Sekitar 48 pompa pengendali luapan air sungai di Jakarta masih rusak pascabanjir awal Januari 2020. Hal tersebut berisiko menghambat antisipasi banjir yang diprediksi terjadi dalam kurun waktu sepekan mendatang.
Oleh
Aditya Diveranta
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sekitar 48 pompa pengendali luapan air sungai di Jakarta masih rusak pascabanjir awal Januari 2020. Hal tersebut berisiko menghambat antisipasi banjir yang diprediksi terjadi dalam kurun waktu sepekan mendatang.
Sekretaris Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta Dudi Gardesi mengatakan, 48 pompa itu berasal dari 27 rumah pompa yang sempat tergenang banjir, pekan lalu.
”Dari total 478 mesin pompa pengondisi luapan air di Jakarta, masih ada 48 unit yang rusak. Sebagian besar pompa itu rusak karena terendam banjir pekan lalu,” kata Dudi saat dihubungi Kompas di Jakarta, Kamis (9/1/2020).
Dari total 478 mesin pompa pengondisi luapan air di Jakarta, masih ada 48 unit yang rusak. Sebagian besar pompa itu rusak karena terendam banjir pekan lalu.
Dudi menjelaskan, kerusakan pompa terjadi hampir di sepanjang kawasan Sungai Ciliwung, Sungai Mookervart, dan Kanal Barat. Meski sebenarnya mesin pompa resistan terhadap air, genangan mengenai komponen kelistrikan sehingga merusak sistem pompa.
Ia mencontohkan, empat mesin pompa di Waduk Setiabudi memerlukan pengecekan selama tiga hari. ”Perlu dilihat dulu komponen apa yang rusak. Kalau memang ada komponen yang perlu diganti, ini yang memakan waktu cukup lama,” ujarnya.
Sebagian pompa yang rusak saat ini ada di kawasan Jakarta Barat. Suku Dinas SDA Kota Jakarta Barat mencatat sekitar 37 dari total 99 pompa masih rusak.
Kepala Seksi Pengendalian dan Pemeliharaan Suku Dinas SDA Kota Jakarta Barat, Imam, mengatakan, genangan mengenai panel listrik dan genset pompa di Jakarta Barat. Selain sistem panel dan genset, sebagian pompa juga rusak karena tersumbat sampah.
”Kerusakan akibat sumbatan sampah ditemukan di Pompa Klingkit, Kecamatan Cengkareng,” ujarnya.
Hendy, petugas penjaga Rumah Pompa Klingkit, mengatakan, prosedur pengecekan mesin pompa cukup panjang. Hingga malam ini, mesin pompa seberat 1 ton tersebut harus diangkat dengan alat pengangkut khusus.
Apabila memang ada kerusakan pada komponen mesin, harus dibawa ke pabrik pusat pompa.
”Untuk pengangkatan pompa dari lubang saluran, butuh waktu sedikitnya tiga jam. Jika memang rusak, harus dibawa ke pabrik pusat dan butuh waktu sekitar seminggu,” ujar Hendy.
Dudi menyampaikan, sebagai pengganti pompa yang rusak, Dinas SDA menyediakan pompa mobile (bergerak). Saat ini ada sekitar 122 pompa bergerakyang didistribusikan ke kawasan rawan genangan.
Distribusi pompa bergerak juga untuk mengantisipasi prediksi genangan saat hujan lebat dan pasang air laut pada periode 9-12 Januari.
”Kami berupaya mengantisipasi prediksi dari BMKG. Pompa mobile memang tidak sekuat sistem yang ada di rumah pompa, tapi cukup untuk mengantisipasi genangan,” ucap Dudi.
Sebagai pengganti pompa yang rusak, Dinas SDA menyediakan pompa mobile.
Pompa bergerak juga menyokong penyedotan genangan di rumah pompa. Sebagian kawasan yang didukung ada di Rumah Pompa Kedoya Taman Ratu dan Rumah Pompa di Satuan Penyelenggara Administrasi Surat Izin Mengemudi (Satpas SIM) di Daan Mogot.