Penanganan wilayah pascabencana di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan Kabupaten Lebak, Banten, dilakukan secara menyeluruh, baik melalui pendekatan ekologis maupun pembangunan kembali fisik permukiman warga.
Oleh
Nina Susilo
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Penanganan wilayah pascabencana di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, maupun di Kabupaten Lebak, Banten, dilakukan secara menyeluruh, baik melalui pendekatan ekologis maupun pembangunan kembali fisik permukiman warga. Untuk perbaikan ekosistem, disiapkan Rp 1,9 triliun sepanjang tahun 2020.
Presiden Joko Widodo meninjau lokasi longsor di Desa Harkatjaya, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Senin (3/2/2020) siang. Di sini, bronjong sebagai penahan longsor masih dikerjakan.
Di Kecamatan Sukajaya, Presiden juga meninjau Desa Pasirmadang. Wilayah ini, di area seluas 2.500 hektar, ditanami berbagai pohon, baik pohon keras berakar tunjang dan kuat, akar wangi atau vetiver, maupun pepohonan produktif.
Pohon keras yang disiapkan antara lain mahoni, sengon, dan eukaliptus. Adapun vetiver, akar wangi (Chrysopogon zizanioides), memiliki perakaran panjang dan kuat sehingga bisa menjaga tanah dari longsor.
Pepohonan produktif seperti sirsak, jambu, durian, jengkol, kopi, makadamia, dan porang juga ditanam sebagai sumber pendapatan warga. Sebagian bibit seperti kapulaga dan rempah-rempah diberikan PT Sido Muncul. Perusahaan ini juga siap menampung hasil panen sebagai bahan baku produk jamunya.
”Jadi, di tempat-tempat terjadi bencana banjir dan tanah longsor, pendekatan kita bukan hanya pendekatan fisik, bukan hanya bangunan-bangunan fisik, tapi juga yang berkaitan dengan vegetatif seperti ini mulai kita lakukan,” tutur Presiden Joko Widodo kepada wartawan.
Sebagai penanda, Presiden bersama Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Kepala BNPB Doni Monardo, dan Wakil Menteri LHK Alue Dohong menanam vetiver bersama. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Bupati Bogor Ade Yasin bersama warga juga ikut menanam vetiver.
Saat ini, menurut Alue Dohong, disiapkan sekitar 190.000 bibit beragam tanaman yang akan ditanami di lahan seluas 2.500 hektar di dua subdaerah aliran sungai Cidurian Hulu dan Cibeurang. Semua desa yang mengalami banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Lebak dan Kabupaten Bogor pada awal Januari lalu merupakan bagian dari aliran Sungai Cidurian dan Cibeurang.
Di Kabupaten Lebak, bencana terjadi di 8 desa di Kecamatan Cipanas, 4 desa di Kecamatan Lebak Gedong, 1 desa di Kecamatan Cimarga, 8 desa di Kecamatan Sajira, 3 desa di Kecamatan Curugbitung, dan 3 desa di Kecamatan Maja. Adapun di Kabupaten Bogor, bencana umumnya terjadi di 11 desa di Kecamatan Sukajaya dan 2 desa di Kecamatan Cigudeg.
Menurut Doni, vetiver sangat efektif untuk merehabilitasi lahan kritis. Hal ini sudah dibuktikan saat Doni menjabat Panglima Kodam III/Siliwangi dan direkomendasikan Bank Dunia. Karena itu, vetiver menjadi solusi jangka pendek, apalagi dalam satu tahun saja akarnya bisa berkisar 1,5 meter dan saat optimal akarnya bisa mencapai 4 meter. Selain itu, direncanakan dibuat vetiver system yang mengombinasikan sejumlah tanaman akar satu sama lain yang saling mengikat.
Warga, lanjut Doni, diminta tidak memanen akar wangi di lahan-lahan dengan kemiringan 30 derajat atau lebih. Sebagai gantinya, warga bisa mendapatkan manfaat dari hasil tumbuhan durian, jambu, sirsak, jengkol, ataupun berbagai bibit tanaman lain yang disiapkan.
Untuk itu, vetiver dikombinasikan dengan tanaman endemik Jabar, seperti suren, puspa, rasamala, dan mahoni. Selain itu, masih ada tanaman sukun, alpukat, durian, kayu manis, dan puluhan jenis tanaman lain.
Pendekatan serupa untuk memperbaiki lahan-lahan rusak akan dilakukan di wilayah lain. Kawasan hulu Waduk Gajah Mungkur ataupun Danau Toba juga akan direhabilitasi. Sebab, kata Presiden, pengerukan sedimentasi waduk dan danau tak ada habisnya jika bagian hulu tidak diperbaiki. Untuk itu, pada APBN 2020 dialokasikan Rp 1,9 triliun.
Penanganan menyeluruh ini diharapkan mampu mengatasi penyebab banjir dan longsor dari hulu, yakni penggundulan hutan, baik karena penebangan liar maupun penambangan. Rehabilitasi lahan ini sekaligus mengatasi daerah-daerah yang karena karakter tanahnya sangat rentan longsor karena kemiringannya sangat curam.
Program pemulihan lahan, reboisasi, dan juga revitalisasi lahan ini, ujar Muhadjir, melibatkan semua elemen mulai dari pemerintah terkait, pemerintah daerah, hingga masyarakat.
Doni mengatakan, warga terdampak yang menanami lahan juga mendapatkan penghasilan dari kerjanya setiap hari. Selain itu, pepohonan produktif bisa ditanam secara mandiri untuk kemudian dijual. Selain pendampingan, calon pembeli hasil panen warga juga didekatkan.
Penambangan ditutup
Dengan rehabilitasi lahan, pemerintah tak lagi menoleransi penambangan liar ataupun legal yang menyisakan lubang-lubang dan merusak lahan di Sukajaya, Bogor, ataupun Lebak. Semua harus ditutup dan direhabilitasi. Wilayah penambangan di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun, kata Muhadjir, akan dibatasi. Untuk sementara, pengawasan dilakukan oleh pemerintah daerah.
Siti Nurbaya menambahkan, pemeriksaan terhadap pemilik tambang saat ini baru dilakukan untuk meminta pertanggungjawaban.
Penentuan lokasi relokasi
Adapun relokasi untuk warga terdampak yang tinggal di lahan rawan longsor akan dilakukan setelah Bupati Bogor dan Gubernur Jawa Barat menentukan lokasi.
”Kalau memang itu memakai lahan PTPN, itu bagian dari pemerintah pusat dan saya perintahkan kepada Menteri BUMN agar segera diberikan secepat-cepatnya. Begitu land clearing, PU masuk. Kami sudah siap. Tinggal penentuan lokasi di gubernur dan bupati,” tutur Presiden.