Akses ke daerah terisolasi pascabanjir dan longsor di Lebak, Banten, mulai terbuka. Meski demikian, potensi bencana susulan tetap diwaspadai.
Oleh
Fransiskus Wisnu Wardhana Dany
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Akses ke daerah terisolasi pascabanjir dan longsor di Lebak, Banten, mulai terbuka. Meski demikian, potensi bencana susulan tetap diwaspadai.
Banjir Sungai Ciberang dan longsor melanda desa-desa yang tersebar di Kecamatan Lebakgedong, Cipanas, Sajira, Curugbitung, Maja, dan Cimarga di Lebak, Banten, Rabu (1/1/2020).
Sampai hari kelima pascabencana, Senin (6/1/2020), tercatat delapan orang meninggal, satu orang hilang, 3.237 keluarga mengungsi, 1.410 rumah rusak berat, 521 rumah rusak ringan, dan 1.110 rumah terendam. Selain itu, tiga sekolah tersapu banjir, 19 sekolah rusak, dan 28 jembatan putus (dua jembatan permanen dan 26 jembatan gantung).
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lebak Kaprawi, yang dihubungi dari Jakarta, mengatakan, area terisolasi diakses melalui jalur udara menggunakan satu unit helikopter dan jalur darat. Tim evakuasi dan sukarelawan harus berjalan kaki dan menyeberangi sungai karena banyak ruas jalan rusak dan amblas serta putusnya jembatan.
”Sudah mulai terbuka. Petugas terus berupaya mengakses, tetapi harus berhati-hati karena masih ada aliran air dari tebing dan lereng sehingga berpotensi longsor. Arus sungai juga cukup deras sehingga perlu pengamanan ekstra,” kata Kaprawi.
Petugas terus berupaya mengakses, tetapi harus berhati-hati karena masih ada aliran air dari tebing dan lereng sehingga berpotensi longsor.
Area terisolasi yang sudah mulai diakses, antara lain, Desa Lebaksitu dan Cigobang, Lebakgedong. Adapun status tanggap darurat di Lebak sendiri berlangsung sejak 1 Januari hingga 14 Januari.
Warga mengungsi di delapan lokasi, yakni di Gedung PGRI, Desa Calung Bungur, dan Desa Bungur Mekar (Sajira); Desa Tambak, Cimarga; kantor Kecamatan Cipanas; Desa Mayak, Curugbitung; Gedung Serbaguna Desa Banjari Irigasi, Lebakgedong; dan Pusat Komando Pendidikan Latihan Tempur, Ciuyah.
Saat ini, kata Kaprawi, tim penanggulangan bencana mempertimbangkan situasi dan kondisi di lapangan untuk membuka akses wilayah agar kembali normal. Pembangunan jembatan sementara disesuaikan dengan lebar sungai.
Apabila belum memungkinkan, evakuasi dan distribusi bantuan menggunakan perahu karet, rakit, dan sebagainya. ”Intinya masyarakat aman dan selamat. Anak-anak bisa diantar ke sekolah terdekat,” ujarnya.
Berdasarkan data Dinas Pendidikan Lebak, tiga sekolah (Sekolah Dasar Negeri 1 dan 2 Banjar Irigasi dan Sekolah Dasar Negeri 4 Lebakgedong) hilang tersapu banjir dan material longsor dan 19 sekolah mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas rusak.
Untuk itu, siswa-siswi yang sekolahnya rusak dan terisolasi akan diliburkan selama dua pekan. ”Mereka diliburkan sembari disiapkan sekolah darurat. Sementara yang tidak terdampak tetap berjalan seperti biasa,” kata Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya.