Pembelian Masker di Jakarta Meningkat, Dinkes DKI Pastikan Stok Masih Aman
Sejak merebaknya virus korona jenis baru di sejumlah negara, warga DKI Jakarta berburu masker dan ”hand sanitizer” ke apotek. Sejumlah apotek di Jakarta pun mengaku kehabisan stok masker.
Oleh
AYU PRATIWI/AGUIDO ADRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembelian masker di Jakarta masih tinggi beberapa minggu terakhir sejak merebaknya virus korona jenis baru di sejumlah negara. Sejumlah apotek pun mengaku kehabisan stok masker. Meski demikian, Dinas Kesehatan DKI Jakarta memastikan ketersediaan masker dan alat pelindung di fasilitas layanan kesehatannya masih aman.
Data per Rabu (5/2/2020), jumlah orang terinfeksi virus korona mencapai sekitar 25.000 orang di hampir 30 negara, Indonesia tidak termasuk. Jumlah korban jiwa sebanyak 493 orang.
Meskipun belum ada kasus virus korona jenis baru yang terdeteksi di Indonesia, fenomena itu telah memicu kekhawatiran di kalangan publik. Banyak di antara warga yang mengantisipasi dan membeli alat pelindung diri dari virus, seperti masker dan cairan pembersih tangan atau hand sanitizer.
Tingginya permintaan masker membuat persediaan masker di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, menipis. Harga masker N95 bahkan melonjak tinggi berkisar Rp 1 juta sampai Rp 2 juta per boks yang berisi 20 pasang masker. Sebelumnya, harga satu boks masker tersebut sekitar Rp 500.000
”Akibat terbatasnya stok masker N95 dan permintaan yang tinggi, harga sampai Rp 2 juta per boks yang berisi 20 pasang masker. Masker N95 banyak dicari karena dinilai lebih ampuh menangkal penyebaran virus korona,” kata Yuliana, penjual alat medis di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, Rabu.
Kenaikan harga masker itu karena permintaan konsumen yang sangat banyak, sedangkan stok dari distributor terbatas. Menurut Yuliana, stok masker dari distributor berkurang selama seminggu terakhir.
Selain di pasar, beberapa apotek di Jakarta juga mengalami penurunan stok masker dan hand sanitizer. Beberapa tempat bahkan sudah kehabisan masker. Ada juga yang menjual masker dengan harga lebih mahal.
Di salah satu cabang apotek K24 di Jakarta Barat, misalnya, sepasang masker N95 saat ini dijual seharga Rp 48.500. Harga itu meningkat dua kali lipat dari harga bulan lalu. Sebelum kasus korona virus jenis baru jadi viral, sepasang masker N95 dijual seharga Rp 20.000-an.
Ketika mengunjungi apotek itu pada Rabu, sisa masker yang tersedia hanya satu boks isi 40 masker jenis N95. Masker biasa yang harganya lebih murah sudah habis terjual. Penjualan hand sanitizer di apotek itu juga meningkat dan hanya tersisa beberapa botol ukuran besar. Untungnya, harga sebotol hand sanitizer belum meningkat dan berkisar Rp 30.000-Rp 40.000.
”Belum ada kabar dari pusat, kapan stok masker diisi ulang. Sekarang sudah susah cari masker di mana-mana,” ujar Nara (28), petugas kasir apotek K24.
Di tempat lain, seperti salah satu cabang apotek Century di Jakarta Barat, stok masker habis terjual dalam waktu cepat. Pada Rabu ini, sudah tidak ada masker yang tersedia di apotek tersebut.
”Kemarin sempat datang 40 boks isi 50 masker biasa dari distributor. Semua habis terjual dalam waktu sehari,” kata Wahyu, asisten apoteker Century.
Ketersediaan masker aman
Dihubungi secara terpisah, Wakil Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Khafifah Any memastikan bahwa ketersediaan masker dan alat pelindung diri lain di fasilitas pelayanan kesehatan jajarannya masih aman. Ketersediaan alat pelindung diri itu akan terus dimonitor oleh Dinkes DKI.
”Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga memastikan seluruh fasilitas pelayanan kesehatan menyediakan dan mempersiapkan logistik alat pelindung diri dengan memperhitungkan kebutuhan untuk kejadian luar biasa,” ujar Any.
Selain itu, Dinkes DKI Jakarta juga bersurat kepada Kementerian Kesehatan untuk dapat mengadvokasi produsen masker dan meningkatkan produksinya.