Sejumlah daerah, seperti Menteng di Jakarta Pusat dan Rorotan di Jakarta Utara, pun kini kebanjiran. Masalah drainase yang buruk dinilai salah satu penyebab banjir rutin saat ini.
Oleh
Aguido Adri/Stefanus Ato/Pradipta Pandu Mustika
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hujan di sejumlah wilayah Jakarta dua hari terakhir merendam sejumlah daerah yang selama ini aman, seperti kawasan Menteng di Jakarta Pusat dan Rorotan di Jakarta Utara. Seiring puncak musim hujan yang belum lewat, kewaspadaan mutlak adanya.
Di wilayah RW 010, Kelurahan Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, sebagian warga yang ditemui Senin (24/2/2020), mengaku baru pertama kali daerahnya kebanjiran setinggi sekitar 30 sentimeter. Banjir masuk hingga perumahan warga. Selama ini, meskipun Jakarta dilanda hujan deras, air hanya menggenangi area jalan raya. ”Kemarin itu di rumah kami, banjir tingginya sekitar 20 sentimeter.
Ini yang paling parah karena kalaupun banjir, air tak pernah masuk ke rumah,” kata Hamid (30), warga RW 010. Tak jauh dari Rorotan, di Cakung Timur, banjir menggenangi Jalan Cakung-Cilincing, di depan PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN), Cakung Timur. Ketinggian air sekitar 60 cm itu melumpuhkan akses Jalan Cakung-Tanjung Priok. Kendaraan yang melintasi Jalan Cakung-Cilincing hingga pukul 15.00 hanya truk kontainer.
Banjir menyebabkan 677 keluarga atau 2.399 jiwa mengungsi.
Jenis sedan dan sepeda motor dialihkan melewati Jalan Tol Clincing. Banjir juga melanda warga Menteng. Padahal, Menteng bukan daerah langganan banjir. Roman, Ketua RT 004 RW 002 Kelurahan Menteng, mengatakan, air mulai naik ke rumah warga, Minggu pukul 01.30 dan mulai surut 09.00. Menurut dia, wilayah Jalan Anyer, Menteng, selama ini tidak pernah banjir. Bahkan, saat banjir awal Januari lalu, lingkungannya bebas dari banjir. Saat ini, 014 RT di RW 002 kebanjiran minimal 10 cm.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Minggu siang, 13 kelurahan di Jakarta Pusat terendam, menggenangi 18 ruas jalan. Ketinggian air berkisar 20-100 cm. Banjir juga melanda 10 kelurahan di Jakarta Utara, 6 kelurahan di Jakarta Barat, 9 kelurahan di Jakarta Selatan, dan 24 kelurahan di Jakarta Timur. Banjir menyebabkan 677 keluarga atau 2.399 jiwa mengungsi.
Kepala Suku Dinas Sosial Kota Administrasi Jakarta Utara Aji Antoko mengatakan, Senin kemarin, didistribusikan 4.000 paket makanan siap saji untuk warga terdampak banjir. Bantuan didistribusikan ke delapan lokasi di tujuh kelurahan. ”Ketujuh kelurahan bagian dari Kecamatan Cilincing, Koja, dan Kelapa Gading,” katanya.
Drainase tak berfungsi
Kepala Pusat Data dan Informasi BPBD DKI Jakarta, Mohammad Insyaf mengatakan, banjir di Jakarta akibat curah hujan tinggi sejak Sabtu hingga Minggu. Senin pukul 09.00 masih ada 23 titik banjir di wilayah Jakarta Utara. Banjir di Cakung Timur juga merendam PT KBN dengan ketinggian 1 meter. Aktivitas perusahaan itu lumpuh. Para pekerja yang keluar masuk kawasan harus berperahu karet.
”Di sini tak ada sungai besar, hanya ada sekitar dua saluran air di bagian depan dan belakang,” kata Sity (28), pedagang makanan di area PT KBN. Helmi, petugas pemantau dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), yang ditemui di PT KBN, mengatakan, banjir karena tak berfungsinya saluran drainase. Pantauan di Kanal Banjir Timur, Senin pagi, keadaan air normal.
”Kalau memang air limpasan, berarti KBT harusnya penuh. Tetapi, KBT sejauh ini masih normal. Jadi, ini masalahnya di drainase,” katanya. Staf Khusus Kementerian PUPR Bidang Sumber Daya Air Firdaus Ali mengatakan, selama Januari-Februari 2020, DKI Jakarta sedikitnya tujuh kali dilanda banjir dan beberapa wilayah yang sebelumnya aman pun terdampak.
Itu karena sistem pembuangan air tidak efektif atau tak berfungsi baik. Revitalisasi drainase mutlak diperlukan. Firdaus mempertanyakan kinerja Pemprov DKI yang tidak mengantisipasi banjir sehingga terulang. ”Padahal, musim hujan sudah diprediksi, bukan peristiwa baru. Sistem drainase tidak berfungsi efektif ketika hujan,” katanya.
Pemprov DKI pun dinilai tidak fokus menangani jaringan mikro, jaringan penghubung, dan jaringan makro drainase. Kepala Dinas Sumber Daya Air Pemprov DKI Jakarta Juaini Yusuf menampik menanggapi penilaian itu. Saat dihubungi, Juaini mengatakan tengah sakit.
Menurut anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PSI, Justin Adrian, pemprov tak bisa beralasan banjir ini disebabkan kiriman dari Bogor. Sebab, curah hujan dan ketinggian pintu air di Bogor tak setinggi di Jakarta.