BMKG menginformasikan, hujan ekstrem akan mengguyur Lebak pada 9-15 Januari 2020. Untuk itu, 28 kecamatan diminta mewaspadai bencana susulan.
Oleh
Fransiskus Wisnu Wardhana Dany
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kabupaten Lebak, Banten, mewaspadai potensi banjir bandang dan longsor karena adanya hujan ekstrem. Warga di area perbukitan dan aliran sungai diimbau untuk segera mengungsi atau berlindung saat terjadi hujan.
Berdasarkan data Pusat Pengendalian dan Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis (9/1/2020), banjir dan longsor di Lebak menyebabkan 10 orang meninggal, 1 orang hilang, 5.139 orang mengungsi, dan 11.656 orang terdampak bencana.
Sampai hari kedelapan pascabencana, sebagian besar warga masih bertahan di pengungsian karena ribuan rumah rusak. Selain itu, akses jalan belum sepenuhnya bisa dilalui dan jembatan-jembatan penghubung antar-kecamatan dan antardesa masih putus.
Tercatat 1.410 rumah rusak berat, 521 rumah rusak ringan, 1.110 rumah terendam, 3 sekolah tersapu banjir, 19 sekolah rusak, dan 28 jembatan putus (2 jembatan permanen dan 26 jembatan gantung).
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Lebak Kaprawi, yang dihubungi dari Jakarta, mengatakan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menginformasikan, hujan ekstrem akan mengguyur Lebak pada 9-15 Januari 2020. Untuk itu, 28 kecamatan mewaspadai bencana susulan.
”Kalau banjir, longsor juga akan terjadi. Warga di perbukitan dan bantaran sungai harus waspada,” kata Kaprawi.
BMKG menginformasikan, hujan ekstrem akan mengguyur Lebak pada 9-15 Januari 2020. Untuk itu, 28 kecamatan mewaspadai bencana susulan.
Dalam rapat koordinasi yang dipimpin Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya, seluruh aparatur pemerintah, termasuk sukarelawan, diminta untuk mempersiapkan diri dan perlengkapan untuk antisipasi bencana susulan. Upaya penyelamatan masyarakat juga harus dilakukan maksimal serta memastikan kebutuhan dasar dan kesehatan terpenuhi.
Menurut Kaprawi, masa tanggap darurat berfokus pada penyelamatan, pemenuhan kebutuhan dasar, dan kesehatan warga terdampak bencana. Untuk itu, tim penyelamat dan sukarelawan terus berupaya menembus area-area yang sulit dijangkau.
Selasa (7/1/2020), tim penyelamat dari Palang Merah Indonesia, SAR, TNI, dan Polri mengevakuasi sekitar 100 warga Desa Cigobang yang terjebak banjir dan longsor. Warga desa menyelamatkan diri sekaligus mengungsi di tengah hutan sebelum dievakuasi.
Pemerintah kabupaten juga berupaya memulihkan aktivitas warga dan perekonomian. Menurut Kaprawi, jembatan sementara disiapkan untuk menyambungkan akses antarwilayah dan menginventarisasi lahan yang dapat digunakan untuk pembangunan hunian tetap.
Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Agus Wibowo mengimbau warga agar siap siaga dan memantau informasi peringatan dini cuaca dari BMKG dan BNPB. Selain itu, juga mempersiapkan rencana darurat untuk keluarga dan komunitas terkait jalur evakuasi dan titik kumpul pengungsian ketika terjadi bencana.
Vetiver
Banjir dan longsor di Lebak dan Bogor terjadi karena kerusakan lingkungan. Untuk itu, BNPB menyarankan untuk pengembalian fungsi lingkungan dengan penghijauan.
Salah satunya menanam vetiver atau akar wangi (Vetiveria zizanioides). Vetiver atau tanaman sejenis rumput asal India itu mampu mencegah tanah longsor dan erosi karena dapat menahan aliran air dan menjaga kestabilan tanah.
Salah satunya menanam vetiver atau akar wangi. Vetiver mampu mencegah tanah longsor dan erosi karena dapat menahan aliran air dan menjaga kestabilan tanah.
Akar vetiver berbentuk serabut dan mampu masuk ke dalam tanah dengan kedalaman 5,2 meter. Jika ditanam di lereng-lereng keras dan berbatu, ujung-ujung akar vetiver mampu masuk menembus dan menjadi semacam jangkar yang kuat.
Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan, vetiver menjadi salah satu pilihan terbaik untuk ditanam di lahan yang telah gundul. ”Ribuan lokasi bekas hak guna usaha gundul karena pohonnya sudah ditebangi dan ditinggal begitu saja. Akibatnya, saat hujan terjadi longsor,” kata Doni.
BNPB akan menyiapkan 100.000 bibit vetiver untuk penghijauan area lereng dan perbukitan yang gundul. Kemudian, sebagai upaya pemberdayaan masyarakat, kata Doni, di sela-sela vetiver akan diselingi tanaman keras, seperti sukun, aren, dan alpukat.