Warga kawasan Sabang atau Jalan H Agus Salim, Jakarta Pusat, menolak konsep penataan kawasan menjadi area pedagang kaki lima. Konsep ini dikhawatirkan menurunkan penghasilan toko-toko yang puluhan tahun berdiri.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Warga Jalan Sabang atau Jalan H Agus Salim, Jakarta Pusat, menolak konsep penataan kawasan menjadi area pedagang kaki lima. Konsep ini dikhawatirkan menurunkan penghasilan toko-toko yang sudah puluhan tahun berdiri di sana.
Ketua RW 001, Kelurahan Gondangdia, Grace mengatakan, sebagian warga Jalan Sabang sudah diundang untuk mengikuti sosialisasi penataan kawasan Kebon Bang Jaim (Kebon Sirih, Sabang, Jaksa, MH Thamrin) di Kelurahan Gondangdia, Kecamatan Menteng.
”Dalam konsep itu, parkir hanya dibatasi di satu sisi trotoar dan di sisi lainnya untuk kawasan pedagang kaki lima. Kalau konsep itu dilaksanakan, penghasilan toko-toko di sini yang taat bayar pajak akan turun,” katanya saat pertemuan warga dengan pimpinan DPRD DKI Jakarta, Senin (13/1/2020).
Menurut Grace, sejak Jalan Sabang dibuat satu arah sekitar setahun lalu, penghasilan toko-toko di sana sudah turun sekitar 40 persen. Warga sebenarnya juga sudah menolak pengaturan satu arah tersebut, tetapi akhirnya menerima. ”Sekarang konsep sudah diubah lagi. Kami berharap Jalan Sabang dikembalikan seperti semula,” ujarnya.
Padahal, trotoar dan perpakiran di Jalan Sabang baru direvitalisasi tak lebih dari lima tahun lalu. Penataan ini termasuk ketegasan mengatur PKL hanya boleh berdagang di sana setelah pukul 19.00. Begitu juga penggunaan parkir elektronik.
Sekarang, penataan itu tak lagi berlaku. Kawasan itu sudah mulai dipenuhi PKL bertenda sejak sekitar pukul 17.00. Parkir elektronik pun tak lagi dimanfaatkan karena banyaknya tukang parkir yang memungut tarif tanpa ada penertiban dan pengawasan.
Grace mengatakan, saat ini ada sekitar 65 PKL yang rutin membuka tenda di malam hari di Jalan Sabang. Ia selalu berusaha memperingatkan PKL yang melanggar batas area yang sudah ditetapkan warga. ”Jumlah ini belum mengganggu, tetapi kalau bertambah lagi, bisa merugikan buat kawasan ini,” ujarnya.
Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi yang menemui warga menyayangkan mundurnya penataan kawasan di Jalan Sabang. ”Jalan Sabang ini, kan, legenda Jakarta. Dulu semua orang mengenal tempat ini sebagai tempat cari makan enak dengan suasana nyaman. Sekarang kondisinya seperti ini,” katanya.
Prasetio menjanjikan akan memfasilitasi warga untuk menyampaikan keberatannya terhadap rencana penataan kawasan Jalan Sabang itu ke Pemerintah Kota Jakarta Pusat.