Menindaklanjuti kesepakatan antara PT MRT Jakarta dan PT KAI (Persero) pada Senin kemarin, langkah terdekat yang akan dilakukan adalah penataan stasiun dan kawasan sekitar tujuh stasiun.
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menindaklanjuti kesepakatan antara PT MRT Jakarta dan PT Kereta Api Indonesia (Persero) pada Senin kemarin, langkah terdekat yang akan dilakukan adalah penataan stasiun dan kawasan sekitar stasiun. Setidaknya ada tujuh stasiun yang akan ditata di tahap awal.
Dadan Rudiansyah, Executive Vice President PT KAI Daerah Operasi 1 Jakarta, Selasa (10/12/2019), menjelaskan, stasiun akan menjadi simpul konektivitas dan integrasi antarmoda. PT KAI dan DKI Jakarta juga berkepentingan menata stasiun, termasuk lingkungan sekitarnya. Ke depan, stasiun diproyeksikan menjadi kawasan berorientasi transit atau transit oriented development (TOD).
Moda yang berada di bawah tanggung jawab Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, seperti Transjakarta dan MRT, akan diprioritaskan sesegera mungkin menjadi bagian penataan stasiun.
Untuk bisa melakukan penataan, lanjut Dadan, meski sudah ada perjanjian yang disepakati di Balai Kota, tetap perlu ada perjanjian turunan. Untuk itu, tim dari PT KAI dan Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta dijadwalkan segera bertemu untuk membahas aspek legalitas, juga konsep penataan yang sudah dimiliki pihak masing-masing.
”Nanti dibuat kajian dulu bersama. Kami juga punya perencanaan, DKI juga punya. Nanti dikolaborasi dulu karena kami juga sudah ada perencanaan ada yang sudah melangkah, ada kerja sama dengan pihak lain. Ada aspek legalnya. Nanti kita bahas bersama dengan DKI Jakarta,” tutur Dadan.
Untuk penataan stasiun itu, titik-titik yang akan ditata terlebih dahulu adalah stasiun dengan jumlah penumpang yang banyak dan padat. Setidaknya ada tujuh stasiun di wilayah Jakarta yang termasuk kriteria ini, yaitu Tanah Abang, Tebet, Juanda, Manggarai, Gondangdia, Palmerah, dan Kebayoran Baru.
Syafrin Liputo, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, di Balai Kota DKI, menjelaskan, pihaknya sudah memiliki konsep penataan kawasan stasiun. Akan tetapi, konsep itu tetap harus dikomunikasikan dan dikolaborasikan dengan PT KAI.
Setidaknya ada tujuh stasiun di wilayah Jakarta yang termasuk kriteria ini, yaitu Tanah Abang, Tebet, Juanda, Manggarai, Gondangdia, Palmerah, dan Kebayoran Baru.
Ia mencontohkan konsep penataan kawasan Stasiun Tanah Abang versi Dishub DKI. ”Di Stasiun Tanah Abang, akan kami siapkan lay-by atau tempat pemberhentian untuk Transjakarta supaya ada bus stop-nya,” ujar Syafrin.
Penataan tempat perhentian bus dengan model lay-by ini bisa dilihat di Stasiun MRT Dukuh Atas. Bus Transjakarta bisa berhenti serta menurunkan dan menaikkan penumpang dengan lancar di lay-by.
Hal ini berbeda dengan Stasiun Tanah Abang saat ini. Bus Transjakarta rute non-BRT yang melayani Stasiun Tanah Abang tidak bisa parkir untuk menurunkan dan menaikkan penumpang dengan nyaman. Bus kalah dengan angkot yang berjajar memenuhi jalur parkir yang ditentukan sehingga Transjakarta lebih sering lewat tanpa berhenti di titik pemberhentian yang ditentukan, bahkan headway bus sangat lama.
”Nanti lay-by dibangun di Jalan Jatibaru Bengkel. Trotoar yang selama ini ada halte bus Transjakarta-nya akan ditata ulang sehingga ada tempat untuk Transjakarta,” lanjut Syafrin.
Dishub juga merencanakan tempat parkir untuk ojek supaya tidak mengokupasi pinggir Jalan Jatibaru Bengkel. ”Begitu Transjakarta bisa berhenti di lay-by lalu ojol (ojek online) masuk, angkot akan kami tata. Mereka akan sesuai antrean. Lajurnya akan ditata sesuai antrean. Kalau sekarang, kan, belum. Masing-masing rebutan dengan ojol sehingga tidak ada keteraturan. Nah, kami lakukan penataan,” tuturnya.
Untuk penataan Tanah Abang itu, Syafrin menjelaskan, perlu kolaborasi Dishub DKI Jakarta dengan PT Transjakarta, PT KAI, dan perusahaan aplikasi yang memberi akses ke ojol serta perusahaan angkot.
Dadan menjelaskan, dari kajian bersama itu nanti bahkan bus-bus Transjakarta dimungkinkan masuk kawasan stasiun.
Penataan stasiun, lanjut Dadan, juga akan dilakukan di Stasiun Palmerah. Untuk ojol yang banyak mengokupansi ruang jalan, PT KAI bersama Dishub DKI dan perusahaan aplikasi ojol Grab dan Go-Jek sudah menyurvei. ”Kami dengan Dishub DKI, perusahaan Grab dan Go-Jek sudah menyurvei tanah mana yang bisa disewa oleh ojol untuk titik pick up dan drop off penumpang,” ujarnya.
Dadan dan Syafrin optimistis penataan kawasan sekitar stasiun yang ada di wilayah Jakarta bisa secepatnya dikerjakan.