Lanskap Permukiman Ubah Ekosistem dan Habitat Ular
Sepanjang Minggu (15/12/2019), kemunculan ular ditemukan di Jakarta dan Bekasi. Di Kelurahan Joglo, Kembangan, Jakarta Barat, ada 18 ular kobra yang dievakuasi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakbar.
Oleh
Aditya Diveranta/Aguido Adri
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kemunculan ular kobra pada sejumlah lokasi di Jakarta, Bekasi, dan Bogor sejak beberapa pekan lalu dipicu perubahan ekosistem akibat pembangunan kawasan permukiman. Pengamat menilai, ular kobra di kawasan tersebut beradaptasi dan membentuk habitat baru.
Peneliti reptil Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy, saat dihubungi di Jakarta, Senin (16/12/2019), menuturkan, ada dua faktor yang memengaruhi ekosistem ular. Hal tersebut berkaitan dengan kawasan permukiman yang dulunya merupakan habitat ular, serta kaitannya dengan sistem rantai makanan.
Amir menjelaskan, sebagian kawasan permukiman, seperti di Citayam, Bogor, Jawa Barat, diketahui sebagai lokasi yang dekat dengan habitat ular. ”Pengamatan saya, lokasi di sana adalah rawa-rawa atau persawahan yang menjadi habitat alami ular. Saat dibangun permukiman, mereka sedikit bergeser dari habitat, tetapi kemudian menyesuaikan diri dan tetap ada di sana,” kata Amir.
Tiga bulan sebelum memasuki musim hujan, ular telah mengincar lokasi untuk meletakkan telur. Mereka umumnya mencari lokasi lembab. Amir mencontohkan, rumah kosong atau saluran pembuangan yang tidak terurus menjadi lokasi strategis bagi ular.
Selain itu, permukiman juga riskan menjadi sarang tikus, yang merupakan makanan ular. Hal ini membuat ular semakin beradaptasi masuk ke tempat tikus bersembunyi.
”Sejumlah faktor tersebut menjadi alasan ular berada di sekitar warga saat ini. Hewan tersebut memiliki daya adaptasi yang tinggi, apalagi di kawasan human modifiedhabitat, seperti permukiman dan persawahan warga,” ujarnya.
Sepanjang Minggu (15/12/2019), kemunculan ular sedikitnya ditemukan di Jakarta dan Bekasi. Di Kelurahan Joglo, Kembangan, Jakarta Barat, ada 18 ular kobra yang dievakuasi oleh Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Barat.
Sementara itu, di Kelurahan Duren Jaya, Bekasi, tim Rescue Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Bekasi menemukan 30 telur ular yang telah menetas. ”Tim sejauh ini mengevakuasi delapan wilayah di Bekasi Timur, Bekasi Barat, dan Jatiwarna. Di Kelurahan Duren Jaya, Bekasi Timur, kami menangkap lima anak ular dan dua ular dewasa,” ucap Ketua Tim Rescue Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Kota Bekasi Eko Budi.
Eko menjelaskan, tempat penemuan ular tersebut adalah daerah rawa-rawa yang kini menjadi perumahan. ”Masih ada rawa di perumahan itu. Habitat ular semakin sempit, ini sebenarnya rumah mereka, tetapi tergusur. Total dari semua yang kami evakuasi dari awal Desember berjumlah 45 ekor ular,” ujar Eko menambahkan.
Upaya preventif
Ketua Yayasan Sioux Ular Indonesia Aji Rachmat menilai, warga hingga kini belum siap terhadap prosedur mitigasi hewan berbahaya. Apalagi, bisa racun ular kobra dapat seketika membunuh warga.
Ia menyarankan, warga sebaiknya melaksanakan kerja bakti rutin. Kegiatan ini menjadi hal preventif untuk mencegah munculnya sarang ular.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Subejo menyarankan, agar warga sebaiknya segera menghubungi 112 untuk evakuasi hewan berbahaya. ”Selama ini memang belum ada prosedur khusus untuk evakuasi ular, tetapi warga dapat memanfaatkan layanan petugas pemadam kebakaran untuk evakuasi,” katanya.