Penuh Suasana Toleransi, Natal 2019 Berjalan Lancar
Semangat toleransi yang terbangun selama perayaan Natal diharapkan tetap terjaga di Bumi Pertiwi. Umat Kristiani diajak memaknai Natal sebagai momentum untuk terus memupuk rasa cinta pada Tanah Air.
Oleh
STEFANUS ATO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perayaan Natal 2019 di seluruh Indonesia dinilai berjalan lancar. Semangat toleransi yang terbangun selama perayaan Natal diharapkan tetap terjaga di Bumi Pertiwi.
Umat Kristiani juga diajak memaknai Natal sebagai momentum untuk terus memupuk rasa cinta pada Tanah Air.
Uskup Agung Keuskupan Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo seusai memimpin misa pontifikal di Gereja Katedral Jakarta pada Rabu (25/12/2019) mengatakan, secara umum, perayaan Natal 2019 berjalan dengan baik. Semangat toleransi dan persaudaraan yang terjalin selama perayaan Natal diharapkan terus terjaga dan disebarluaskan ke seluruh pelosok negeri.
”Ada beberapa kasus (umat kesulitan beribadah) itu memang memprihatinkan. Namun, hal seperti itu jangan sampai mengaburkan keadaan yang sudah bagus yang jauh lebih banyak ceritanya. Itu dikagumi saudara-saudara kita di luar negeri,” katanya.
Perayaan Natal 2019 juga dinilai bermakna bagi gereja Katolik. Sebab, dalam perayaan kali ini, umat diajak untuk terus memupuk dan menumbuhkan rasa cinta pada Tanah Air.
”Arti Natal yang sangat kontekstual itu merawat, mengembangkan rasa cinta Tanah Air dengan berusaha hidup sebagai sahabat bagi semua orang,” kata Ignatius Suharyo.
Kampanye cinta Tanah Air dinilai kontekstual untuk melawan sikap ujaran kebencian, toleransi, dan politik identitas yang kian berkembang. Kemunculan sikap-sikap itu merupakan gejala-gejala baru yang kian mengikis semangat kebersamaan.
”Perbedaan yang sejak awal ada sudah diselesaikan secara ajaib oleh pendiri bangsa kita. Itulah yang sekarang harus kita rawat dan perjuangkan di tengah gejala baru lunturnya kebersamaan itu,” ujarnya.
Makan siang Natal
Seusai perayaan misa Natal, Keuskupan Agung Jakarta juga menggelar acara makan siang Natal di sejumlah tempat di Ibu Kota. Mereka yang diundang untuk makan bersama merupakan orang-orang kecil yang terpinggirkan.
”Mereka adalah saudara kita yang tinggal di bawah jembatan layang, emperan toko, gerobak sampah, atau di tempat pembuangan sampah. Mereka diundang dan dilayani sukarelawan-sukarelawan sebagai bentuk perhatian gereja untuk mengangkat martabat manusia,” ujar Ignatius Suharyo.
Acara makan siang Natal itu diselenggarakan di 25 tempat dan dihadiri sekitar 6.300 orang. Makan siang Natal itu dilayani 2.900 sukarelawan.
Berdasarkan pantauan Kompas di salah satu tempat, makan siang Natal di Panti Asuhan Vincentius Putra, Kramat Jakarta Pusat, berlangsung meriah. Selain makan bersama, anak-anak dari 11 panti asuhan Jakarta itu dihibur dengan berbagai permainan. Mereka juga dikunjungi Santa Claus yang dikenal gemar memberi nasihat dan berbagi hadiah pada anak-anak.
Ketua panitia makan siang natal Panti Asuhan Vincentius Putra, Sukandi, mengatakan, anak-anak yang diundang makan bersama berasal dari panti asuhan umum. Tujuannya untuk menghibur anak-anak.