Perpanjang Masa Tanggap Darurat, Pemerintah Siapkan Relokasi Hunian Tetap
Pemerintah Kabupaten Bogor memperpanjang masa tanggap darurat hingga 30 Januari 2019. Pemerintah Kabupaten Bogor juga sedang mempersiapkan hunian tetap dan bantuan perbaikan rumah.
Oleh
Aguido Adri
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Bogor memperpanjang masa tanggap darurat hingga 30 Januari 2019. Pertimbangannya adalah masih banyak jumlah pengungsi dan akses menuju Desa Cisarua dan Desa Cileuksa yang belum sepenuhnya terbuka. Pemerintah Kabupaten Bogor juga sedang mempersiapkan hunian tetap dan bantuan perbaikan rumah.
Bupati Bogor Ade Munawaroh Yasin, Jumat (17/1/2020), mengatakan, masa tanggap darurat yang berakhir Rabu lalu diperpanjang hingga 14 hari ke depan atau hingga 30 Januari 2020. Selama perpanjangan masa tanggap darurat itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor akan fokus merampungkan relokasi korban dan memperbaiki rumah warga.
Pemkab Bogor telah berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Gubernur Jawa Barat, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana terkait upaya itu.
”Kami terus berupaya agar kebutuhan warga korban bencana banjir dan longsor bisa segera terealisasi dan tersalurkan. Saya menegaskan kepada camat dan kepala desa untuk mendata keseluruhan korban dan rumah rusak hingga wilayah yang bisa dihuni atau tidak,” kata Ade kepada Kompas.
Masa tanggap darurat yang berakhir Rabu lalu diperpanjang hingga 14 hari ke depan atau hingga 30 Januari 2020.
Pemkab Bogor mencatat, saat ini korban longsor yang masih mengungsi berjumlah sekitar 19.821 orang. Di Kecamatan Sukajaya 14.233 orang, Kecamatan Nanggung 4.217 orang, Kecamatan Cigudeg 1.212 orang, dan Jasinga 159 orang.
Menurut Ade, para pengungsi yang masih bertahan akan dipindahkan sementara di rumah penduduk yang lokasinya aman dari bencana. ”Sembari kami jajaki lokasi rumah baru mereka nanti dan mempersiapkan surat keputusan (SK) untuk bantuan kepada warga,” ujarnya.
Terkait relokasi, Ade mengaku telah menyampaikan kepada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk melobi PT Perkebunan Nusantara (Persero). Tujuannya agar perusahaan milik negara itu mengizinkan tanah mereka menjadi lokasi relokasi warga korban longsor.
Sementara itu, kepada Kementerian PUPR, Pemkab Bogor meminta untuk membantu relokasi dan pembangunan rumah. Kementerian tersebut telah bersedia membangun hunian tetap bagi warga korban bencana dan membuka jalur menuju desa yang masih sulit diakses.
Ridwan Kamil mengatakan, SK yang akan dibuat Bupati Bogor akan menjadi acuan bantuan kepada warga. Wilayah terdampak bencana di Bogor bagian barat itu akan mendapat bantuan Rp 25 juta untuk yang rusak ringan dan sedang serta Rp 50 juta untuk yang rusak berat.
”Akan kami kebut (penyaluran bantuan itu dan perizinan relokasi) dalam minggu-minggu ini. Selain itu, kami juga akan hitung lagi untuk menambah dana bantuan tanggap darurat,” ujarnya.
Wilayah terdampak bencana di Bogor bagian barat itu akan mendapat bantuan Rp 25 juta untuk yang rusak ringan dan sedang serta Rp 50 juta untuk yang rusak berat.
Harapan warga
Tujuh belas hari setelah bencana banjir dan longsor di Kabupaten Bogor, Abi (43) bersama istri dan kedua anaknya, warga Kampung Sinar Harapan, Desa Harkatjaya, Kecamatan Sukajaya, masih bertahan di pengungsian. Tidak ada aktivitas yang bisa dilakukan Abi bersama warga lain selain menunggu bantuan rumah oleh pemerintah.
Perpanjangan masa tanggap darurat ini membuka harapan bagi korban bencana dan para pengungsi yang masih bertahan untuk mendapatkan bantuan pemerintah. Mereka berharap langkah cepat pemerintah daerah dan pusat untuk segera menyediakan tempat tinggal baru. Mereka juga tak ingin berlama-lama di pengungsian.
Abi mengaku, meski rumahnya aman dari longsor, kondisi di kampungnya yang berada di kawasan perbukitan sangat berbahaya untuk ditempati.
”Rumah saya aman, tetapi enggak berani tinggal di situ lagi. Masih rawan longsor. Kami enggak tahu harus tinggal di mana, itu satu-satunya rumah dan harta kami. Saya berharap ada bantuan rumah. Lokasi mau di mana saja, kami pasrah asal aman dari bencana,” ujarnya.
Saya berharap ada bantuan rumah. Lokasi mau di mana saja, kami pasrah asal aman dari bencana.
Kampung Abi merupakan daerah yang terdampak longsor terparah. Ada tujuh korban jiwa yang tertimbun longsor di desanya. Hingga hari ini, ada tiga korban yang belum dapat dievakuasi dari timbunan longsor.
Abi juga menyatakan mulai bosan di pengungsian dan ingin segera beraktivitas seperti biasanya, yaitu bercocok tanam. ”Terlalu lama di pengungsian pasti bosan. Kami harus tetap melanjutkan hidup. Anak-anak juga harus sekolah. Semoga masa sulit ini bisa kami lalui,” kata Abi.
Sementara itu, Aji (31) bersama ibu dan adiknya, warga Desa Kalongsawah, Kecamatan Jasinga, hingga saat ini masih menumpang di rumah kerabatnya. Seminggu setelah banjir bandang dari luapan Sungai Cidurian menghantam desanya, Aji mulai membersihkan rumahnya dari pasir dan tanah yang menumpuk hingga sekitar 15 sentimeter.
Ia juga mengambil sejumlah barang yang masih bisa digunakan. Terjangan banjir bandang itu mengakibatkan rumah Aji retak, jebol, dan miring.
”Pelan-pelan, saya akan bangun rumah ini kembali. Saya juga berharap ada bantuan dari pemerintah, seperti semen. Saya sudah mulai mengumpulkan material kayu. Kayu yang berserakan karena banjir kemarin,” kata Aji.