Tangerang Sulit Atasi Banjir
Banjir masih menggenangi 21 lokasi di Kota Tangerang, selama empat hari terakhir. Pemerintah Kota Tangerang mengusulkan normalisasi Kali Ledug untuk mengurangi banjir.
TANGERANG, KOMPAS — Banjir di 21 lokasi di Kecamatan Periuk, Karawaci, dan Jatiuwung, Kota Tangerang, tidak mampu dikendalikan sejak Sabtu (1/2/2020). Pada Selasa, banjir di kawasan perumahan Garden City Residence, Total Persada, Periuk Damai, dan Mutiara Peluit masih berkisar 60 cm hingga 2 meter. Mesin pompa tidak berfungsi karena terendam air.
”Sudah dilakukan upaya maksimal dengan penurapan agar air tidak meluap. Tetapi air meluap hingga menjebol tanggul,” kata Wakil Wali Kota Tangerang Sachrudin, Selasa.
Saat ini, surutnya banjir akibat luapan Sungai Ledug itu amat bergantung pada intensitas hujan. Pemkot telah bersurat kepada pemerintah pusat untuk menormalisasi Kali Ledug.
Sebanyak 9.000 warga terdampak banjir di Kota Tangerang ini dan 4.000 warga di antaranya mengungsi di 36 posko yang tersebar di tujuh kelurahan, yaitu Periuk, Gebang Raya, Gembor, Margasari, Jurumudi Baru, Alam Jaya, dan Gandasari.
Baca juga : Cegah Banjir, Pemkot Tangerang Usulkan Normalisasi Kali Ledug
Baca juga : DKI Fokus Perbaiki Saluran Menuju Kali di Jalan Abdul Muis
Kepala Bidang Diseminasi Informasi dan Komunikasi Publik Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Tangerang Mualim mengatakan, untuk mengatasi banjir, pemkot membuat kisdam atau konstruksi bangunan air yang bersifat sementara agar air sungai tidak masuk ke dalam galian.
”Pemkot juga membuat tanggul dari karung pasir, menambah pompa air, serta evakuasi warga ke posko pengungsian.”
Ketua RW 015 Kelurahan Gerbang Jaya Karmin mengatakan, perumahan Garden City Residence mendapatkan limpasan air dari Kali Ledug setelah penurapan di Jembatan Alamanda. Air limpasan itu memenuhi danau di sekitar perumahan lalu meluap ke seluruh perumahan.
Limpasan air Kali Ledug yang masuk ke perumahan Periuk Damai dan menjebol turap perumahan Mutiara Peluit juga mengalir ke perumahan Garden City Residence. ”Ada empat pompa, tetapi limpasan air terlalu banyak sehingga begini (banjir) dan belum surut-surut,” katanya.
Doni Dwi Kurniawan (34), warga Garden City Residence, mengatakan, saluran air tidak dikerjakan dengan baik oleh pengembang. ”Saluran air antar-rumah ke rumah tidak sama. Ketinggiannya berbeda dan tidak diturap sampai ke Kali Ledug.”
Menurut Doni, banjir kali ini yang terparah karena merendam seluruh perumahan dan tak kunjung surut. Kondisi ini berbeda dengan banjir awal tahun yang merendam sebagian perumahan dan surut dalam dua hari.
Wali Kota Tangerang Arief Wismansyah berjanji memanggil pengembang untuk membahas banjir di perumahan itu. Pengembang harus bertanggung jawab karena telah membangun hunian di lokasi yang kurang ideal.
Muara Angke
Di Jakarta Utara, banjir kembali melanda permukiman warga Muara Angke, Penjaringan. Ketinggian air mencapai 30 cm dan terjadi sejak Jumat (31/1/2020) hingga kemarin.
”Susah surut karena hujan terus. Kemarin (Senin) sore itu tinggal 10 cm, tetapi karena malamnya hujan lebat, genangan naik lagi,” kata Ryan (25), warga terdampak banjir.
