Kartono tak percaya dan bingung dengan peristiwa pembunuhan putrinya oleh NF. Remaja perempuan berusia 15 tahun bisa bertindak di luar akal. Sebagai orang dewasa, Kartono sulit membayangkan tindakan dan rencana NF.
Oleh
Aguido Adri
·4 menit baca
Tak banyak kata keluar dari mulut Kartono (40) saat menemani istrinya yang masih terpukul atas kepergian putri kesayangan mereka, APA (5). Meski sudah mengikhlaskan kepergian APA, mereka masih terus menunggu kabar kepastian hukum atas tindakan NF (15).
”Saya sudah ikhlas, kasihan APA kalau enggak ikhlas. Jika tak ikhlas, kasihan juga istri yang saat ini masih terpukul. Saya harus kuat. Meski begitu, hukum tetap harus berjalan. Saya tak tahu siapa yang bersalah, sulit memercayai peristiwa ini. Kita tunggu perkembangan dari polisi,” kata Kartono, Senin (9/3/2019), di depan rumahnya yang bersebelahan dengan rumah keluarga NF.
Kartono masih tak percaya dan bingung dengan peristiwa pembunuhan putrinya oleh NF. Ia termenung sesaat, NF yang masih remaja bisa bertindak di luar akal. Sebagai orang dewasa, Kartono bahkan sulit membayangkan tindakan dan rencana NF.
Menurut dia, NF tak berbeda dengan anak remaja lainnya. Meski dikenal pendiam dan tak suka keluar rumah, siswi kelas 3 SMP ini dikenal sebagai anak baik dan pintar.
”Itu yang membuat saya bingung, apakah benar ia tega? Kenapa ia melakukan hal itu? Ada pengaruh apa? Warga juga tahu jika NF anak yang pintar dan tak terlihat ada masalah. Para tetangga juga sering berinteraksi dengan kedua orangtua NF. Semua baik-baik saja. Tak ada kecurigaan apa pun,” kata Kartono.
Itu yang membuat saya bingung, apakah benar ia tega? Kenapa ia melakukan hal itu? Ada pengaruh apa? Warga juga tahu jika NF anak yang pintar dan tak terlihat ada masalah. Para tetangga juga sering berinteraksi dengan kedua orangtua NF. Semua baik-baik saja. Tak ada kecurigaan apa pun.
Jack (50), warga yang tinggal tak jauh dari rumah Kartono, juga mengaku kaget dengan peristiwa yang menimpa APA. Ia menganggap NF anak baik, pintar, dan tidak pernah terdengar ada masalah dengan ayah dan ibu tirinya. Orangtua NF diketahui sudah bercerai 5-6 tahun yang lalu.
”NF tinggal sama ayahnya dan ibu tirinya. Saya engggak pernah dengar ada keributan. Relasi para tetangga juga baik-baik saja. Nah, ibunya bikin kue india,” kata Jack.
Sehari sebelum APA ditemukan, kata Kartono, ia mengira anaknya diculik karena hingga pukul 19.00 anaknya tak kunjung pulang. Ia sempat bertanya kepada NF perihal keberadaan APA karena sekitar pukul 15.00, APA diketahui bermain di rumah NF. Namun, NF mengaku tak tahu keberadaan APA.
Seperti yang diungkapkan Pijay (23), warga Sawah besar, saat itu bersama Ketua RT dan RW bersama sejumlah warga lainnya mendatangi rumah NF untuk mencari APA. ”Sampai masuk ke dalam, cari sana-sini, naik ke atas enggak ada jejak APA. Karena sebelumnya APA bermain ke sini, kami tanya NF. Sambil bermain hape dan wajah datar, NF jawab tidak tahu,” kata Pijay.
Bersama warga, ia mencari keberadaan APA sampai ke daerah sekitar Senen dan Taman Sari. Namun, mereka tak berhasil menemukan APA hingga menjelang pukul 02.00, Jumat. Sekitar pukul 10.00, Kartono dan warga heran dengan sekumpulan polisi berdiri di sekitar rumah NF.
Bersama warga, ia mencari keberadaan APA sampai ke daerah sekitar Senen dan Taman Sari. Namun, mereka tak berhasil menemukan APA hingga menjelang pukul 02.00, Jumat. Sekitar pukul 10.00, Kartono dan warga heran dengan sekumpulan polisi berdiri di sekitar rumah NF.
Teka-teki dan kecemasan Kartono pun terjawab, setelah salah satu polisi mengatakan, anaknya ada di dalam rumah NF dalam kondisi tak bernyawa.
Diberitakan sebelumnya, NF telah membunuh APA. Pembunuhan itu terungkap setelah NF secara pribadi berinisiatif melaporkan perbuatannya ke polisi. Pada Jumat sekitar pukul 09.00, ia yang pamit pergi sekolah seperti setiap hari akhirnya mendatangi Markas Kepolisian Sektor Metropolitan Tamansari Polres Metro Jakarta Barat seorang diri, sekaligus memberitahukan lokasi jenazah APA.
Oleh karena lokasi kejadian di Karang Anyar, laporan dioper ke Polsek Sawah Besar Polres Metro Jakarta Pusat. Petugas Polsek Sawah Besar pun mendatangi tempat kejadian dan mendapati bahwa laporan NF benar adanya.
Berdasarkan pemeriksaan polisi, pembunuhan terjadi pada Kamis pukul 16.00 sewaktu pelaku dan korban bermain bersama. APA memang sering datang bermain ke rumah keluarga NF karena sudah akrab. Ibu APA biasa membantu ibu NF memproduksi kue.
APA meninggal di bak mandi rumah NF dengan luka perdarahan di mulut. Diduga ia ditenggelamkan. Kepala Polres Metro Jakarta Pusat Komisaris Besar Heru Novianto menyebut, pelaku memasukkan jasad korban ke dalam ember setelah dipastikan meninggal. ”Setelah itu, ditutup kain seprai,” ujarnya.
Orangtua pelaku sempat masuk rumah, tetapi tidak menganggap aneh ember dengan seprai tersebut karena diletakkan di tempat biasa untuk mencuci. Heru melanjutkan, NF lalu membawa jasad APA ke kamarnya di lantai dua. Lalu, ia menyimpan jasad di lemari pakaian.
Heru melanjutkan, pelaku sudah dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, untuk menjalani tes kejiwaan. ”Kami belum bisa kasih perkembangan karena NF masih dalam pemeriksaan. Sementara itu, orangtua NF juga masih dalam pemeriksaan, masih kami tanya-tanya dulu, ya,” kata Heru.
Sementara itu, kepala Tim Dokter Kejiwaan RS Polri Kramat Jati Henny Riana mengatakan, hari ini (Senin) NF sudah mulai diperiksa tahap awal kejiwaannya. Pemeriksaan kejiwaan NF akan berlangsung setidaknya 14 hari,
”Tahapan awal pemeriksaan visum et repertum psikiatrikum, seperti wawancara psikiatri, pemeriksaan tim dari psikolog, dan pemeriksaan psikometri. Pemeriksaan ini untuk menyimpulkan apakah NF alami gangguan jiwa atau tidak. Akan dilihat gangguan jiwannya berkaitan dengan tindakannya. Dan apakah NF memenuhi unsur untuk dapat bertanggung jawab atas tindakannya,” kata Henny.