Hujan deras yang mengawali hari pertama di tahun 2020 memberi kesan muram bagi Jakarta. Limpasan air akibat hujan seakan membuat jalan dan rumah warga jadi ”kolam raksasa” Ibu Kota.
Oleh
Aditya Diveranta/Ayu Pratiwi
·3 menit baca
Hujan deras pada Rabu (1/1/2020) pagi membuka awal yang muram bagi Kota Jakarta. Seusai hujan, warga dikejutkan dengan limpasan air yang meluap hampir ke seluruh wilayah kota.
Akibatnya, sejak pukul 06.00, hampir seluruh wilayah di Jakarta turut tergenang. Sejumlah jalan dan kawasan permukiman direndam genangan yang tingginya bervariasi, mulai dari 20 sentimeter hingga 200 sentimeter.
Hingga sore, aktivitas sejumlah jalan di Jakarta hampir lumpuh. Di sepanjang Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, misalnya, kepadatan puluhan kendaraan terjadi akibat tingginya genangan.
Basuki (33), pengendara di Grogol yang akan menuju ke Cengkareng, Jakarta Barat, tidak berkutik menghadapi padatnya kendaraan di sana. ”Ini, sih, mau ke mana-mana enggak bisa. Lewat Jalan Daan Mogot tergenang, Jalan Latumenten apalagi lebih parah,” katanya.
Begitu pula di Jakarta Selatan, puluhan kendaraan tidak bisa melintasi Jalan Kapten Tendean hingga Jalan HR Rasuna Said. Rita (35), salah satu pengendara sepeda motor di sana, menyatakan, genangan ini sangat parah hingga menutup sejumlah jalan.
Kondisi tersebut membuat Jakarta seakan menjadi ”kolam raksasa”. Sebagian jalan raya dan rumah warga menjadi wadah untuk limpasan air dari kali, kemudian meluap dengan berbagai isi sampah yang juga ada di kali.
Anindya Parameswari (28), warga Meruya Utara, menyayangkan tidak ada informasi dan antisipasi yang diberikan oleh pemerintah setempat saat muncul genangan. Ia bersama keluarga berusaha memindahkan barang penting ke lantai kedua rumahnya. Tidak semua barang berhasil diselamatkan karena banjir meninggi dengan cepat.
”Tahun Baru yang sangat menegangkan. Tidak ada peringatan sama sekali dari pihak RT, RW, atau kelurahan. Kita semua harus berusaha sendiri,” ujar Anindya.
Terkait genangan di Ibu Kota, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengakui saat ini Jakarta memasuki kondisi darurat. Tadi pagi, ia meminta seluruh jajaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk langsung membantu evakuasi di wilayah kelurahan setempat.
”Tadi pagi, kawasan barat Pulau Jawa mengalami hujan yang cukup intensif. Saya instruksikan seluruh jajaran Pemprov DKI Jakarta turun tangan langsung, datangi kantor kelurahan terdekat dan bekerja di bawah koordinasi para lurah, membantu untuk menyelamatkan warga. Siapkan evakuasi warga terdampak, pastikan tempat pengungsian segera siap, semua kantor pemerintahan dan sekolah harus siap menjadi tempat pengungsian,” tutur Anies.
Di tengah kesulitan evakuasi, sebagian warga berusaha saling membantu. Di kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat, petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) turut bergerak membantu warga yang rumahnya tergenang air.
Hal tersebut diinisiasi oleh Bolon (38). Ia bersama sekitar delapan warga lainnya menarik pelampung dari Kali Sekretaris untuk digunakan warga saat melintasi genangan.
Bolon bersama warga menjemput sejumlah warga yang masih terjebak di rumah. Salah satu warga yang dijemput adalah Susiana (76). Susiana sendiri sulit keluar rumah karena menggunakan kursi roda.
”Tadi saya inisiatif saja karena saat Kali Sekretaris meluap, pelampung yang biasanya ada di kali itu menyangkut di jalan. Sekalian saja saya bawa ke jalan untuk bantu-bantu warga,” jelas Bolon.
Tayun (35), warga lainnya, berusaha membantu warga dengan gerobak sampah dari kelurahan. Gerobak tersebut ia gunakan untuk mengungsikan barang elektronik dan sepeda motor warga.
”Ya, saya bantu-bantu saja sebagai sesamaa warga karena kalau mengandalkan perahu karet dari petugas pasti akan lama. Apalagi genangannya ada yang mencapai 80 sentimeter,” jelasnya.
Susiana, warga yang dibantu Bolon, merasa bersyukur karena masih ada pihak yang berbaik hati untuk saling membantu. Meski begitu, ia tetap berharap agar Pemprov DKI Jakarta dapat segera menuntaskan masalah genangan di Ibu Kota.
”Ini salah satu genangan terparah di Ibu Kota yang saya alami sejak 2006. Mudah-mudahan ada langkah yang jelas dari Pemprov DKI untuk penanganan ini,” ucap Susiana.