Publik Ingin Tahu Situasi Penyebaran Virus Korona Jenis Baru
Warga ingin tahu situasi sebenarnya terkait penyebaran virus korona baru di Indonesia karena pemerintah kurang terbuka dalam menginformasikan perkembangannya.
Oleh
Fransiskus Wisnu Wardhana Dany
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketidakterbukaan informasi dari pemerintah terhadap situasi penyebaran virus korona baru atau SARS-Cov-2 membuat warga bertanya-tanya. Padahal, pemerintah mengimbau warga untuk tenang dan tidak panik.
Penyebaran penyakit Covid-19 terus meluas menyusul bertambahnya jumlah kasus positif dari 6 kasus menjadi 19 kasus, Senin (9/3/2020). Kasus positif Covid-19 ditemukan berdasarkan hasil pemeriksaan dengan reaksi polimerasi berantai atau polymerase chain reaction (PCR) diperkuat dengan pengurutan genom.
Jumlah kasus positif yang bertambah membuat warga bertanya-tanya bagaimana upaya penanganan pemerintah dan sudah sejauh mana penyebaran virus korona baru di Indonesia.
Salah satunya Hidanti Karnila (26), karyawan swasta di Jakarta Selatan. Menurut dia, informasi dari pemerintah bersifat normatif dengan memaparkan angka saja. Padahal, warga ingin tahu kluster penyebarannya, khususnya kasus-kasus baru yang mana pasien tidak terlibat kontak dengan warga negara Jepang dalam suatu acara dansa di Jakarta Selatan.
Adapun dari 13 kasus baru Covid-19 yang kemarin diumumkan, hanya tiga pasien positif Covid-19 yang terkait Kasus 1 (kontak dengan warga negara Jepang), dua di antaranya merupakan warga negara asing berusia 29 tahun dan 55 tahun.
Satu kasus lain, yakni pasien perempuan berusia 16 tahun, merupakan hasil pengembangan dari Kasus 3 dan disebut Kasus 13. Sepuluh pasien positif Covid-19 lain yang tidak terkait Kasus 1 dan 2 disebut kluster Jakarta. Mereka terinfeksi virus SARS-CoV-2 pemicu Covid-19 sepulang dari luar negeri.
”Informasi dari pemerintah biasa saja (normatif). Harus inisiatif cari informasi sendiri dari pemberitaan dan internet. Padahal, kan, perlu tahu informasi aktivitas mereka (pasien) sebelum dinyatakan positif Covid-19. Minimal aktivitas di tempat umum dalam kurun waktu tertentu,” ucap Hidanti, Selasa (10/3/2020).
Pemerintah, lanjutnya, seperti menutup-nutupi situasi penyebaran virus korona baru di Indonesia. ”Kemungkinan lebih banyak korban. Apalagi salah satu penyebarannya melalui kontak langsung,” ujarnya.
Hal yang sama diutarakan Richard (25). Pemerintah, kata Richard, harus menginformasikan sejauh mana penyebaran virus korona baru agar warga semakin waspada. Bukan sebaliknya, warga panik karena kasus positif Covid-19 bertambah, tetapi tidak tahu persebarannya.
”Supaya warga tahu virus korona baru menyebar sampai mana. Kan, Italia sampai isolasi tingkat negara. China juga mengisolasi Wuhan. Kalau hanya informasi tambah (pasien positif Covid-19) saja, pasti panik,” tutur Richard.
Dia berharap pemberitaan oleh media massa dalam negeri tidak hanya sekadar bombastis sehingga warga mudah panik. Media harus mempertimbangkan informasi yang membuat warga semakin paham.
Contohnya terkait penggunaan masker. Menurut dia, pemberitaan lebih banyak menyoroti masker sebagai pelindung. Padahal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan penggunaan masker untuk orang sakit. Penggunaan satu masker pun dianjurkan selama empat jam.
”Akhirnya orang rela beli masker hingga ratusan ribu tanpa tahu hal krusial seperti saran WHO,” ujarnya.
Santai
Sebagian warga cenderung santai menghadapi virus korona baru. Pemicunya antara lain pemerintah yang merespons virus korona baru dengan kebijakan yang longgar dan kurangnya informasi.
Mansyur Wahyudi (25), misalnya. Warga Jakarta Timur ini menjaga pola hidup sehat dan membiasakan diri mencuci tangan saat beraktivitas di keramaian.
”Mungkin karena tinggal di pinggiran, tidak terlalu merasakan proteksi terhadap virus korona baru. Di kantor ada pengecekan, tetapi mau cek boleh, tidak cek juga boleh,” ucap Mansyur.
Dia juga sangsi soal berbahayanya virus korona baru. Sebab, pemerintah tampak santai menanggapi penyebarannya. ”Nah ini (berbahaya), tetapi ada promo tiket pesawat,” ujarnya.
Lain lagi dengan Tryono (27). Menurut dia, pemerintah sudah mempersiapkan layanan kesehatan untuk menghadapi virus korona baru, misalnya rumah sakit rujukan di hampir semua provinsi.
”Pemerintah mungkin tidak mau warga panik kalau diinformasikan secara gamblang,” kata Tryono. Alasannya, harga kebutuhan pokok bisa melambung tinggi, terjadi penimbunan alat kesehatan, dan lesunya pariwisata.
Namun, dia tidak memungkiri bahwa pemerintah masih lamban dibandingkan dengan negara lain dalam menghadapi virus korona baru.
Langkah berani
Situasi penyebaran Covid-19 bisa tidak terkendali karena penelusuran kasus semakin sulit.
Pengurus Pusat Bidang Politik dan Kesehatan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Syahrizal Syarif mengatakan, pemerintah harus menelusuri semua kontak sebelum kasus konfirmasi ini dirawat di rumah sakit.
Hal itu lantaran satu kasus bisa menular ke dua hingga tiga orang lain. Kondisi yang demikian semakin sulit jika jumlah kasus positif Covid-19 mencapai puluhan.
”Pemerintah sudah tahu apa yang perlu dikerjakan. Hanya dalam informasi, tidak mengerti kenapa pemerintah tidak bersikap terbuka,” ucap Syarif.
Syarif mencontohkan kasus enam pasien positif Covid-19 dari kapal Diamond Princess. ”Pasien masuk ke kluster Pulau Sebaru atau kru yang pulang sendiri? Sementara untuk kasus imported, kenapa tidak disampaikan riwayat perjalanan dari negara mana?” ujarnya.
Penambahan kasus positif Covid-19 menunjukkan betapa penting langkah penelusuran kontak sekaligus alasan kuat untuk pemeriksaan laboratorium terhadap mereka yang saat ini dikarantina di rumah setelah teridentifikasi mempunyai riwayat kontak dengan kasus sebelumnya.
Sebab, lanjut Syarif, penanggulangan virus korona baru bertumpu pada kemampuan menemukan kasus sedini mungkin, surveilans secara aktif, karantina bagi mereka yang diawasi, dan kemampuan pengambilan spesimen yang tepat.
Narasi utama dalam penyampaian komunikasi oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah kepada masyarakat terkait virus korona baru dalam protokol komunikasi ialah Pemerintah Serius, Siap dan Mampu Menangani Covid-19, Masyarakat Tetap Tenang dan Waspada, Covid-19 Bisa Sembuh, dan #LAWANCOVID19.
”Langkah yang tepat dan berani diperlukan supaya tidak hanya menjadi slogan,” ujarnya.