Warga mengkhawatirkan penyebaran SARS-CoV-2 di Indonesia. Namun, situasi tersebut tidak mengurangi aktivitas warga di berbagai ruang perjumpaan.
Oleh
Stefanus Ato/Pradipta Pandu Mustika/I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
Senin (9/3/2020) ini, para komuter yang sempat beristirahat sejenak sepanjang Minggu (8/3/2020) kembali bergerak. Mereka memenuhi kereta rel listrik atau KRL Jabodetabek, menyesaki bus-bus Transjakarta, tak kurang pula yang berimpitan macet di tol-tol dengan kendaraan pribadi mereka menuju tempat mata pencariannya. Di kantor atau tempat bekerja, mereka akan berinteraksi dengan orang dari belahan area Jabodetabek, bahkan dari daerah lain.
Yang berbeda, di tengah rutinitas yang tetap berjalan itu, ada kewaspadaan yang mengiringi setiap individu agar mereka tidak terserang penyakit, utamanya Covid-19.
Protokol khusus dilakukan di sebagian kantor dan fasilitas publik sejak pekan lalu. Ada cairan pembersih tangan (hand sanitizer) di pintu masuk gedung dan di area lift atau eskalator, ada juga petugas siap dengan thermal gun scanner memeriksa suhu tubuh setiap orang yang masuk. Yang bersuhu di atas 37 derajat celsius diminta berobat dan istirahat di rumah.
Sebelumnya, pada Jumat (6/3/2020), ribuan orang hilir mudik menunggu kereta, masuk dan keluar stasiun. Ada yang sekadar transit di stasiun besar tersebut untuk melanjutkan perjalanan, ada pula yang ke luar untuk melanjutkan perjalanan ke stasiun lain.
Zaenal (57), warga asal Depok saat perjalanan menumpang KRL dari Stasiun Palmerah ke Stasiun Tanah Abang, berupaya melawan kepanikan dengan selalu mengenakan masker. Masker yang ia kenakan itu merupakan satu-satunya pengetahuan yang ia pahami untuk mengantisipasi penyebaran virus korona (SARS-CoV-2).
”Khawatir karena kemarin kan kejadian pertama di Depok. Itu jarak lokasi pasien yang kena (SARS-CoV-2) tidak jauh dari rumah,” katanya.
Abdul (25), salah satu penumpang kereta cepat massal (MRT) Jakarta, Jumat, saat ditemui mengaku membiasakan diri mencuci tangan secara berkala. Ia sering kerepotan untuk tak saling kontak fisik dengan temannya saat berjumpa.
”Sangat khawatir, tetapi masih coba membiasakan diri. Bagusnya kalau banyak hand sanitizer karena langsung teringat untuk bersihkan tangan,” kata lelaki yang bermukim di Kramatjati, Jakarta Timur, itu.
Di dalam KRL ataupun MRT, tak sedikit penumpang yang melakukan cara serupa seperti Zaenal, yakni mengenakan masker. Namun, upaya antisipasi di stasiun cukup longgar. Di Stasiun Tanah Abang dan Palmerah, orang keluar masuk hilir mudik tanpa ada pemeriksaan. Sabun untuk mencuci tangan hanya terlihat ada di toilet.
Dari data yang dihimpun Kompas, pada 2018, jumlah warga yang menempuh perjalanan menggunakan KRL mencapai 336 juta orang. Pada tahun itu, setiap hari ada 950.000-1 juta penumpang. Jumlah di tahun ini diperkirakan lebih kurang sama.
Tetap berwisata
Selain tetap bekerja dan melakukan rutinitas sehari-hari, warga Jakarta dan sekitarnya tetap bersemangat menikmati libur. Minggu pagi kemarin, warga masih meramaikan hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) di Jalan Sudirman-Jalan MH Thamrin, Jakarta.
Berjalan kaki dan olahraga lain, termasuk bersepeda, dilakukan sebagian besar orang di HBKB.
Afifah Husna Nurmala Sari (22), misalnya, warga Yogyakarta ini sengaja mengajak rekannya berlibur di Ibu Kota dan menikmati HBKB. ”Yang penting waspada,” kata Afifah sambil memperlihatkan cairan pembersih tangan dari dalam tas pinggangnya.
Keramaian warga di HBKB jadi ajang Tim Tanggap Covid-19 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyosialisasikan pencegahan Covid-19. Salah seorang petugas dari Tim Tanggap Covid-19, Hernanda, menjelaskan, tim menggelar tenda di depan Sarinah, Bundaran HI, Patung Arjuna Wijaya dekat Monumen Nasional, dan FX Sudirman.
Di Kebun Raya Bogor (KRB), Zainal Arifin dari Humas KRB menyampaikan belum ada dampak yang signifikan terkait penurunan jumlah pengunjung di KRB.
Yulius H Suprihardo dari Humas Taman Safari Indonesia (TSI) justru mengatakan, hingga saat ini tingkat kedatangan pengunjung masih normal dan tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan.
Tingginya grafik pergerakan orang di tengah merebaknya Covid-19 tentu membutuhkan kewaspadaan ekstra. Sebab, virus korona tidak menular melalui udara, tetapi melalui percikan cairan dari batuk, bersin, atau ludah. Hingga saat ini, rute penularan masih terus diteliti karena tidak semua terinfeksi menularkan virus tersebut.