Pasien Positif Covid-19 Bisa Menjadi Stigma yang Mengkhawatirkan
Setelah dua warga Depok dinyatakan positif terinfeksi Covid-19, tak hanya risiko kesehatan yang mereka terima. Kedua pasien dan semua warga di kompleks perumahan mereka bisa terstigma akibat penanganan wabah yang salah.
Oleh
J GALUH BIMANTARA/PRADIPTA PANDU MUSTIKA
·5 menit baca
Akhirnya, Indonesia secara resmi menjadi bagian dari negara-negara dengan penularan virus korona baru di dalam wilayahnya setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan dua perempuan warga Depok, Jawa Barat, positif menderita Covid-19. Sebut saja nama mereka Kasus 1 dan sang ibu, Kasus 2. Namun, bukan hanya risiko kesehatan yang ditakutkan.
Jalan permukiman dalam sebuah perumahan di Kecamatan Sukmajaya, Depok, lengang tanpa bising pada Senin (2/3/2020) sore. Padahal, di perumahan itulah pasien terkonfirmasi menderita Covid-19 berkediaman.
Hanya sejumlah pria berseragam polisi dengan mobil atau sepeda motor dinas di sejumlah titik yang menunjukkan ada sesuatu di luar normal di sana. Benar saja, di salah satu rumah, seorang laki-laki dijemput petugas kesehatan untuk masuk ke ambulans. Dia adalah asisten rumah tangga pasien Covid-19.
Ketua rukun tetangga tempat pasien tinggal, Teguh Prawiro, menyayangkan cara berkomunikasi pemerintah yang mengabaikan kestabilan psikologis pasien. Bayangkan, pasien baru mengetahui jika ia tertular setelah Presiden Jokowi menyampaikan pengumuman. ”Memangnya saya kena korona, ya,” ucap Teguh menirukan perkataan Kasus 2 saat dihubungi Senin siang.
Bayangkan, pasien baru mengetahui jika ia tertular setelah Presiden Jokowi menyampaikan pengumuman.
Akhirnya, dengan besar hati, pasien memberi izin Teguh mengumumkan kepada warga di RT bahwa ia memang sudah terinfeksi virus korona baru. Identitasnya dibuka kepada warga demi kemaslahatan bersama. Sayangnya, identitas lengkap pasien turut menyebar luas ke sejymlah pelantar media sosial, terutama grup-grup percakapan daring.
Selain kondisi psikologis pasien, Teguh mengkhawatirkan kondisi psikologis semua warga di perumahannya. Sebab, pengumuman Presiden yang tidak didahului sosialisasi secara mantap hingga tingkat warga tentang virus dan penyakit baru tersebut berpotensi membuat perumahan ini dikucilkan di Depok.
”Jangan sampai nanti ojek dan taksi daring tidak mau mengantar sampai sini. Penumpang diturunkan di tengah jalan,” ujar Teguh. Apalagi, berita yang menyebar turut membuat ketakutan menjalar.
Teguh mengingatkan, Covid-19 bisa menimpa siapa saja. Pada sisi lain, pasien yang mendapatkan penanganan medis tepat sangat mungkin pulih. Bahkan, pasien warga Teguh sempat merasa begitu sehat hingga berencana pulang hari Minggu (1/3/2020).
Teguh mengingatkan, Covid-19 bisa menimpa siapa saja. Pada sisi lain, pasien yang mendapatkan penanganan medis tepat sangat mungkin pulih. Bahkan, pasien warga Teguh sempat merasa begitu sehat hingga berencana pulang hari Minggu (1/3/2020).
Soal pasien, Teguh bercerita, Kasus 2 memang sibuk beraktivitas di bidang seni. Pada suatu waktu, ia jatuh sakit sehingga memeriksakan diri di sebuah rumah sakit di Depok hari Kamis (27/2/2020). Ia disebut menderita tipes.
Waktu itu, anaknya atau Kasus 1 yang biasa tinggal di Kemang Jakarta Selatan turut memeriksakan diri karena juga merasa tidak sehat. Menurut Teguh, Kasus 1 sempat disebut menderita bronkitis.
Ternyata, keduanya dibawa ke Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr Sulianti Saroso di Jakarta Utara pada Sabtu (29/2/) malam setelah Kasus 1 mengabari dirinya bakal pulang hari Minggu. Teguh baru Minggu pagi mengetahui kabar pasien dipindahkan.
