Banyak Jalur Menyempit, Penumpukan Kendaraan Masih Terjadi Saat Kanalisasi
Kemacetan dan sumbatan arus lalu lintas yang terjadi saat uji coba kanalisasi 2-1 di jalur Puncak, Bogor, karena belum semua ruas jalan terdiri dari 3-4 ruas. Penertiban ruas jalur Puncak diperlukan.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Uji coba tahap kedua sistem 2-1 di jalur Puncak, Bogor, dilaksanakan pada Sabtu (7/12/2019). Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor berpendapat kemacetan masih terpantau di sejumlah lokasi karena jalur yang sempit.
Kepala Bidang Pengendalian Operasi Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor Bisma Wisuda, Minggu (8/12/2019), mengatakan, penumpukan kendaraan masih terpantau saat pemberlakuan uji coba tahap kedua sistem 2-1 di kawasan Puncak. Penumpukan kendaraan itu misalnya terpantau di pintu keluar Tol Gadog. Sebab, di titik itu ada penyempitan jalur. Akibatnya, kendaraan yang keluar dari tol menumpuk dan memicu kemacetan seperti hari biasa.
”Di depan hotel Pullman Vimala Hills yang ada di simpang Gadog itu masih terpantau ada penumpukan kendaraan kemarin,” ujar Bisma.
Selain itu, kemacetan lalu lintas juga tak terhindarkan di jalan yang jalurnya menyempit, seperti di simpang Megamendung, di depan Pasar Cisarua, ataupun di simpang Taman Safari.
”Di dekat Cimory atau daerah Cilember itu jalannya memang sangat sempit. Kami akan usulkan ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bahwa jalan di ruas tersebut perlu diperlebar,” kata Bisma.
Pihak Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor pun masih menunggu evaluasi yang akan dilakukan BPTJ sebab kebijakan tersebut adalah kewenangan dari BPTJ. Pada saat evaluasi kebijakan pun, Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor akan menyampaikan kondisi riil pantauan di lapangan penerapan sistem 2-1 tahap kedua kemarin.
Uji coba kanalisasi atau sistem 2-1 di jalur Puncak dilaksanakan pada Sabtu (7/12/2019) pukul 12.00 hingga pukul 16.00. Uji coba tersebut dinilai cukup berhasil dibandingkan pada uji coba tahap pertama. Namun, penumpukan kendaraan tak terhindarkan di beberapa titik yang ruas jalannya memang sempit, seperti di Pasar Cisarua dan simpang Taman Safari.
Sementara itu, BPTJ juga masih akan mengevaluasi hasil kanalisasi tersebut. Sebelumnya, Kepala BPTJ Bambang Prihartono menegaskan, sistem rekayasa lalu lintas 2-1 yang diujicobakan memang tidak akan otomatis mengurangi kemacetan di Jalur Puncak.
Sebab, tujuan dari uji coba sistem 2-1 adalah mencari alternatif (jangka pendek) penataan lalu lintas di Jalur Puncak untuk memberi ruang aksesibilitas dua arah bagi warga setempat setiap akhir pekan/musim liburan. Selama ini, warga di kawasan Puncak merasa kerap dirugikan dengan kebijakan buka-tutup jalan yang berjam-jam.
Selama ini, warga di kawasan Puncak merasa kerap dirugikan dengan kebijakan buka-tutup jalan yang berjam-jam.
Bambang menambahkan, gagasan uji coba sistem 2-1 sendiri merupakan keputusan yang mengakomodasi usulan dan kepentingan masyarakat di sekitar Puncak. Mereka sudah cukup lama terganggu mobilitasnya karena penerapan sistem buka-tutup.
Terkait dengan evaluasi uji coba tahap kedua, pihak BPTJ masih akan mengevaluasi kebijakan tersebut. Evaluasi dilakukan di antaranya untuk merumuskan apakah kebijakan tersebut dapat dijadikan kebijakan resmi atau tidak.
”Masih dievaluasi,” ujar Kepala Bagian Humas BPTJ Budi Rahardjo.