Hujan lebat yang mengguyur wilayah DKI Jakarta sejak Selasa (17/12/2019) siang hingga sore sempat membuat Jakarta dikepung genangan setinggi 20 cm hingga 100 cm.
Oleh
Helena F Nababan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hujan lebat yang mengguyur wilayah DKI Jakarta sejak Selasa (17/12/2019) siang hingga sore sempat membuat Jakarta dikepung genangan setinggi 20 sentimeter hingga 100 sentimeter. Eskalator di lima stasiun bawah tanah MRT Jakarta juga sempat dimatikan untuk menghindari terjadinya korslet karena genangan air.
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menyebutkan, genangan terjadi di wilayah jalan dan wilayah permukiman. Jalan yang tergenang pada Selasa ini terjadi di 19 titik genangan, yakni 4 di wilayah Jakarta Pusat, 3 di wilayah Jakarta Barat, 7 di wilayah Jakarta Selatan, dan 5 di wilayah Jakarta Timur.
Adapun genangan di permukiman pada 17 Desember 2019 terdiri atas delapan titik genangan, yang semuanya berada di wilayah Jakarta Barat.
M Ridwan, Kepala Pusat Data dan Informasi BPBD DKI, menyebutkan, Jalan tergenang di Jakarta Selatan ada di Jalan Prof Dr Satrio setinggi 10-20 cm, Jalan Jenderal Sudirman setinggi 10-40 cm, Jalan Gatot Subroto setinggi 10-30 cm, Jalan Kapten Tendean setinggi 5-15 cm, Jalan HR Rasuna Said setinggi 10-20 cm, Jalan Denpasar Raya setinggi 10-30 cm, dan Jalan Pasar Kebayoran Lama setinggi 10-35 cm.
Di Jakarta Pusat, genangan terjadi di Jalan Gerbang Pemuda setinggi 10-25 cm, Jalan Gelora setinggi 10-30 cm, Jalan Asia Afrika setinggi 10-20 cm, dan Jalan Pangeran Diponegoro setinggi 5-15 cm.
Di Jakarta Timur, genangan terjadi di Jalan Raya Lapangan Tembak Cibubur setinggi 5-10 cm, Jalan Pulomas Raya setinggi 20 cm, Jalan Pemuda Raya setinggi 5-10 cm, Jalan Komodor Halim setinggi 15 cm, dan Jalan Bojana Tirta setinggi 35 cm.
Adapun di Jakarta Barat, genangan muncul di Jalan Letjen S Parman, Kemanggisan, Palmerah, setinggi 5-15 cm; Jalan Tanjung Duren, Tanjung Duren Utara, Grogol Petamburan, setinggi 10-30 cm; dan di Jalan Tubagus Angke, Angke, Tambora, setinggi 10-30 cm.
Untuk wilayah permukiman, genangan terjadi di Kelurahan Rawa Buaya, Cengkareng, di RT 003 RW 011 setinggi 50 cm. Di Kelurahan Sukabumi Selatan, Kebon Jeruk, ada di RT 012 RW 001 setinggi 40 cm; RT 011 RW 002 setinggi 100 cm; RT 007 RW 004 setinggi 20 cm; RW 005 setinggi 75 cm; RT 003 RW 007 setinggi 25 cm; dan RT 003 RW 008 setinggi 45 cm. Di Kelurahan Kota Bambu Utara, Palmerah, genangan terjadi di RT 006 RW 006 setinggi 20-30 sentimeter.
Namun, genangannya mulai menyurut sampai sore ini.
Dari pantauan, genangan juga muncul di pintu masuk keluar stasiun MRT. Itu membuat manajemen MRT sempat mematikan eskalator di lima dari enam stasiun bawah tanah yang dioperasikan MRT Jakarta.
M Kamaluddin, Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT MRT Jakarta, menerangkan, titik eskalator yang dimatikan adalah di Stasiun Bundaran HI, Senayan, Istora, Setiabudi, dan Bendungan Hilir.
”Dukuh Atas saja yang tidak dimatikan,” katanya.
Eskalator dimatikan lantaran di sekitar gerbang keluar masuk stasiun sudah terjadi genangan. ”Itu ada genangan di jalan, sudah mulai timbul genangan di jalan. Untuk mengantisipasi, kami matikan dulu karena, kan, ini sensitif sistem (eskalator)-nya, ya, kalau kena air,” ujar Kamaluddin.
Selain itu, eskalator dimatikan juga supaya tidak muncul tumpukan penumpang di atas. ”Kalau misalkan eskalatornya nyala terus, di atasnya tuh biasanya (penumpang) enggak langsung jalan keluar dari exit-nya, jadi menunggu berteduh di atas begitu. Penumpangnya menunggu di atas, begitu kan mengganggu eskalator, jadinya nanti menumpuk penumpangnya,” tutur Kamaluddin.
Namun, sekira pukul 15.48 eskalator di Stasiun Istora dan Senayan sudah normal kembali.
Juaini Yusuf, Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI, mengatakan, Satgas SDA kecamatan telah melakukan penanganan genangan di lokasi dengan penyedotan menggunakan pompa serta pembersihan tali-tali air dibantu petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) kelurahan.
Adapun pompa yang telah disiapkan Dinas SDA sebanyak 122 unit pompa mobile dan 474 unit pompa stasioner yang tersebar di 165 lokasi.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melalui UPT Pusat Data dan Informasi Kebencanaan, ujar Juaini, juga terus memberikan peringatan dini cuaca Jabodetabek kepada masyarakat melalui media sosial, seperti Twitter dan Facebook, serta pemberitahuan kepada camat dan lurah melalui grup Whatsapp Kebencanaan Pusdatin BPBD DKI Jakarta.