Sebagian warga di Jakarta mulai mengenakan masker sebagai upaya meningkatkan kewaspadaan terkait menyebarnya virus korona. Akan tetapi, masih ada warga yang tidak ambil pusing dengan upaya pencegahan penyakit ini.
Oleh
Insan Alfajri/Fajar Ramadhan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Warga menanggapi beragam pemberitaan tentang dua warga negara Indonesia yang terinfeksi virus korona atau Covid-19. Bahkan, masih ada yang kebingungan bagaimana mencegah virus ini. Warga pun merasa waswas.
Widya Ahmad (41), warga Bekasi, Jawa Barat, selalu waspada ketika sedang berada di kereta rel listrik (KRL). Apalagi ketika ada penumpang lain yang berada dalam kondisi tidak sehat.
”Aku tadi naik di gerbong khusus perempuan. Ada yang batuk. Semua penumpang lain ngeliatin. Bawaannya curiga saja, gitu,” katanya saat ditemui di Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (2/3/2020).
Di kantor Widya yang berada di Jakarta Pusat, semua karyawan diharuskan memakai masker. Begitu juga saat mereka bekerja di dalam ruangan. ”Di kantorku, karyawan nyampur. Ada yang habis dari luar negeri juga. Makanya semua disuruh pakai masker,” ujarnya.
Dia juga waswas ketika ada temannya yang tidak sehat. Beberapa hari lalu, ia terkena batuk dan flu. ”Jadi tambah parno kalau sudah ada kejadian begini. Sakit sedikit, mikirnya korona enggak, ya,” ucap Widya.
Pemberitahuan tentang adanya warga Indonesia yang terinfeksi virus korona membuat Bayu Kumbara (28) semakin khawatir. Sejak wabah korona menjadi isu publik, ia sudah curiga jangan-jangan sudah ada warga Indonesia yang positif korona.
Hal ini, menurut Bayu, berdasarkan adanya laporan dari negara tetangga yang melaporkan kasus korona. ”Nah, ternyata benar, kan,” katanya saat ditemui di Stasiun Tanah Abang.
Bayu selalu membawa cairan pembersih tangan. Dia juga mengenakan masker. ”Enggak cuma pakai masker, kalau lagi ramai di KRL, saya juga menutup mulut pakai jaket,” tambahnya.
Penjual minuman di dekat Stasiun Tanah Abang, Mia (42), juga sudah membaca berita terkait korona di Indonesia. Dia juga khawatir, tetapi sampai saat ini belum menggunakan masker. ”Takut, sih, takut. Tetapi, kalau pakai masker, rasanya pengap,” katanya.
Rizky Abdullah, pengendara ojek daring, menanggapi santai masuknya Covid-19 di Indonesia. Meski setiap hari harus kontak fisik dengan banyak orang, ia mengaku pasrah. ”Biasa saja. Ya berdoa sajalah biar enggak banyak (kasusnya). Habis, mau gimana lagi,” ujarnya di Jakarta.
Setiap hari, hampir dapat dipastikan Rizky selalu menjemput atau mengantar penumpang di stasiun atau halte bus. Akan tetapi, ia enggan memakai masker atau mencuci tangan secara teratur, apalagi memakai cairan pembersih tangan. ”Apalagi harga masker mahal sekarang. Ya, memang sudah risikolah. Banyak juga (orang) yang enggak pakai masker,” katanya.
Hal berbeda dikatakan Arianto (29), pengendara ojek daring yang sehari-hari melayani pesan antar. Setelah mengetahui kabar dua WNI terinfeksi Covid-19, ia mengaku akan lebih waspada. Mulai Senin, ia mencari masker untuk antisipasi.
”Selama ini sering antar makanan. Enggak pakai masker, enggak sempat juga cuci tangan. Karyawan di tempat makan juga jarang yang pakai masker,” katanya.
Karyawan swasta di Jakarta Pusat, Fadli Kurniawan, mengatakan, beberapa jam setelah Presiden Joko Widodo memberikan keterangan terkait dua WNI yang positif terinfeksi virus korona, keluarganya yang berada di Padang, Sumatera Barat, langsung menyarankannya tidak keluar rumah jika tidak ada hal mendesak.
Instruksi tersebut disampaikan melalui grup Whatsapp keluarga.
Hal tersebut sulit dipenuhi Fadli lantaran ia harus beraktivitas di kantor setiap hari. Alternatifnya, Fadli lebih rajin menggunakan masker. Selama ini, ia kerap memakai masker saat berangkat dan pulang kerja naik bus Transjakarta.
”Ya paling pakai masker. Kebetulan masih ada stok di rumah. Seminggu lalu baru beli satu boks berisi 50 buah seharga Rp 79.000,” katanya.
Fadli mengaku, situasi di tempat kerjanya hingga Senin siang masih santai. Rekan-rekan kerjanya di kantor juga tidak banyak yang membicarakan isu masuknya Covid-19 ke Indonesia. ”Semuanya tenang, tidak ada yang bahas (soal virus korona). Mungkin karena sedang sibuk dengan kerjaan masing-masing,” tambahnya.