Kepanikan nyaris tidak terlihat di ribuan orang yang memadati acara hari bebas kendaraan bermotor di Jakarta. Meski begitu, sebagian warga tetap mewasdapai penyebaran virus korona baru yang menyebabkan wabah Covid-19.
Oleh
Aditya Diveranta
·4 menit baca
Sabrina (40) puas berjalan kaki di sepanjang Jalan MH Thamrin yang lengang pada Minggu (8/3/2020) pagi. Sepekan sekali ia menikmati situasi itu saat ruas jalan di Jakarta Pusat kosong dari kendaraan bermotor. Agar dapat menikmatinya, warga Kalibata, Jakarta Selatan, ini berangkat pagi-pagi bergabung dengan ribuan warga pada hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) atau car free day.
Aktivitas rutin itu tidak berubah saat wabah korona baru atau coronavirus disease (Covid)-19 santer dikabarkan telah masuk Jakarta, Senin (2/3) lalu. Bahkan, meski jumlah pasien positif Covid-19 bertambah menjadi enam per Minggu (8/3), semangatnya tidak kendur.
Kendati wabah terus merebak, Sabrina tidak terlalu khawatir, tetapi tetap mewaspadainya. Dia bersama seorang teman tetap menikmati momen HBKB. ”Saya heran orang-orang sangat panik dengan korona. Padahal, penyebarannya bisa dicegah asal kita jaga mulut dan tangan,” tuturnya.
Ucapan terkait dengan pencegahan yang dimaksud Sabrina adalah memakai masker dan membersihkan tangan. Saat HBKB, dirinya bebas berjajan di lapak pedagang kaki lima meski setelah itu langsung membersihkan tangan sebelum memegang bagian muka.
Sabrina bukan satu-satunya peserta HBKB pagi itu. Ribuan warga lain juga tidak ingin ketinggalan menikmati momen ruas Jalan MH Thamrin hingga Jalan Jenderal Sudirman sedang luang sepekan sekali.
Dewi Murianti (50), warga Tangerang Selatan, Banten, juga berusaha untuk tidak khawatir berlebihan. Ia menyadari, kepanikan yang ditimbulkan selama ini karena informasi yang simpang siur. Padahal, tingkat kematian wabah ini tidak sebesar saat munculnya MERS dan SARS.
Saat berjajan pecel di Jalan Sawah Besar, Dewi bersama keluarganya sangat waspada dengan benda-benda di luaran. Masker, pembersih tangan, dan tisu basah menjadi barang penting yang mereka gunakan selama dia beraktivitas luar.
”Ada kebiasaan yang sedikit berubah setelah ada wabah korona, yaitu saling mengingatkan bersih-bersih tangan sebelum pegang bagian muka. Kalau enggak ada pembersih tangan, ya, pakai tisu basah. Sebenarnya sudah sering kami lakukan sejak dulu, tetapi sekarang jadi lebih sadar, sih,” ucap perempuan yang bekerja di sebuah perusahaan konsultan finansial ini.
Purwiyanti (54), warga Pancoran, Jakarta Selatan, juga tidak terlalu khawatir saat beraktivitas di luaran. Itu karena ia meyakini wabah korona tidak mudah menular kepada orang sehat.
”Saya lihat informasi di televisi, penularan tidak akan mudah kalau sistem kekebalan tubuh sedang baik. Maka dari itu, saya percaya diri berolahraga di HBKB. Olahraga juga, kan, biar sehat,” ucapnya.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan, alasan HBKB tetap diadakan karena kegiatan ini telah menjadi sarana olahraga yang rutin bagi warga. Saat ditemui pada Minggu pagi, ia menyampaikan, HBKB pun dimanfaatkan sebagai sarana sosialisasi pencegahan penularan korona.
Atas kepentingan itu, tidak ada pengawasan ketat, seperti pemeriksaan suhu tubuh, kepada warga. ”Ini, kan, aktivitas umum. Justru melalui kegiatan ini, warga yang berolahraga ditanamkan pentingnya pemahaman soal wabah korona,” ujar Syafrin.
Sosialisasi itu dilakukan di empat lokasi sepanjang kawasan Sudirman-Thamrin. Ada empat posko informasi terkait dengan wabah korona, yakni di FX Sudirman, Bundaran HI, Sarinah, dan Patung Arcana Wijaya.
Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat Dina Nurjanah menambahkan, pemahaman terhadap pencegahan dan penularan wabah masih belum banyak dimengerti warga. Dalam sosialisasi, warga diberikan tautan untuk mengunduh berbagai arsip digital penularan wabah.
Ia menyampaikan, hal terpenting dari pencegahan adalah tidak sembarangan menyentuh bagian muka saat bepergian di luar. Anda tidak pernah tahu apakah virus turut menempel di tangan ketika menyentuh benda tertentu. Saat Anda memegang muka atau mulut, virus tersebut justru masuk ke tubuh.
Hal yang juga perlu diketahui, virus korona juga bisa hidup di berbagai benda selama beberapa hari. Maka dari itu, memegang benda-benda di dalam transportasi publik juga riskan karena benda tersebut bisa saja disentuh oleh seorang yang terkena virus.
Meski begitu, Dina menyarankan, langkah antisipasi paling awal adalah menjaga kesehatan tubuh. ”Penyebaran virus itu mirip seperti saat seseorang bersin atau batuk. Jadi, saat bepergian di luar, seperti di HBKB, sebaiknya tidak terlalu berkontak fisik dengan orang yang kurang sehat,” ucapnya.
Di satu sisi, orang yang kurang sehat dianjurkan beraktivitas dengan masker. Intinya, menerapkan etika agar batuk atau bersin yang keluar tidak mengenai seseorang.
Terkait dengan hal tersebut, juru bicara pemerintah untuk penanganan korona, Achmad Yurianto, mengimbau agar masyarakat yang berpotensi terinfeksi korona lebih proaktif melaporkan diri ke fasilitas layanan kesehatan. Jika setelah melapor ternyata terdeteksi gejala penyakit Covid-19, masyarakat tidak perlu risau dengan biaya pengobatan.
Pasien dalam pengawasan yang dirawat di RS rujukan, biaya perawatannya ditanggung oleh Kementerian Kesehatan. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 104 Tahun 2020 tentang Penetapan Infeksi Novel Coronavirus (2019-nCoV).