Fenomena temuan ular kobra jawa di Jakarta bukan hal aneh. Itu adalah hal wajar karena bulan-bulan ini telur ular kobra menetas.
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Fenomena temuan ular kobra Jawa di Jakarta bukan hal aneh. Itu adalah hal wajar karena bulan-bulan ini telur ular kobra menetas. Pemprov DKI dan masyarakat perlu memperhatikan siklus itu yang akan berulang terus berulang lagi sekaligus mengantisipasinya.
Ligar Sonagar Risjony dari Taman Belajar Ular (Tabu) Indonesia, Senin (16/12/2019), menjelaskan, ular kobra kawin sekitar Agustus, kemudian bertelur pada September. Telur kobra menetas bertahap pada November sampai Januari.
Ular kobra, lanjutnya, bukan hanya ada di Jakarta, tetapi juga tersebar di wilayah Jabodetabek. ”Di Jabodetabek ini konflik ular dengan manusia yang sering ditemui adalah dengan kobra dan piton,” ujar Igor, sapaan akrab Ligar.
Kobra, kata Igor, banyak ditemukan di Jabodetabek karena predator kobra, seperti burung elang dan king kobra, sudah tidak ada sehingga kobra banyak berkembang.
Kemudian, di Jabodetabek, banyak alih fungsi lahan dari rawa ke kawasan permukiman yang dibeton. Warga di Jabodetabek juga dinilai jorok, ditandai banyaknya barang rongsokan atau barang yang menumpuk sehingga menjadi sarang ular kobra.
Dijelaskan Aji Rahmat dari Yayasan Sioux Ular Indonesia, di kawasan permukiman dengan mudah dijumpai tikus, kadal, dan kodok yang adalah makanan ular. Semakin banyak makanan, ular makin betah bersarang meski tidak kelihatan. Ular kobra juga suka bersarang di lubang-lubang gelap.
Tabu Indonesia mencatat, selama 2019 konflik manusia dengan ular di Jabodetabek yang ditangani Tabu sebanyak 230 kasus. Kasus paling banyak terjadi di Bekasi, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Depok.
”Tiap malam dapat laporan dari Cibubur, Jatiasih, Jatiwangi, Pekayon, dan Kranggan,” ujar Igor.
Di dua minggu terakhir saja, lanjut Igor, 60 ekor bayi kobra ditangani Tabu dari semua lokasi itu. Terbaru, pada minggu pertama Desember 2019, Tabu Indonesia menangani enam ekor bayi kobra di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Aji menjelaskan, untuk mengantisipasi persebaran ular yang makin meluas, rantai makanan harus diputus. ”Masyarakat harus membersihkan lingkungan supaya tidak ada makanan tersedia bagi ular. Masyarakat bisa melakukan bersih-bersih lingkungan ini. Petugas pemerintah, petugas kebersihan bersih-bersih,” ujar Aji.
Igor menyarankan, sebaiknya di setiap kecamatan atau kelurahan memiliki tim pengendali hama. Tim itu akan menangani pembersihan lingkungan yang bisa membersihkan titik-titik yang kemungkinan potensi makanan bagi ular ada.
Wali Kota Jakarta Barat Rustam Efendi juga menegaskan hal yang sama. Ia sudah menginstruksikan masyarakat untuk bersih-bersih lingkungan setelah petugas damkar mengevakuasi 18 ekor bayi kobra di Joglo, Jakarta Barat. Setidaknya melalui Jumat Bersih dan pemberantasan sarang nyamuk, bersih-bersih ini dilakukan.
Pelaksana Tugas Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Subejo mengatakan, terkait temuan ular kobra ataupun satwa liar, masyarakat diimbau waspada dan melaporkan ke Damkar via call center 112 supaya direspons petugas bila mengetahui keberadaan satwa berbahaya tersebut.
”Masyarakat juga harus mengusahakan lingkungan sekitar bersih dari tumpukan barang-barang atau material yang tidak terpakai yang dapat berpotensi berkumpulnya satwa berbahaya tersebut,” imbuh Subejo.
Masyarakat harus membersihkan lingkungan supaya tidak ada makanan tersedia bagi ular. Masyarakat bisa melakukan bersih-bersih lingkungan ini. Petugas pemerintah, petugas kebersihan bersih-bersih.
Igor menambahkan, Tabu Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Kehutanan melepaskan burung hantu dan serak jawa di Jabodetabek. ”Kami buat kandangnya di gedung-gedung kantor. Dua burung itu merupakan predator ular kobra,” ujar Igor.
Ia juga menyarankan agar pohon yang bisa jadi media rambat dipangkas, celah antara pintu dan lantai ditutup, lalu di kolong lemari ditebar kamper atau kapur barus yang berbau menyengat untuk menghindarkan ular bersarang. Di titik gelap juga perlu dibuat penerangan cukup karena penerangan yang cukup ular suka tidak suka.
Aji menyarankan kepada petugas damkar untuk juga meningkatkan keilmuan dan kemampuan menangani satwa liar, seperti ular. Damkar bisa bekerja sama dengan komunitas yang biasa berurusan dengan ular.
Kepala Seksi Pengendalian Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Barat Eko Sumarno menjelaskan, pihaknya bekerja sama dengan komunitas yang biasa mengurusi ular. Ular-ular yang berhasil dievakuasi diserahkan kepada komunitas yang terbiasa menangani ular.