Dengan memakai kaus bertuliskan ”animal rescue” di belakang punggung, sebanyak 11 orang dari organisasi Animal Defenders Indonesia menembus banjir sekitar 30 cm di permukiman yang banjir untuk menyelamatkan hewan.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
Berjalan di tengah banjir tidaklah mudah. Perlu tenaga yang berkali-kali lipat untuk bergerak dengan mengangkat kaki secara bergantian daripada saat melalui daratan yang kering. Namun, hal itu tidak meluruhkan keinginan sejumlah pemuda untuk menyelamatkan hewan-hewan yang terjebak banjir.
Dengan memakai kaus bertuliskan ”animal rescue” atau penyelamat hewan di belakang punggung, sebanyak 11 orang dari organisasi Animal Defenders Indonesia menembus banjir sekitar 30 sentimeter di permukiman penduduk Kelurahan Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat, Jumat (3/1/2020) siang. Mereka membawa beberapa keranjang plastik untuk menampung hewan yang akan diselamatkan.
Baru beberapa belas menit berjalan, salah satu di antara mereka menemukan seekor anak kucing yang nyaris tenggelam. Kucing yang matanya belum juga terbuka penuh itu diambil untuk kemudian dihangatkan di dalam jaket yang dibawa relawan lainnya.
Mereka lalu melanjutkan perjalanan ke markas pemadam kebakaran (damkar). Di sana, seekor anjing kampung yang terpisah dari tuannya yang telah dievakuasi diselamatkan tim damkar saat berpatroli di daerah banjir siang itu.
”Anjing ini kami temukan di sebuah bangunan rumah. Penyebab ditinggalnya kemungkinan karena saat evakuasi, sesuai SOP, hanya diprioritaskan manusia dengan kategori lansia, ibu hamil, dan anak balita,” kata Ardi, salah satu petugas damkar.
Anjing yang diselamatkan mereka kemudian ditangani Jeeani (24) dan Jesse (18). Mereka datang dari BSD, Tangerang Selatan, untuk mencari kucing dan anjing yang membutuhkan pertolongan, atau setidaknya kelaparan.
Mereka datang dengan membawa puluhan kemasan makanan basah untuk hewan berkaki empat tersebut. Selain itu, mereka juga menghubungi Animal Defenders Indonesia agar hewan yang memerlukan penanganan dapat dilindungi.
”Aku ke sini coba berbuat baik saja. Kemarin aku mau ke kantor lewat Tol BSD yang banjir. Di situ ada kucing dan anjing, mungkin keseret, jadi aku sama beberapa pengguna jalan bantu nyingkirin mereka. Dari situ kebayang bagaimana kalau peliharaanku kena musibah juga saat aku enggak di rumah,” tuturnya.
Dalam penyusuran di wilayah itu, Jeeani dan Jesse telah memberi makan sejumlah kucing dan anjing yang terjebak banjir. Upaya penyelamatan mereka kemudian diteruskan pasukan Animal Defenders Indonesia, yang diketuai Doni Herdaru.
Sejak hari pertama musibah banjir melanda Jakarta dan sekitarnya pada Rabu (1/1/2020), Doni dan rekan-rekannya datang ke berbagai tempat untuk menanggapi sejumlah laporan warga terkait hewan yang butuh diselamatkan. Sampai Jumat siang, sekitar 15 anjing dan 11 kucing telah mereka selamatkan.
”Hewan-hewan yang sudah kami evakuasi akan kami pindahkan dulu ke selter sementara sampai krisis selesai. Jika berpemilik, kami kembalikan setelah krisis selesai. Kalau hewan itu tidak berpemilik, kami akan tetap rawat, kami akan adopsikan,” tutur Doni.
Jika hewan itu berpemilik, kami kembalikan setelah krisis selesai. Kalau tidak berpemilik, kami akan tetap rawat, kami akan adopsikan.
Hak sama
Selama membantu evakuasi hewan yang terjebak banjir, Doni dan rekan-rekannya sesekali mendapat ucapan sinis dari warga karena memprioritaskan hewan daripada manusia. ”Nyinyiran” itu pernah ia dapat saat sedang mengevakuasi hewan dengan perahu karet sehari sebelumnya.
”Harusnya bagimana? Apakah orang yang naik perahu karet dan yang menuntun anjing? Kita jadi makhluk superior, harus menolong yang inferior, yang kuat membantu yang lemah. Bukan yang kuat mem-bully yang lemah,” ujarnya.
Tanggapan seperti itu pun, menurut dia, sering ia dapatkan dari masyarakat. Namun, hal itu tidak membuat ia dan rekan-rekan sukarelawan tersinggung dan patah semangat. Berbagai aksi evakuasi hewan telah dilakukan dalam situasi bencana lain, seperti pascaletusan Gunung Sinabung di Sumatera Utara beberapa tahun silam.
”Saya dan kawan-kawan yang demikian punya latar yang sama, punya kecintaan yang sama pada hewan. Motivasi kami cuma mau berbuat baik pada sesama makhluk karena mereka punya naluri bertahan hidup yang sama ketika terkena bencana. Mereka pun punya hak yang sama seperti kita. Sesederhana itu,” ujarnya.
Sesekali mereka mendapat ucapan sinis dari warga karena memprioritaskan hewan daripada manusia.
Tak hanya itu, menurut dia, menyelematkan hewan dari kematian akibat bencana juga akan mencegah dampak kesehatan bagi manusia. Sebelum hal itu terjadi, ia mengajak pemilik hewan yang tinggal di daerah rawan bencana untuk memperbaiki tempat tinggal mereka. Kemudian mencari tahu tenaga yang mampu memberikan pertolongan kepada hewan.
”Di Indonesia, animal rescue dan lainnya belum terpadu, belum punya layanan satu pintu. Tapi, masyarakat bisa meminta bantu pertolongan ke damkar. Setelah itu, hewan yang ditolong bisa dibantu kami untuk dirawat atau dirilis ketika sudah tidak ada krisis,” ujarnya.