Formula E Tak Boleh Masuk Monas, Pemprov DKI Ubah Rute
Ajang balap mobil Formula E yang menurut rencana digelar pada Juni nanti ternyata dilarang menggunakan kawasan Monas sebagai lintasan. Pemprov DKI Jakarta pun bakal mencari alternatif lintasan baru untuk ajang ini.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO/HELENA F NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Komisi Pengarah Pembangunan Kawasan Medan Merdeka tidak menyetujui kawasan dalam Monumen Nasional, Jakarta Pusat, dipergunakan sebagai bagian dari lintasan balapan Formula E. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjelaskan, pihaknya sedang mengkaji ulang rute alternatif.
”Para anggota Komisi (Pengarah Pembangunan Kawasan Medan Merdeka) beberapa berpandangan bahwa sebaiknya jangan menggunakan kawasan Monas,” ujar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Balai Kota Jakarta, Kamis (6/2/2020).
Sebelumnya, Anies bersama Komisi Pengarah Pembangunan Kawasan Medan Merdeka menggelar pertemuan di kantor Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta Pusat, Rabu (5/2/2020). Pertemuan tersebut membahas dua permohonan izin Pemprov DKI, yakni terkait proyek revitalisasi pelataran sisi selatan Monas dan rencana pergelaran Formula E.
Secara khusus, balap mobil Formula E akan digelar di Jakarta pada 6 Juni 2020. Pengajuan izin kepada Mensesneg selaku Ketua Komisi Pengarah Pembangunan Kawasan Medan Merdeka didasari oleh rencana pemakaian kawasan Monas sebagai area balap.
Area balap yang diajukan ke Federasi Otomotif Internasional (FIA) adalah kawasan Ikatan Restoran dan Taman Indonesia (IRTI), Jalan Merdeka Selatan, Jalan Silang Monas Tenggara (belakang Stasiun Gambir), putaran di Jalan Titian Indah (kawasan Monas), Jalan Silang Merdeka Barat Daya, dan berakhir di Jalan Medan Merdeka Selatan. Panjang lintasan diperkirakan sekitar 2,6 kilometer.
Anies enggan membeberkan alasan penolakan Komisi Pengarah Pembangunan Kawasan Medan Merdeka terhadap rencana pergelaran Formula E di kawasan Monas itu. Pada prinsipnya, Pemprov DKI akan menghormati keputusan yang ada.
”Sebaiknya, jangan saya menceritakan percakapan di dalam (pertemuan) karena alasannya beda-beda tiap pribadi. Tetapi, kan, kami sepakat itu adalah keputusan. Begitu tidak dianjurkan (untuk) tidak (gelar Formula E) di Monas, ya sudah, kami akan cari (rute alternatif) yang baru,” tutur Anies.
Ia mengaku telah menyampaikan pembatalan rute Monas itu ke FIA. Setelah pemberitahuan itu, lanjut Anies, tim dari FIA langsung menuju Jakarta untuk menentukan lokasi baru. Tim tersebut telah tiba di Jakarta hari ini pukul 17.30 WIB.
Dalam pemilihan lokasi baru nanti, ujar Anies, ada sejumlah variabel yang harus diperhatikan, seperti jumlah belokan dan tingkat kesulitannya. Oleh karena itu, penetapan lokasi baru tidak bisa cepat dan harus dilakukan oleh tim ahli.
Mengkaji rute alternatif
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta Cucu Ahmad Kurnia menjelaskan, karena tidak mendapat izin, saat ini panitia penyelenggara DKI Jakarta tengah membahas dan mengkaji rute alternatif.
Hari Nugroho, Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, menambahkan, rute alternatif yang disiapkan oleh panitia penyelenggara ada beberapa opsi. Salah satunya, lintasan di Sudirman.
Lintasan yang diperlukan sepanjang 3,2 kilometer. Namun, yang akan dipakai sepanjang 2,9 kilometer. Adapun lebar lintasan selebar 10-12 meter.
Hari menyampaikan, meski akan mengubah rute, ikon Jakarta tetap masuk untuk dilewati.
Dengan perubahan rute, tugas Bina Marga selanjutnya adalah melihat lapisan aspal di lintasan baru yang akan ditentukan. ”Kalau belum sesuai, kita sesuaikan, kita layer atau lapisi atasnya supaya (aspalnya) sesuai standar,” ucap Hari.
Selain itu, lanjutnya, dengan ditolaknya izin penyelenggaraan Formula E di Monas, pihaknya juga akan membatalkan rencana pelapisan jalan dan kawasan berbatu alam di dalam Monas dengan aspal. Rencana pelapisan jalan itu akan digeser ke rute alternatif yang akan ditetapkan nanti.
”Kalau melapisi jalan dengan aspal itu cepat pekerjaannya. Aspal sudah masuk dalam e-katalog,” ujar Hari.
Adapun dana untuk melapisi jalan lintasan dengan aspal, menurut Hari, akan diambilkan dari anggaran peningkatan jalan strategis, protokol, dan arteri. ”Anggarannya gelondongan saja. Kita lihat urgensinya,” papar Hari lagi.
Apabila urusan peningkatan jalan dikerjakan Bina Marga, untuk batas lintasan dan tribune penonton akan dikerjakan PT Jakarta Propertindo.