Banjir di sejumlah kawasan di Jakarta membuat banyak warga tidak bisa ke kantor. Teknologi membantu warga menyelesaikan pekerjaannya di rumah.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
Meski tidak dapat berangkat ke kantor karena banjir, Katherine Anastasia (25), desain grafis di kawasan Jakarta, tetap menyelesaikan pekerjaannya di rumah. Ia tinggal di daerah Pluit, Jakarta Utara, dan berkantor di Kemayoran, Jakarta Pusat.
Dalam kesehariannya, Katherine berangkat ke kantor dengan menggunakan layanan ojek online atau Transjakarta. Namun, akibat hujan yang mengguyur sejak Senin (24/2/2020) malam hingga Selasa (25/2/2020) pagi ini, layanan transportasi umum menjadi terhambat.
Kerja tetap kerja, kata Katherine. Untungnya sekarang ada teknologi yang memudahkan pekerjaan. Melalui teknologi, kerja tidak harus berada di kantor, tetapi yang terpenting adalah komunikasi tetap berjalan.
Selain itu, pemberian keputusan melalui pesan elektronik dinilai lebih baik karena ada bukti tertulis. ”Kalau bicara langsung, enggak ada buktinya. Misalnya, supervisor 1 bicara langsung kepada saya, ’pilih opsi C’, tetapi kemudian pilihan ini keliru, si supervisor 1 bisa saja mengelak ’saya suruhnya pilih opsi A kok’ karena enggak ada bukti tertulisnya,” tutur Katherine.
Ada juga Kartika Hanggono (26), karyawan swasta di Jakarta, yang tidak dapat berangkat ke kantor karena terjebak banjir. Ia tinggal di daerah Kalideres, Jakarta Barat, dan berkantor di Kuningan, Jakarta Selatan.
”Rumah saya di daerah rawan banjir. Hujan yang turun terus-menerus dari kemarin malam menyebabkan banjir di beberapa daerah sekitar rumah saya sehingga menutup akses untuk ke pusat kota,” ucapnya.
Untuk sampai ke kantor, Kartika menggunakan layanan Transjakarta. Namun, karena hujan yang terus-menerus, layanan transportasi pun menjadi terhambat, termasuk Transjakarta di Kalideres.
”Saya sudah mencoba opsi transportasi umum lain, misalnya taksi online. Tetapi, selain harganya yang naik tinggi, jalanan pun tergenang air yang cukup tinggi sehingga tidak dapat ditembus kendaraan. Jadi, saya bekerja di rumah,” katanya.
Untungnya, kata Kartika, ada teknologi yang membantu untuk tetap bisa bekerja di luar kantor. Meski begitu, banjir tetap menghambat pekerjaan, salah satunya rapat di daerah Gandaria, Jakarta Selatan, yang dibatalkan karena akses jalan terhalang banjir.
Keadaan ini pun dialami oleh Leonardus Kevin (24), karyawan swasta di daerah Sunter, Jakarta Utara. Selain tidak dapat sampai ke kantor karena genangan air setinggi sekitar 50 sentimeter, beberapa rapat pun terpaksa dibatalkan.
”Kebanyakan rapat itu di daerah Cikarang. Tetapi karena banjir, enggak jadi rapat. Memang ada teknologi video call, tetapi kalau rapat itu harus ketemu dan tatap muka langsung karena pembahasannya detail,” kata Leo.
Status Siaga
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, sejak Selasa (25/2) malam pukul 00.00, status tinggi muka air di pintu air Manggarai sudah Siaga III atau Waspada. Hingga pukul 14.00, status meningkat menjadi Siaga II atau Kritis dengan ketinggian air mencapai 900 cm.
Adapun tiga pintu air yang memasuki status Siaga I atau Bencana adalah Pintu Air Karet (650 cm), Pos Angke Hulu (330 cm), dan Waduk Pluit (85 cm). Sementara Bendung Katulampa berstatus Siaga IV atau Aman dengan rata-rata ketinggian 60 cm sejak dini hari.
Prakiraan cuaca, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, masih ada potensi hujan lebat yang akan terjadi hingga 2 Maret 2020. Berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer terkini, pola tekanan rendah di wilayah belahan bumi selatan (BBS) masih cukup aktif berpengaruh pada pembentukan potensi cuaca ekstrem di wilayah Indonesia.
Deputi Bidang Meteorologi Mulyono R Prabowo menyampaikan, dengan keadaan ini, BMKG memprakirakan dalam periode sepekan ke depan, curah hujan dengan intensitas lebat masih berpotensi terjadi secara kontinu disertai kilat atau petir. Termasuk di DKI Jakarta yang diprakirakan terjadi hingga 28 Februari 2020.
Atas kejadian ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pun kembali menggelar pasukan dan mengadopsi operasi serta strategi penanggulangan banjir pada awal 2020. Langkah ini untuk menanggulangi bencana banjir yang terjadi di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Agus Wibowo menyampaikan, masyarakat diajak turut aktif melaporkan kejadian banjir untuk memudahkan pemetaan dan jangkauan tim lapangan melalui Petabencana.id. Warga juga dapat memantau perkembangan banjir terkini secara langsung melalui laman tersebut.
Apabila memerlukan bantuan evakuasi, kata Agus, warga dapat menghubungi call centre yang tersedia, yakni 112 untuk pemerintah daerah kabupaten/kota, 115 untuk Basarnas, 119 untuk Gadar Kementerian Kesehatan, 110 untuk Kepolisian Negara RI, 113 untuk pemadam kebakaran, dan 021-51010-112 untuk BNPB.
Catatan Kompas, banjir pada awal 2020 di wilayah DKI Jakarta membuat setidaknya 16 orang meninggal. Banjir juga berdampak pada berbagai sektor usaha dan wisata. Kerugian akibat banjir pada 1-5 Januari 2020 ditaksir Rp 1,05 triliun.