Semua Stasiun Bawah Tanah Segera Dilengkapi Panel Pelindung Banjir
PT MRT Jakarta memastikan aspek keselamatan dan keamanan penumpang serta operasionalisasi tetap terjaga selama musim hujan. Salah satunya melengkapi stasiun bawah tanah dengan panel pelindung dari banjir.
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT MRT Jakarta memastikan aspek keselamatan dan keamanan penumpang serta operasionalisasi tetap terjaga selama musim hujan. Salah satunya melengkapi stasiun bawah tanah dengan panel pelindung dari banjir (flood protection panel). Saat ini, dari enam stasiun bawah tanah, baru dua yang dilengkapi panel pelindung.
Silvia Halim, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, dalam forum jurnalis, Kamis (19/12/2019), menjelaskan, saat proses konstruksi atau pembangunan MRT rute Bundaran HI-Lebak Bulus, PT MRT Jakarta menggunakan data hidrologi dan analisis banjir Jakarta selama 200 tahun.
Berdasarkan data itu bisa diketahui bahwa level banjir yang menjadi pertimbangan desain stasiun bawah tanah dan level titik keluar masuk (entrance) stasiun.
Di fase 1 ini, lanjut Silvia, topografi tanah semakin turun ke arah Lebak Bulus menuju Bundaran HI. Karena itu, dari enam stasiun bawah tanah yang dibangun, Stasiun Dukuh Atas dan Stasiun Bundaran Hotel Indonesia yang paling rendah. Di dua stasiun itu, PT MRT Jakarta sudah memasang panel pelindung banjir. Namun, di empat stasiun lainnya belum.
”Ini sedang proses penambahan. Januari 2020 akan tiba di Jakarta dan langsung dipasang di semua entrance stasiun bawah tanah,” ujar Silvia.
Keempat stasiun yang akan segera dipasangi panel adalah Stasiun Setiabudi, Bendungan Hilir, Istora, dan Senayan.
Selain panel pelindung banjir, lanjutnya, sebetulnya di semua terowongan stasiun bawah tanah juga dilengkapi dengan drainase yang mengalirkan air hujan ke sumpit atau penampungan air berdimensi 4 meter x 4 meter persegi dengan kedalaman 2 meter.
Sumpit juga dilengkapi dua pompa berkapasitas 25 liter per detik. Di bagian transisi dari konstruksi layang ke konstruksi bawah tanah, kata Silvia, juga dilengkapi sistem drainase dan pompa.
Sementara itu, stasiun layang dilengkapi sistem drainase. Air dari semua area stasiun MRT itu lalu disalurkan ke saluran pembuangan kota. Itu sebabnya, MRT sangat bergantung pada drainase perkotaan sehingga saluran pembuangan kota sebaiknya selalu dibersihkan supaya air lancar terbuang ke saluran.
”Kami terus berkoordinasi dengan Dinas Sumber Daya Air supaya drainase kota terpelihara,” kata Silvia.
MRT juga memasang sensor ketinggian air (water level sensor) di Kali Krukut dan Kanal Barat. Sensor itu, ujar Silvia, terhubung ke pusat kendali operasi (OCC). Karena itu, begitu ketinggian air terpantau, antisipasi bisa segera disiapkan.
Penanganan saat banjir
M Effendi, Direktur Operasional dan Pemeliharaan MRT Jakarta, menambahkan, sejak MRT beroperasi pada 24 Maret 2019, hujan dengan intensitas sekitar 29 mililiter terpantau pada Selasa (17/12/2019). Sebelumnya, ketinggian maksimal 11 militer hingga 15 mililiter.
Terkait dengan hal itu, MRT Jakarta sudah memiliki prosedur standar menghadapi genangan atau banjir. Anak tangga di luar entrance stasiun bawah tanah menjadi salah satu indikator tindakan antisipasi, selain adanya pemantauan dari OCC, juga pemantauan level air sungai terdekat area stasiun.
Saat hujan deras ekstrem, jika ketinggian air di sekitar stasiun mendekati satu anak tangga sebelum pintu masuk, flood barrier akan dipasang dan menutup pintu masuk. Kereta akan melalukan prosedur skip station atau tidak melayani stasiun tersebut.
”Petugas sudah bisa memasang flood barrier ini dalam lima menit meski SOP-nya dalam 15 menit. Ini khususnya untuk flood barrier di dua stasiun bawah tanah yang sudah dilengkapi flood barrier, yaitu di Stasiun Bundaran HI dan Stasiun Dukuh Atas,” ujar Effendi.
Untuk stasiun yang belum ada panel pelindung, di samping pintu masuk stasiun bawah tanah untuk sementara dilengkapi karung-karung berisi pasir.
Apabila air sudah mendekati dua anak tangga di empat pintu masuk, akan dilakukan evakuasi baik penumpang maupun karyawan MRTJ. Adapun kereta-kereta diupayakan diparkir di trek layang sebagai pengamanan.
”Jika langit terlihat sudah mendung, petugas kebersihan fokus ke pintu masuk untuk standby,” jelas Effendi.