas.
Meski tanggul itu jebol, hingga saat ini belum ada upaya antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi banjir rob. Solusi sejauh ini masih dibahas.
Sementara itu, kerugian yang ditimbulkan karena jebolnya konstruksi itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengembang yang menimbun tanah karena pengerjaan proyek masih berjalan. Artinya, tidak ada tambahan uang negara untuk pembangunan kembali tanggul.
Petugas keamanan salah satu tempat usaha di seberang tanggul yang ambrol, Ahmad (24), khawatir ambrolnya tanggul NCICD bakal membuat lebih banyak air masuk saat laut pasang nanti. Bahkan, saat tanggul belum roboh, air laut setiap bulan pun masuk ke area pelabuhan saat pasang. Di tempat usaha yang ia jaga, air bisa setinggi mata kaki di bagian halaman.
Hal yang paling meresahkan Ahmad adalah jika air masuk dan menimbulkan risiko tersetrum. Sebab, terdapat gardu listrik bertegangan cukup tinggi di tempat usaha tersebut.
Menurut Camat Penjaringan M Andri, tanggul NCICD yang ambrol jauh dari permukiman warga di RW 017 yang berimpitan dengan pelabuhan. Karena itu, tidak ada dampak terhadap permukiman.
Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Zulficar Mochtar menambahkan, jebolnya tanggul pengaman pantai di sisi timur kawasan Pelabuhan Perikanan Samudra Nizam Zachman berdampak sangat kecil bagi pelabuhan.
”Paving block yang rusak selebar 1 meter dan panjang 160 meter segera diperbaiki,” katanya (Kompas, 4/12/2019).