Kamis (27/2/2020), ratusan calon anggota jemaah umrah dari sejumlah daerah tertahan di area check in Terminal 3 Keberangkatan Internasional Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Oleh
TIM KOMPAS
·3 menit baca
Kamis (27/2/2020), ratusan calon anggota jemaah umrah dari sejumlah daerah tertahan di area check in Terminal 3 Keberangkatan Internasional Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Mereka yang bahkan sudah mengantongi boarding pass itu dirundung ketidakpastian. Abdul (37), calon anggota jemaah asal Yogyakarta, yang seharusnya berangkat ke Madinah sekitar pukul 15.00, tidak mengetahui keberangkatannya dibatalkan.
Meski mendengar isu penangguhan itu Kamis pagi saat akan berangkat ke Jakarta dari Yogyakarta, menurut dia, masih ada harapan. ”Sampai di sini pukul 10.00 tadi kami masih bisa check in dan dapat boarding pass. Namun, pukul 12.10 tiba-tiba ada perintah bahwa kami enggak bisa berangkat. Padahal, barang-barang sudah ada yang masuk ke bagasi,” katanya. Sore itu, Ninin (47) juga tampak terduduk lemas di dekat pintu keluar Terminal 3.
Warga Kabupaten Tangerang, Banten, itu baru saja tiba di bandara pukul 13.30. Bersama rombongan yang berjumlah 32 orang, ia hendak umrah. Namun, keinginannya tak terlaksana karena Pemerintah Arab Saudi kemarin secara resmi menangguhkan sementara kedatangan jemaah umrah dari luar negaranya, termasuk Indonesia. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi penyebaran penyakit Covid-19 akibat virus korona jenis baru.
Air muka Ninin pun suram. Selain tidak menyangka perjalanan yang sudah ia siapkan jauh-jauh hari dibatalkan, ia juga khawatir pemberangkatannya ke Tanah Suci yang dibatalkan tiba-tiba menjadi bahan omongan tetangga. Berusaha menenangkan Ninin, Ana, koordinator calon jemaah, mengatakan, ”Jangan pikirin tetangga, tetangga akan mengerti karena di TV dikabarkan semua (keberangkatan umrah) diberhentikan.”
Belum waktunya
Kesedihan sama dirasakan Sunarsih (63), warga Pamulang, Tangerang Selatan. Penjual gado-gado ini harus menabung selama dua tahun untuk merasakan umrah pertama. Setiap memperoleh rezeki lebih, Sunarsih menyisihkannya sebagian. Dalam setiap rupiah yang ia kumpulkan tertanam harapan kelak bisa menginjakkan kaki di Tanah Suci.
”Setiap ada rezeki lebih, saya tabung. Saya belikan emas karena kalau pegang uang akan cepat habis,” ujar Sunarsih. Impian ke Tanah Suci dipendam Sunarsih sejak tiga tahun silam. Awalnya ia merasa mustahil orang kecil seperti dia bisa berangkat umrah. Sunarsih berupaya mematahkan kemustahilan itu dengan rajin menabung.
Hari yang dinanti pun tiba. Kemarin, ia bersama 14 orang lain tiba di bandara pukul 13.00. Pesawat dijadwalkan berangkat pada sore hari. Setelah menanti di ruang tunggu selama 2 jam, Sunarsih tak kunjung dipanggil naik ke pesawat. Dari sanalah ia tahu, penerbangan menuju Arab Saudi ditunda hingga jangka waktu yang tidak ditentukan. ”Apa boleh buat. Mungkin belum waktunya,” katanya.
Kami sedang memantau berapa banyak jemaah di sana.
Selain calon jemaah yang tertunda keberangkatannya dan masih berada di sejumlah bandara di Indonesia, ada juga jemaah yang tengah berada di pesawat menuju Arab Saudi. Direktur Operasional Kabilah Tour (salah satu biro perjalanan umrah) E Kosari mengaku bingung dengan nasib calon jemaah yang mereka berangkatkan dan telah berada di pesawat, sedangkan Pemerintah Arab Saudi menangguhkan kedatangannya.
”Hari ini (kemarin) ada 30 anggota jemaah Kabilah Tour yang berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta pukul 10.00,” katanya. Sekretaris Jenderal Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji Anton Subekti mengakui, saat ini penyedia jasa perjalanan umrah menghadapi dua masalah krusial, keberangkatan calon jemaah yang tertahan, baik yang dikembalikan maupun tertahan di negara transit.
Persoalan kedua, penyedia jasa layanan umrah harus menangani jemaah yang sedang menjalankan ibadah umrah. ”Kami sedang memantau berapa banyak jemaah di sana. Ini mengandung risiko biaya besar karena jemaah harus diinapkan selama di sana,” katanya. (ERK/DAN/FAI/DIV/RAM/IGA/NIK/REN/NSA)