Baca juga : Banjir Muara Angke Tak Kunjung Surut
Ryan menambahkan, sejak tinggal di tempat itu pada 2017, banjir selalu terjadi saban musim hujan. Banjir berasal dari aliran Kali Gendong yang bermuara di pesisir utara Jakarta. ”Kali Adem muaranya, kan, ke laut. Kalau air laut lagi tinggi, kami pasti kebanjiran karena air dari Kali Gendong tidak bisa mengalir ke laut.”
Waduk Muara Angke, kata Ryan, juga penuh sehingga air meluap. ”Di waduk itu sebenarnya ada mesin pompa air.”
Sekretaris Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Dudi Gardesi mengatakan, banjir di Muara Angke belum surut lantaran ada pompa stasioner di Waduk Muara Angke yang rusak. Petugas terpaksa mengandalkan pompa portabel dengan kapasitas yang lebih kecil untuk menyedot luapan banjir di Muara Angke.
”Ini perlu saya cek lagi. Sebab, yang saya dengar pompanya jebol gara-gara tersumbat sampah,” katanya.
Secara keseluruhan, ada 180 pompa portabel yang difungsikan untuk menyedot banjir dan genangan di Jakarta. Jumlah ini bertambah dari sebelumnya 122 pompa portabel. Pompa berkapasitas 75 liter hingga 1.000 liter.
Tanggul
Selama musim hujan ini, Suku Dinas SDA Jakarta Selatan juga menyiapkan sejumlah material sebagai langkah antisipasi bilamana ada tanggul jebol. ”Kami antisipasi tanggul jebol dan longsor, seperti di daerah Rawajati, Kalibata. Kami sudah persiapkan stok kayu dolken (tiang kayu) ataupun karung-karung pasir,” kata Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air Jaksel Mustajab.
Pertengahan Januari lalu, tanggul saluran penghubung di kompleks TVRI, Kemandoran, Grogol Utara, jebol sepanjang 17 meter dan setinggi lebih kurang 5 meter. Mustajab mengatakan, perbaikan tanggul berlangsung dua pekan dan kini sudah selesai diperbaiki.
Baca juga : Hadapi Puncak Musim Hujan, Sudin SDA Antisipasi Tanggul Jebol
Di kompleks perumahan TVRI Kemandoran ini juga disiapkan dua pompa stasioner berkapasitas 250 meter kubik per detik dan 500 meter kubik per detik. Saat ketinggian air sudah mencapai 2,8 meter, pompa dinyalakan. Air dialirkan dari saluran penghubung Permata Hijau ke Kali Grogol. Lima petugas Sudin SDA Jaksel bertugas merawat dan mengoperasikan pompa saat air di saluran air tersebut meluap.
Sudin SDA Jaksel juga menargetkan 100 sumur resapan tahun ini. Lubang atau buis beton berdiameter 80 sentimeter dan tinggi 100 sentimeter itu dibuat di Pasar Minggu.
Sebelumnya, pembangunan sumur resapan sudah dilakukan di RW 009, Kelurahan Srengseng Sawah, Jagakarsa.
Sementara, hujan yang mengguyur Jakarta pada Selasa pagi, menyebabkan 11 genangan di Jakarta Barat. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI mencatat, hingga pukul 12.00 kemarin, rata-rata genangan itu setinggi 25 cm.
”Itu semua langsung dibereskan oleh petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) dan petugas Dinas Sumber Daya Air,” kata Kepala BPBD DKI Subejo.
Terowongan Kemayoran
Di Kemayoran, pengelola kawasan kompleks Kemayoran, Jakarta Pusat, berencana menyiapkan sodetan di terowongan yang tergenang sejak Sabtu (25/1). Hal ini menjadi solusi jangka pendek untuk mengatasi genangan yang terjadi kedua kalinya di sana.
Direktur Utama Pusat Pengelola Kawasan (PPK) Kemayoran Medi Kristianto mengatakan, sodetan dibuat untuk menghubungkan drainase menuju aliran sungai di lintas bawah Kemayoran. ”Persoalan utama ialah genangan yang turun ke drainase lintas bawah. Sodetan dibuat sebagai rencana jangka pendek sehingga segera bisa dinormalisasi terlebih dahulu,” katanya melalui keterangan tertulis, Senin. (VAN/DIV/DEA/HLN)