Warga Temukan Timbunan Material Trotoar di Dalam Saluran Air
Antrean air menuju saluran pembuangan terus terjadi saat hujan deras mengguyur Ibu Kota. Alhasil, banjir menggenangi sejumlah wilayah di Jakarta belakangan ini.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemeliharaan saluran air di Ibu Kota belum berjalan dengan maksimal. Ketidaksinkronan pembangunan infrastruktur menjadi salah satu pemicu persoalan ini. Akibatnya, kapasitas daya tampung saluran air yang tidak lagi memadai.
Hujan deras menyebabkan banjir sepanjang Minggu (23/2/2020). Setidaknya ada dua lokasi yang menjadi sorotan, yakni Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo dan Jalan Perintis Kemerdekaan.
Genangan air setinggi lebih kurang 8 sentimeter masuk ke sepanjang selasar Gedung GH, termasuk ruang radiologi dan radioterapi RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo. Sebagian warga melaporkan bahwa banjir di kawasan tersebut sudah jarang terjadi. Namun, Minggu itu mereka harus menghadapi kenyataan pahit.
Pengamatan Kompas menunjukkan, berkurangnya daya tampung saluran air di wilayah itu salah satunya karena aktivitas pembangunan trotoar. Sebagian material pembangunan masuk ke got sehingga menyumbat kelancaran air. Secara fisik, kondisi drainase di sekitar rumah sakit tidak bermasalah.
Timbunan material di dalam got itu ditemukan empat petugas Suku Dinas Sumber Daya Air atau Pasukan Biru, Senin (24/2/2020). Karung berisi material bangunan trotoar itu dikumpulkan dalam puluhan karung di sekitar rumah sakit. Untuk sementara, mereka mengumpulkannya di atas trotoar jalan setempat.
Seorang anggota Pasukan Biru yang bertugas mengangkut karung berisi lumpur mengeluhkan sulitnya membersihkan saluran air pasca-perbaikan trotoar di kawasan itu. Sebab, seluruh permukaan saluran tertutup beton dan hanya menyisakan pelat beton untuk buka-tutup bak kontrol. ”Banyak lumpur di dalam saluran air ini, termasuk sisa material perbaikan trotoar,” kata pria yang enggan disebutkan namanya itu.
Dia menduga, material trotoar di got itu sengaja ditimbun di dalam saluran. Tidak heran jika petugas kesulitan mengeluarkan material dari dalam saluran yang lebarnya seukuran badan orang dewasa itu.
Temuan serupa disampaikan Ketua DPRD DKI Prasetyo Edi Marsudi saat inspeksi mendadak lubang bak kontrol saluran air di Jalan Pangeran Diponegoro, Jakarta Pusat, tepatnya di depan Kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, pada Minggu. Dia mendapati dua pelat beton tutup bak kontrol tercor dengan trotoar sehingga tidak bisa dibuka petugas. ”Ya, memang kelemahan Pemprov DKI kurang koordinasi antara dinas yang satu ke dinas lain,” ucap Prasetyo.
Untuk itu, dia meminta Komisi D DPRD DKI menghadirkan Kepala Dinas Bina Marga yang bertanggung jawab pada pembangunan trotoar serta kepala dinas sumber daya air yang berwenang atas saluran air dalam rapat guna meminta penjelasan mereka.
Sampah
Dalam pemeliharaan saluran air di Jakarta, warga mengenal Pasukan Biru dibantu oleh Penanganan Sarana dan Prasarana Umum atau Pasukan Oranye. Pasukan Biru merupakan pegawai kontrak yang bekerja dalam koordinasi Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta. Adapun Pasukan Oranye bertugas menyapu dan mengangkut sampah serta membersihkan tali air atau lubang saluran air. Pasukan Oranye merupakan pegawai kontrak di bawah koordinasi kelurahan setempat.
Wawan (40), anggota Pasukan Oranye Kelurahan Kenari, Jakarta Pusat, mengatakan, hujan deras menimbulkan genangan setinggi sekitar 30 sentimeter di Jalan Salemba Raya karena perjalanan air terhambat menuju got.
Paling tidak, butuh waktu 30 menit agar genangan air surut di tempat yang terhambat alirannya. ”Kalau hujan deras, air penuh. Turun ke tali air lama, (mungkin) lubang kurang lebar,” kata Wawan. Pasukan Oranye bertugas memastikan tidak ada sampah yang tersangkut di penyaring besi pada tali air.
Saluran air dari permukiman warga terhubung ke saluran utama di sekitar RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo. Saluran di permukiman warga ini berisi endapan lumpur dan sampah. Alhasil, keduanya langsung mengalir ke saluran utama. ”Sebelum perbaikan trotoar lebih parah, banyak yang buang sampah ke saluran air. Sekarang sampah ada di atas trotoar, kami langsung sapu dan angkut,” ujar Acon (26), anggota Pasukan Oranye Kelurahan Kenari.
Kendala lain ialah warga yang enggan bergeser ketika Pasukan Oranye sedang membersihkan sekitar saluran air dari sampah dan sepeda motor yang diparkir asal-asalan hingga menutup tali air.
Hal serupa terjadi di Jalan Perintis Kemerdekaan yang masuk wilayah Jakarta Utara. Hujan deras menyebabkan banjir setinggi 50-70 sentimeter. Imbasnya, kendaraan tidak dapat melintas. ”Selokan-selokan di sini keluar airnya semua kemarin. Banyak sampah, dari mana-mana. Soalnya, sampah di sini juga dari Pulogadung, kan, kemari juga kalau sudah kebawa banjir,” tutur Muhamad (53), warga Pedongkelan.
Pada saat terjadi antrean air, Kali Sunter meluap, membuat banjir lama surut karena saluran air tidak bisa menampung air hujan dan luapan. Sisa-sisa sampah, lumpur, dan kerikil masih terlihat di tali air. Setidaknya lima truk dinas kebersihan dikerahkan untuk mengangkut sampah sisa banjir.
”Banyak sampah plastik di selokan, (mungkin) warga yang buang sembarangan. Apalagi jalan umum, main lempar saja,” kata Wahyu (45), anggota Pasukan Oranye Kelapa Gading Barat.