Banjir yang menggenangi kawasan Kampung Pulo, Kelurahan Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, sudah sepenuhnya surut pada Rabu (8/1/2020). Warga pun mulai beraktivitas normal kembali.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Banjir yang menggenangi kawasan Kampung Pulo, Kelurahan Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, sudah sepenuhnya surut pada Rabu (8/1/2020). Warga pun mulai beraktivitas normal kembali. Meskipun begitu, mereka masih tetap khawatir terjadi banjir susulan.
Ketua RT 013 RW 002 Kampung Pulo Umar (51) mengatakan, mayoritas rumah warga sudah bersih dari air dan lumpur. Warga yang bekerja sebagai tukang ojek, pedagang bakso, dan pedagang di pasar pun telah kembali ke rutinitas mereka. Bahkan, sejak Senin, anak-anak juga sudah mulai masuk sekolah.
”Memang belum pulih 100 persen, tetapi aktivitas mulai normal. Kalau bapak-bapaknya bekerja, ibu-ibunya, ya, yang beres-beres rumah,” ujar Umar, Rabu.
Sebelumnya, hujan mengguyur Jakarta dan sekitarnya pada awal pergantian tahun 2020. Banjir melanda sejumlah kawasan. Kampung Pulo menjadi wilayah terdampak banjir yang paling parah di Jakarta Timur.
Ketinggian air saat itu mencapai lebih dari 3 meter. Setidaknya, di RT 013 RW 002, 250 keluarga terdampak banjir.
Umar menjelaskan, yang paling sulit dibersihkan adalah sisa sampah dari luapan Sungai Ciliwung yang mengendap di pinggiran rumah warga dan masuk ke dalam rumah. Sungai Ciliwung hanya berjarak 10 meter dari permukiman warga.
”Sampah datang dari sungai, masuk ke dalam (permukiman). Pas air surut, (sampah) enggak bisa keluar,” kata Umar.
Namun, atas kesigapan para pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana Umum (PPSU) di tingkat kelurahan, setelah banjir mulai surut, sampah-sampah itu mulai diangkut ke luar permukiman.
Warga RT 013 RW 002, Firmansyah (40), bersyukur karena RT-nya mendapatkan bantuan pompa dari sukarelawan untuk menyemprot sisa lumpur di dalam rumah. Dengan begitu, pembersihan berjalan lebih cepat.
Namun, lanjut Firmansyah, kesulitan para warga saat ini adalah mendapatkan alas tidur yang layak. Sebab, kasur-kasur terendam banjir sehingga kotor dan bau.
”Sekarang buat tidur sulit. Kalau ada tikar, yang diutamakan anak-anak dan istri. Kalau bapak-bapak, pakai alas kardus atau seadanya saja,” ucap Firmansyah.
Waspada
Peristiwa banjir yang melanda Kampung Pulo pada awal pergantian tahun kemarin menyisakan pelajaran bagi warga. Meski keadaan telah berangsur pulih, rasa khawatir akan terjadi banjir susulan masih menyelimuti mereka.
Apalagi, Kedutaan Besar Amerika Serikat telah mengeluarkan rilis, cuaca ekstrem kemungkinan akan melanda kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pada 12 Januari 2020.
Pernyataan itu ditanggapi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). BNPB menilai, cuaca ekstrem kemungkinan memang terjadi hingga 12 Januari 2020, tetapi intensitas hujan tidak akan seekstrem pada 1 Januari 2020.
Umar mengaku telah menyosialisasikan kepada warganya agar tak menyepelekan setiap peringatan banjir dari pemerintah daerah.
”Banjir kemarin itu sudah ada laporan siaga, tetapi masyarakat mungkin anggap banjir datangnya masih lama dan enggak akan besar. Ternyata, itu di luar keadaan. Sekejap mata, airnya bisa naik sejengkal,” ucap Umar.
Banjir kemarin itu sudah ada laporan siaga, tetapi masyarakat mungkin anggap banjir datangnya masih lama dan enggak akan besar. Ternyata, itu di luar keadaan. Sekejap mata, airnya bisa naik sejengkal.
Masalah kedua, menurut Umar, adalah Sungai Ciliwung yang tak pernah dikeruk saat musim kemarau. Padahal, puing-puing bekas gusuran dibuang ke sungai itu. Dia berharap, pemerintah bisa menyelesaikan persoalan tersebut sehingga daya tampung sungai bisa lebih besar.
”Saat ini, kami pasti waswas, apalagi kalau banjir terjadi malam hari. Yang penting, kami tetap waspada saja,” ujar Umar.
Sementara itu, Firmansyah menilai, permasalahan banjir di Kampung Pulo adalah penyumbatan selokan rumah oleh sampah. Selain itu, sejumlah rumah juga tak memiliki saluran got sehingga air tak bisa mengalir dengan lancar ke sungai.
Siaga pompa
Secara terpisah, Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Juaini Yusuf menjelaskan, permasalahan utama banjir di Kampung Pulo adalah kiriman air dari hulu yang terlalu cepat.
”Kalau di hulunya curah hujan normal saja dan air Sungai Ciliwung enggak meluap, pasti enggak banjir,” katanya.
Namun, belajar dari peristiwa banjir kemarin, Dinas SDA akan memaksimalkan pengoperasian pompa yang ada. Sementara untuk di permukiman warga, Dinas SDA akan menyiagakan pompa mobile (bergerak).
Dinas SDA akan memaksimalkan pengoperasian pompa yang ada. Sementara untuk di permukiman warga, Dinas SDA akan menyiagakan pompa mobile (bergerak).
”Kalau ada saluran yang mampet, nanti kami kuras lagi atau dicari penyebabnya kenapa. Yang jelas, pompa bisa kami maksimalkan dan petugas tetap harus siaga 24 jam di lokasi itu jika informasinya sudah siaga,” kata Juaini.
Terhadap masukan warga soal pengerukan Sungai Ciliwung, Juaini akan segera mengecek. ”Coba nanti saya minta satuan tugas untuk mengecek ke lapangan,” ucapnya.