Tetangga pasien, Frans Riberu (62), khawatir dengan kesehatannya dan keluarga setelah mengetahui berita ini. Apalagi, virus korona baru menyebar dengan cepat, tak terbayangkan baginya bisa begitu meluas ke berbagai belahan dunia. Sebagai mantan pelaut, ia paham jauhnya satu negara dengan negara lain.
Meski demikian, Frans tidak berniat meninggalkan rumahnya. Bagi dia, hal terpenting saat ini adalah menjaga kebugaran tubuh serta kebersihan. ”Di tempat saya, kalau mau masuk rumah harus cuci kaki dulu pakai air keran di luar. Tangan juga dicuci pakai sabun,” ucapnya.
Untuk menambah proteksi, Frans menutup rapat pintu dan jendela setiap waktu. Inisiatif-inisiatif itu berjalan tanpa ada sosialisasi gencar yang langsung menyentuh warga soal pencegahan penularan virus korona baru sampai penularan telanjur terjadi.
70 orang lainnya dipantau
Sebanyak lebih dari 70 orang yang sempat berinteraksi dengan pasien yang positif terkena wabah Covid-19 atau virus korona jenis baru dipantau oleh Pemerintah Kota Depok dan Kementerian Kesehatan.
Wali Kota Depok Mohammad Idris menyampaikan, 70 orang lebih yang sempat berinteraksi dengan pasien korona hingga saat ini masih dalam status pemantauan dan belum positif tertular virus ini. Mereka mayoritas merupakan tenaga medis di rumah sakit tempat pasien positif korona pertama kali memeriksakan kesehatannya.
”Saya minta data detailnya orang-orang tersebut, seperti alamat rumah. Kami bergerak cepat untuk menangani, mengantisipasi, mengawasi, dan mendampingi jika memang benar mereka positif tertular penyakit ini,” ujarnya saat konferensi pers di Balai Kota Depok, Jawa Barat, Senin (2/3/2020).
Selain itu, Idris juga menyebut ada kemungkinan pihaknya akan meliburkan aktivitas pendidikan dan pemerintahan di Depok jika ada ancaman yang serius terkait wabah virus korona ini.
Idris juga menyebut ada kemungkinan pihaknya akan meliburkan aktivitas pendidikan dan pemerintahan di Depok jika ada ancaman yang serius terkait wabah virus korona ini.
Meski demikian, Idris meminta kepada semua warga Depok agar tidak panik terhadap informasi penularan virus ini. Dia pun mengimbau warga untuk menjaga kebersihan dan kesehatan dengan senantiasa mencuci tangan dan tidak merokok.
Dari pantauan di lokasi, terlihat rumah pasien yang positif terkena virus korona telah diberi pembatas polisi. Aktivitas warga di sekitar lokasi tampak sepi. Dinas Kesehatan Depok juga telah mensterilisasi rumah tersebut.
Sementara itu, daerah yang berdekatan dengan Depok, seperti Bogor, juga telah meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran virus korona. Meski belum ada kasus penularan, Bupati Bogor Ade Yasin menyebutkan, saat ini Pemerintah Kabupaten Bogor terus memantau masyarakat dan pasien di sejumlah rumah sakit.
Siaga 1
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil seusai menghadiri acara Rapat Kerja Percepatan Penyaluran dan Pengelolaan Dana Desa Tahun 2020 di Sentul International Convention Center (SICC), Kabupaten Bogor, Senin, menyatakan, saat ini Jawa Barat berstatus siaga 1 virus korona. Status ini juga berlaku bagi rumah sakit utama di 27 kabupaten/kota di Jabar.
Guna mencegah penyebaran virus ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar juga telah menginstruksikan kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jabar untuk memeriksa setiap kedatangan warga asing di wilayah Jabar.
”Imigrasi kami tingkatkan supaya tiap mereka yang datang dari pelabuhan ataupun dari daerah mana pun agar diperiksa temperaturnya. Saya juga sudah instruksikan Dinas Tenaga Kerja untuk memeriksa dan berkoordinasi terkait keberadaan dan status tenaga kerja dari Tiongkok,” ujarnya.
Selain itu, Kamil juga mengimbau setiap warga Jabar yang mengalami gejala seperti terkena virus korona untuk segera memeriksakan kesehatannya ke rumah sakit terdekat. Tim dari rumah sakit, seperti RS Hasan Sadikin Bandung, nantinya akan memantau setiap perkembangan pasien, termasuk mengirim sampel pasien tersebut.